Friday, May 20, 2011

Ryan tears

Awalnya .. ketika aku tak mengenalmu.
Tak terbesit suatu rasa
Tak juga untuk suatu kekaguman
Aku tak menghiraukanmu
Aku tak menoleh padamu
Apalagi untuk memandangmu

Tapi kini hidup tanpa kamu
Adalah hampa
Dan itu yang ada sekarang
Aku yang terbenam
dalam satu rasa akan hadirmu
walau sosokmu hilang dari mataku
rasaku tetap bertahan disini
dan kamu ..
sahabat atau cinta pertamaku?


If I could bottled smell of the wet land after the rain
I’s make it a perfume and send it to your house
If one in a million stars suddenly will hit satellite
I’ll pick some pieces, they’ll be on your way

After the rain-Aditia Sofyan. Lagu itu terus mengalun seiring dengan detak jantung.
In a far land across
You’re standing at the sea
Then the wind blows the scent
And that little star will there to guide me

Laki-laki itu menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi tunggu di bandara.
we will never get to meet
I always wait for you, after the rain ..

Ia memejamkan matanya.
Saat ini, gue bakal tinggalin Amrik. Gue ke Indonesia, bro. Ke tempat lo. Gue tepatin janji gue.
“we’ll go to Indonesia about five minutes. Prepare your self”
Cowok tersebut hanya menganggukan kepalanya perlahan sambil memandang mamanya. Ia segera memakai jaket putih kesayangannya.
Setelah lagu ini selesai, gue akan lakuin janji gue. Dan kita liat, apa yang akan terjadi, batinnya sambil memasang senyum yang dipaksakan. Sakit hati, dendam, keikhlasan. Lupakan masa lalu tentang Amerika.

