Sunday, June 26, 2011

Ryan tears part 3 :)

Bola melambung tinggi. Dua pemain yang bertugas jump ball segera beradu loncat (atau adu sundul?) untuk mendapatkan bola. Permainan itu dimulai. Setiap mata dalam GOR tersebut melihat permainan dengan antusias. Sementara, Kay bingung sendiri. Dia nggak enak hati kalo harus bawa tuh dekker temuan—sekalipun itu milik orang yang akhir-akhir ini ingin dia buang jauh-jauh dari pikirannya. Tapi gimana cara ngembaliinnya coba?. Belum lagi waktu mau ngembaliin ntar kan ketemu lagi tuh. Kan berabe ..
“Lo ngapa Kay?”, tanya Anggi yang mulai terusik dengan tingkah Kay yang celingukan,garuk-garuk kepala, garuk-garuk pantat (gak deng), dan geleng-geleng kepala sendiri. Kay pun menceritakan temuannya itu pada partner basketnya ini. Anggi yang mendengarnya jadi ikut serius mikir.
“aha! Apa kita ke tribun seberang terus ke benchnya tim mereka habis itu kasih ke tu anak?”. Kay memikirkan usulan Anggi yang sepertinya bisa dicoba.
“ishh .. elo gila? disitu ada keluarganya tau! Kan malu ..”
“hah? Tau dari mana lo itu keluarga dia?”
“nggak sih, gue Cuma kira-kira aja soalnya gue tadi sempet liat dia nonton bareng mereka. Terus keliatannya susah deh. Liat tuh, dia dimainin terus. nggak subtitution”
“apa kasihin ke temen-temen dia yang di bench aja?”
“kalo temen-temennya nggak tau gimana coba?”. Anggi hanya manggut-manggut mendengar pernyataan Kay yang terakhir. Kay terdiam meratapi nasib. Awas aja kalo sampe dia disangka maling tuh dekker. Udah bagus-bagus ditemuin and udah berniat untuk mengembalikan, tapi kan sononya yang nggak dukung. Kay menghembuskan nafas. “Gue keluar dulu ya, Nggi. Suntuk juga lama-lama disini”.
Kay menapaki lapangan luar itu untuk kesekian kalinya. Disana ada Rendy yang masih nge-shoot nge-shoot. Kay sih nggak peduli ya tu bocah ngapain. Paling juga niatannya mau caper. Nah, ini dia sifat si Rendy yang bikin Kay jadi medusa mendadak. Udah sok, caper pula. Ke laut aje deh lu cari ikan.
Kay hanya berjalan-jalan nggak jelas di lapangan sambil mikir gimana cara ngembaliin tuh dekker ke sang pemilik. Sesekali ia mengintip ke dalam GOR untuk melihat keadaan pertandingan. Kay yang mulai merasa bosan diluar dan semakin frustasi memikirkan cara untuk mengembalikan benda panjang dan hitam itu akhirnya melangkah menuju GOR. Ia pun berdiri di samping coachnya yang bertengger di gerbang kecil dekat lapangan. Saat itu sedang time out jadi para pemain kembali ke bench mereka masing-masing. Dan itu cukup membantu Kay untuk tidak bertemu orang-yang-membuatnya-menangis-tanpa-alasan dalam beberapa waktu ini.
Prrriittt!. Wasit meniupkan peluit tanda waktu time out telah berakhir. Side ball tepat diambil dihadapan Kay. Beberapa pemain mulai memasuki lapangan kembali. Matilah gue, batin Kay saat melihat orang-yang-membuatnya-menangis-tanpa-alasan menuju kearahnya. Spontan ia mengangkat kakinya untuk pergi tapi itu terhenti ketika ia menyadari ia masih punya satu tugas. “shit! Andai aja gue nggak nemu nih dekker”, gumamnya memaki. Kay menggigit bibirnya. Ia menatap tim tuan rumah yang belum memasuki lapangan. Mmmm ..
“sebelas ..”, ucapnya pelan dan ragu. Orang-yang-membuatnya-menangis-tanpa-alasan itu menoleh ke arahnya. Kay kaget ternyata orang itu mendengarnya. Orang itu pun mendekatinya. Kay dapat merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Oh damn …
“kenapa?”, tanya orang-yang-membuatnya-menangis-tanpa-alasan tersebut.
Kay mengeluarkan penemuannya itu dari dalam saku jaket, “ini punya kamu?”. Cowok itu memandangi benda yang berada dalam genggaman Kay untuk beberapa saat. Entah apa yang ada dipikiran anak itu, Kay tidak bisa menebaknya. Ia seperti tidak punya ekspresi.
“thanks”, ucapnya pelan sambil menatap Kay lekat-lekat dan mengambil benda itu kembali. Kay merasakan nyeri didadanya saat melihat sorot mata itu. Entahlah, Kay merasa ucapan terimakasih itu berarti lain. Ia tak tahu apa artinya. Sedetik kemudian Kay merasakan matanya yang mulai memanas. Kay segera membalikan badan dan pergi jauh-jauh dari situ. “kenapa lagi gue?”, tanyanya dalam hati sambil menghapus setetes air mata yang bergulir.

“Kayla Karisma Putri”, gumamnya sambil mengetik nama itu dalam kotak search di facebook. Dengan segera ia membuka profile tersebut. “26 Desember. From Jakarta. Hometown Salatiga. Mahabintang International School”, ucapnya membaca data-data dalam info tersebut. “Correct!”. Laki-laki itu menyunggingkan sebuah senyum miring, “okey .. let’s we start the game, Kay”.

to be continued :D hehe keep reading and leave a coment please .. ^^ argt , GBU !

No comments:

Post a Comment