“hohh .. huhh .. hosshh”. Gadis berseragam biru putih itu menyeret langkahnya menuju tangga terakhir. Nafasnya ngos-ngosan. Hari ini ia terlambat untuk pergi ke sekolah, jadi terpaksa ia harus berlari menyusuri empat lantai. Karena middle school ada di lantai empat!!. Bayangin aja deh, pantesan anak-anak dengan label sekolah “MAHABINTANG INTERNATIONAL SCHOOL” ini body-nya ramping-ramping, orang kerjaannya naik turun tangga. Tapi kalo gini caranya, namanya mah ngecilin badan nggedein betis.
“haii .. Kay!”, sapa segerombolan anak perempuan. Kay yang masih ngos-ngosan itu hanya mengangkat tangannya sebagai jawaban. Tttrrriiinnnggggg … . “Oh, gosh!. Udah bel?. Masak jam segini udah bel sih? Gue barusan nyampe oy!”, gerutunya dalam hati. Tanpa pikir panjang ia langsung melanjutkan lari maratonnya karena jarak dari ruang konferensi ke kompleks kelas cukup jauh. Dan ia tidak mau termakan oleh omelan gurunya yang super killer.
“Heh, nyet!”, sergah Prita saat ia mendapati sobatnya itu baru saja memasuki kelas dengan keadaan memprihatinkan. Rambut berantakan, badan keringetan, mulut kering, ditambah dengan muka memelas. “Diihh .. bau keringet lu! Minggir-minggir!”, ujar Prita dengan nada sok jijik. Kayla yang baru saja bergabung dengan genk-nya hanya memutar bola mata dan memasang wajah menderita menanggapi perkataan Prita.
“elo kenapa telat? Nggak biasa-biasanya, Kay?”, tanya Ditsa.
“Biasa lah. Panggilan dinas dan segala pekerjaan lainnya”, jawab Tisha. Kay hanya mengangguk mendengar penuturan Tisha. Ya, dia adalah miss super sibuk. Harus ikut latihan ini lah itu lah, lomba ini kek itu kek, nulis cerpen atau novel ini itu, belajar bahasa disana sini, dan yang terakhir paling ngebosenin. Ngerjain tugas sekolah. Untuk yang satu itu, Kay sering banget keteteran. Gimana enggak? Orang kegiatannya segudang begitu. Tapi tetep aja dia bisa masuk kelas anak-anak jenius. Bukan nyogok, tapi emang itulah efek orang yang udah dari dasar emang smart. Nggak ngaruh deh belajar apa nggak. Tapi itu pula yang membuatnya populer di MAHABINTANG SCHOOL ini. Pintar (walau bukan ranking satu tapi dia tetep aja masuk 3 besar), multitalent, dan manis. Dia juga orang yang ramah dan fleksibel, bisa bersosialisasi dengan kalangan apa pun. Entah dari genk paling cupu di sekolah sampai anak-anak begajulan. Karena itu koneksinya sangat luas, nggak cuma di dalam sekolahnya bahkan di sekolah-sekolah lainnya.
Banyak sih terdengar cuap-cuap yang mengatakan “beruntung banget jadi seorang Kayla Karisma Putri”. Tapi Kay selalu ngomong, “elo nggak mungkin bisa ngomong gitu kalo elo di posisi gue. Hidup gue tu nggak lebih baik dari apa pun. Bisa dibilang paling nggak nyenengin”. Mereka yang mendengar nggak ngerti apa yang Kay maksud. Tapi mereka tahu itu bukan sesuatu yang dikatakan “merendah” tapi malah lebih seperti ke kata “curhat”. Entahlah apa yang dimaksud oleh Miss Perfect and Lucky itu. Lupakan.
“Kemaren elo ngapain lagi Kay?”, tanya Prita
“gue? Latihan basket, lo tau kan bentar lagi gue harus seleksi POPDA?. Terus gue latihan english buat lomba besok. Terus gue kudu ke gereja soalnya ada rapat buletin habis itu gue ..”
“Stop!! Nggak usah diterusin. Sampe besok gue yakin nggak akan kelar deh cerita loe itu”, seru Tisha sambil kemudian memasang senyum yang tidak meyakinkan.
“Kayla, Tisha, Ditsa, Prita sudah cukup gosipnya?”, sebuah suara yang sudah tidak asing lagi menggelegar di seantero kelas. Keempat gadis itu terperanjat. Mereka tidak sadar kalau suasana kelas yang tadi kayak kebun binatang mendadak jadi kayak kuburan. Perlahan-lahan mereka membalikan badannya dan memasang wajah tanpa dosa. “hehe .. mau ikut gabung nggak, Bu?”, ucap Kay nyeleneh. Tak perlu waktu panjang, wajah Bu Ika langsung merah padam saat mendengar jawaban jenius muridnya itu.
“kalian berempat .. keluar!!! Ambil buku merah! Point pelanggaran kalian ibu tambah 50!”
“yahh .. bu, 10 aja lah. Kan sekarang harga cabe lagi naik makanya kita harus irit. 10 aja, Bu. Ya? Ya?”, timpal Ditsa.
“Kalian itu banyak ngeles-nya!!”
“bukan, Bu. Ini kreatifitas, kan sebagai siswa teladan kita harus kreatif, Bu”, tambah Tisha.
Satu kelas hanya terkekeh kecil mendengar adu mulut antara si guru killer dengan genk populer itu.
“Diam! Diam! Kalian berempat ikut ke kantor ibu!”
“mau dikasih makan gratis nih, Bu? Asseeekkk!”, ucap Kay.
“Sssttt .. Kay, udah ..”, ucap Prita pelan. Ya .. dari keempat orang itu Prita termasuk anak yang paling alim. Disaat ketiga bocah yang lain mengumbar kenakalan, ia hanya bisa histeris melihat aksi bar-bar teman-temannya itu. Ya, bisa dibilang ia adalah rem bagi ketiga temannya yang kurang kerjaan itu (untuk Kay sih namanya kebanyakan kerjaan, jadinya stress gitu tuh).

Miss Citra berjalan cepat di depan Kay dan beberapa anak lainnya. Hari ini mereka mengikuti English Competition yang diselenggarakan oleh sebuah Sekolah Menengah Kejuruan. “Di lantai dua. Ayo cepet!”, seru Miss Citra sambil mengacungkan telunjuknya ke arah penunjuk jalan. Kay yang berada di paling depan segera menyusul guru magang itu ke lantai 2 dengan langkah pelan. Dengan sikap ndeso-nya yang lagi kambuh, Kay naik tangga sambil celingukan kanan kiri, plus tunjuk sana tunjuk sini dan ngakak-ngakak nggak jelas (baca: gila). Nggak sih, dia nggak sebegitu gila kok. Cuma celingukan doang.
Kay berhenti sesaat di bawah tangga kedua untuk melihat jadwal acara hari itu. “Duiilleee .. kalap. Lama juga nih”, gumamnya pelan. Saat ia membalikan badan dan menatap ke lantai atas, ia mendapati segerombol anak bersama dengan guru pendampingnya tengah berdiri di depan pintu sebuah ruangan. Mata Kay menangkap salah satu sosok dari anak-anak itu. Ia terfokus disana. Ternyata anak itu juga tengah menatapnya. Mata mereka bertemu sesaat. Kay merasa ada yang aneh dengan cowok itu. Entah apa dan kenapa, ia merasa hatinya tak menentu. Ia mengenal tatapan mata itu. Tatapan yang sama seperti 5 tahun yang lalu.
Tiba-tiba, Kay merasa setetes air telah bergulir di pipinya. Cepat-cepat ia mengalihkan pandangannya pada anak itu dan segera menghapus air matanya. Aneh. Tuh air mata dateng tanpa permisi juga tanpa ada alesan yang jelas. Kok gue tiba-tiba nangis? Apaan ya? Aneh, batinnya. Bukan. Ini bukan tentang cinta pada pandangan pertama atau pada pukulan pertama atau apa pun itulah (masa bodo). Kay bukan orang yang semudah itu jatuh cinta. Di hatinya sudah tergores satu nama. Dan cukup, ia tak bisa membuka hatinya lagi.

“Miss aku pipis dulu ya, Miss. Please! Kebelet ini, sumpah deh gue imut”
“Yahh .. Kay, tahan bentar ya. Habis ini kamu maju lho ..”, ujar Miss Wita, si guru magang plus pendamping Kay.
“Lhah, bentar aja miss. Dari pada ntar Kay maju terus ngompol di depan juri. Yang ada tu juri malah seneng dapet air suci Kay, terus kita langsung dimenangin deh.Ya? okey, aku pipis miss!”, seru Kay yang segera ngeloyor keluar ruangan lomba tanpa menghiraukan sang guru pendamping. Kayla berlari sambil memegangi celananya biar nggak melorot. Kalo melorot kan berabe tuh, ntar disidang kemana-mana, reputasi ikut turun deh (atau parahnya merk kolor yang dia pake bisa jadi trend 2011).
“Weitss .. sorry!”, seru Kay yang hampir aja nabrak orang di toilet. Ia segera menggeser tubuhnya ke kanan tanpa memandang sang calon korban tabrakan. Orang itu malah ikut menggeser tubuhnya ke kanan. Kay menggeser tubuhnya ke kiri. Tapi ternyata orang itu juga ikut geser ke kiri. Kay menghembuskan nafas lalu mengangkat wajahnya ke arah orang itu untuk mengatakan sesuatu. Deddoott! Tatapan mata Kay langsung berubah, saat yang ia dapati adalah cowok yang tadi—yang entah kenapa—membuatnya menangis tanpa alasan. Perasaan aneh itu kembali menyelimuti hati Kay. Kay menatap mata itu dalam jarak yang lebih dekat. Itu membuat hatinya perih. Seketika, ia merasakan matanya yang mulai memanas. Kay segera memalingkan pandangannya dan segera memasuki toilet meninggalkan cowok itu.
Kok gue bisa nangis lagi? Apa? Kenapa? Anehh .. matanya mirip. Kay menghentikan kata-kata dalam pikirannya. Ia memejamkan matanya kemudian menghembuskan nafas. “Bukan. Ini cuma obsesi gue. Nothing else”, gumamnya.

Malam ini bintang bertaburan dengan indahnya. Ia membuka kotak yang telah kusam itu. Terlihat beberapa barang dengan model lama tapi tetap terlihat bagus. Dibawahnya bertumpukan berbagai foto dan beberapa carik kertas yang mulai kusam. Ia mengambil salah satu dari foto itu. Ia memandangi foto tersebut. Matanya menyala-nyala akan dendam, sakit hati.
Ia mengangkat wajahnya, menantang langit malam itu. Bintang malam ini, sepertinya itu jadi petunjuk.
“I think, I got it ..”


hehe , bersambung deh .. keep coment ya :DD arigato !

2 comments: