Thursday, April 28, 2011

woooaaaa :O hosh hosh hoshh !

huaaa ><" Gie merasa swt.stw.wts (dst) sodara2 xO huhhh .. hari ini bner2 errrr~ ak lat VG buat lomba FLS2N dan huaaa .. diri q suram sekali untuk lagu wajib. udh gitu untuk lagu pilihan (jangkrik genggong) ak tiba2 d pindah k sopran. wewwooo .. hrs mmpelajari lg. huhh .. tak apalah , kudu bisa !! iyalah , lomba tinggal besok Sabtu nyett =0= hohhh ..badly, bnyak org2 skolah (terutama guru2 tuh) pada naruh harapan bsr atas kemenangan tim VG ini. omaiigaddd. woo , bhkan mereka udh ber'ekspetasi' tinggi bgt sm qta. (ciieilah , bhs gue. BTT=bahasa tingkat tinggi) . ohhh , God. help us please x( . JANGAN HOPELESS !! I'm sure , Tuhan g mau predikat "Champion" dari qta Dia cm mnta qta kasih yg terbaik dari ap yang KITA MAMPU. ak jg sadar sepenuhnya. Manusia itu cm bs berusaha yg terbaik. Finishing itu urusan Tuhan. jadii , Tuhan "aku manut" huhuhuu yang menyebalkan brader2 san sister2 q tercinta. Minggu bsk tim Dance (gue msk nih :p ) mau ikt lomba dance. tp , ohh God. suram !. Qta belum latian SAMA SEKALI. kalo yg ini HOPELESS boleh ?. BOLEH !!! :O

-gietato-

Tuesday, April 26, 2011

i love japanese !! :D

moshimoshi! wkawkawka gie jd maniak jepang nih. sampe niat buangetttt deh bljr sendiri. ciihhh .. belaga einstein perempuan ==' mncoba mmpelajari partikel katanya aj gue dong2an :x
wkkwkwkw

ni gie mau pamer bberapa kosa kata jepang (urutan bacanya: romaji, kana, kanji) yg ak browse freejapenese.org :D haha. aseekkk loh sumpee :D
just check it ^_^

kata ganti org :

Saya:
Watashi => わたし => 私

Boku => ぼく => 僕
Atashi => あたし
Ore => おれ => 俺
Kamu:
Anata => あなた
Kimi => きみ => 君
O-mae => おまえ => お前

Dia (L) => Kare => かれ => 彼
Dia (P) => Kanojo => かのじょ => 彼女
Kami => Watashi-tachi => わたしたち => 私たち
Mereka => Karera => かれら => 彼ら
Orang itu => Ano hito => あのひと => あの人

warna :D

Abu-abu => Haiiro => はいいろ => 灰色
Biru => Aoi => あおい => 青い
Coklat => Chairo => ちゃいろ => 茶色
Hitam => Kuroi => くろい => 黒い
Hijau => Midori => みどり => 緑 (midori kyk tokoh komik kesukaan gue. sipp dah ! )
Merah => Akai => あかい => 赤い
Orange => Orenji => オレンジ
Pink => Pinku => ピンク
Putih => Shiroi => しろい => 白い
Kuning => Kiiro => きいろ => 黄色
Ungu => Murasaki => むらさき => 紫

alam :

Alam => Shizen => しぜん => 自然
Awan => Kumo => くも => 雲
Bintang => Hoshi => ほし => 星
Bulan => Tsuki => つき => 月
Bumi => Chikyuu => ちきゅう => 地球
Langit => Sora => そら => 空
Matahari => Taiyoo => たいよう => 太陽
Pelangi => Niji => にじ

masih banyak sih yg laen :DD tp mls gue post. haha ,cri sndiri aj y kalo tertarik :)

oke, arigatoo gozaimasu. watashi wa Gie desu. ^^

Monday, April 25, 2011

weee .. ee .. e ak suwunk ! =='

hari ini membuktikan bhwa LIFE IS SO FLAT , NYETT ! stw. as usuall , liburan ku suwunggggggggg >< ak cm pelayanan di BU bareng ank LAB JHS Choir. lagu "someone up there loves me". abis itu ak menghadiri meeting rapat OSIS mmbahas paskah. swt. ak mls poll!! dah .. hbs itu rencana.e ak ad lat dance and VG buat lomba (org sibuk nyitt , maklum aja :D) tp dua2nya g jd =='. so, gue cm nangkring d pinggir jalan mana pun brg geng bintang (hueekk! jeneng.e nyah =.=)
qta cm ngrumpi and nyap-nyap ndk jelas. sblmnya kita mkn brg d kantin SMA. eh, wkt ak lewat kelas kak **** ak cariin mlah gak ad tuh bocah. haseetehh .. tp teko2 wkt gue ngo "wee .. asem. kk.e gak ad ikh". teko2 pas mengo ak kaget puolll!. JEDOEEENGGG! ak ketemu kk.e langsung dgn penampilan barune dn yg SUNGGUH DINAMIS (haisshh, bhs elo =='). did you know? wkwkkw dia sekarang BOTAK ! XD wkawka ak ngikik bahkan ngakak!. mukanya tmbh keliatan BEGO XD wkwkwk. keliatannya hbs kena razia rambut deh tu bocah maka.nya kepala udah kyk pentol korek gitu wkkwk. mukanya kayak shaolin tau gak sih? tp tetep unyu kok :* muwahhh (cuhhh !)

tp yg plg tragis damar. wkt d kntin dy n mey udh sneng2 ktemu pujaan hatinya (=,=). ya, seneng2 aja deh mreka. tp teko2 nasib.e damar si pujaan malah menclok brg cwe.e wkwkkw nasib lu nyet. nggak jodoh emang susah hehe jahat, gak deng cm becanda :p

yasudah itu saja berita kedataran hidup gue yang sungguh gak mutu dan patut dikagumi :D (ap sih lu? GJ -.-)

argto :)

Sunday, April 24, 2011

cerpen : 1 .. 2.. 3 .. 4 .. NO! (part 9)

“Oke, Chika sekarang kita buka perbannya ya? Sudah siap?”, tanya sang dokter. Hari ini adalah hari perbannya di lepas. Huuaa .. saat-saat mendebarkan.
“Siap dok”, jawab Chika mantab. Beberapa detik kemudian ia merasakan perban yang melilit kepalanya mulai melonggar. Dalam hati Chika berdoa semoga operasinya ini berhasil. Dan ia berharap saat ia membuka mata nanti orang pertama yang dilihatnya adalah Dira.
“Chika sekarang buka mata kamu pelan-pelan”, komando si Dokter. Chika membuka matanya perlahan. Ia mengerjap-ngerjap matanya beberapa kali.
“Dok? Kok disini gelap?”, ucap Chika gemetar. Semua orang di ruangan itu langsung panik. Ya, Tuhan jangan-jangan operasi Chika gagal?!.
“Chika?? Kamu serius??”, ucap bunda.
“nggak deng, Bun. Cuma bercanda. Hehehehe”, ujar Chika nyeleneh. Bunda langsung lega sekaligus sebal. Sempet-sempetnya ini anak habis operasi langsung ngerjain orang. Hadehh ..
Chika menoleh ke arah dua orang disamping Bunda. “Valen??. Ya, kan?. Ckckkc ternyata sekarang elo kayak gini ..”, ucap Chika riang saat mendapati cewek dengan rambut sepanjang bahu yang gayanya udah kayak artis jepang—apalagi wajahnya yang agak oriental itu. Mata Chika beralih ke cowok di sebelah Valen. Cowok itu tinggi, agak putih dan rambut belakangnya rada jabrik dan acak-acakan. Dira? Masak sih? Kok beda banget?, pikir Chika. “Shandy kan?”, ucapnya kemudian. Cowok itu mengangguk dan tersenyum manis. Tapi sekarang senyum itu sudah tidak bisa meluluhkan hati Chika karena hatinya yang dulu bocor dimana-mana karena Shandy, sekarang sudah tertambal dengan nama “DIRA”.
“by the way, Dira mana?”, tanya Chika bersemangat. Semua langsung diam saat mendengar pertanyaan Chika. Ekspresi mereka pun langsung berubah dengan extremnya. Chika mengerutkan dahinya. Perasaannya tidak enak. Pasti sesuatu terjadi pada Dira. Tapi apa?. Kenapa hanya ia yang tidak tahu apa-apa?. Kekhawatiran makin menjalari seluruh tubuhnya.
“kamu mau ketemu Dira?”, tanya Bunda.
“iya lah, bun”, ucap Chika dengan nada yang dibuat santai untuk menutupi kecemasannya.
“hmm .. tunggu kamu baikan ya?. Oke?. Ntar baru ke tempat Dira”
“tapi, bun ..”
“kamu harus istirahat dulu, Chik. Kan kamu baru saja dioperasi”, ucap sang dokter. Chika yang kalah suporter hanya bisa manyun.

Keadaan Chika sudah membaik setelah beberapa hari yang lalu tinggal di rumah sakit. Tapi yang tidak kian membaik adalah rasa kangen, heran dan cemasnya pada Dira. Kemana aja sih tu anak?. Waktu Chika selesai operasi dia nggak nongol, ditungguin beberapa hari di rumah sakit juga nggak njengukin.
“kita ke tempat Dira duluan ya?”, pinta Chika. Ekspresi Bunda, Shandy dan Valen pun langsung berubah dengan extrem seperti saat Chika menanyakan tentang Dira beberapa hari lalu.
“kamu yakin?”, tanya Valen ragu.
“ya .. iyalah. Kalo nggak kenapa aku minta??”, ujar Chika heran. Valen hanya tersenyum kecut.
Mobil pun melaju. Selama perjalanan Chika hanya tersenyum-senyum sendiri. Ia membayangkan nanti ia akan bertemu Dira. Orang yang ternyata selama ini ia sayangi dan menyayanginya. Ia membayangkan hari-hari barunya bersama Dira. Dia akan menghabiskan waktunya bersama cowok yang berhasil menerobos hatinya itu. Ia bisa menatap mata Dira sampai ia bisa tenggelam di dalamnya. Dan semua!. Ia bisa lakukan apapun asal ia bersama Dira.
“Kok kita kesini?” tanya Chika saat mobil menuju ke arah lain. Tak ada yang menjawab. Semua hanya diam. Chika makin heran, perasaan tidak enak itu kembali menggerogotinya. Kali ini disertai dengan detak jantung yang makin kencang. Beberapa saat kemudian mobil berhenti di sebuah kompleks pemakaman.
“kita mampir disini sebentar ya”, ucap Shandy. Ia tersenyum tapi tatapan matanya tetap menyimpan misteri. Chika hanya menurut dan turun dari mobil. Ia mengikuti langkah ketiga orang didepannya ini menerobos kompleks pemakaman tersebut. Mereka mendekati sebuah makam yang masih baru. Disana terpampang foto orang yang dikenal Chika. Pasti, karena ia ..
“Dira?”, ucap Chika gemetar. Dia nggak percaya. Nggak mungkin!. Nggak, ini pasti lelucon.
“ng-nggak .. ini nggak mungkin makam Dira. Ini bukan Dira temen kita kan??”, Chika memandang ketiga orang tersebut bergantian dengan tatapan nanar. Ia melihat ke arah nisan. Disana tertulis nama DIRA WIRATAMA. Matanya mulai panas. Setetes demi setetes air mata bergulir. Ia tak tahu harus bagaimana. Ia tak mampu berkata-kata. Ia merasa jiwanya ikut menghilang. Hatinya kosong. Hampa. Seiring dengan kepergian Dira.

Chika membuka matanya. Ia kini tengah berada di ruangan yang berbeda, bukan rumah sakit tempatnya di rawat. Ia merasakan aroma yang khas dari ruangan itu. Ia tahu, ini kamarnya. Ia menoleh ke sekelilingnya. Ruangan itu penuh dengan mawar putih. Ia turun perlahan dari tempat tidurnya. Ia berjalan mengelilingi kamarnya itu. Ia mendekati mawar-mawar putih tersebut. Disetiap mawar terdapat kartu-kartu ucapan. Chika membuka kartu ucapan yang berada di antara empat tangkai mawar.
Ketulusan kasih sayang buat orang yang membenciku =)
Dira.
DIRA. Nama itu mengingatkan Chika pada mimpi buruknya yang sempat ia lupakan beberapa menit yang lalu. Lagi-lagi ia harus menelan kenyataan pahit. Kenapa ia bisa bodoh sekali???. Kenapa ia harus menyadari perasaannya pada Dira pada saat terakhir??. Kenapa Dira harus pergi secepat itu??. Dan kenapa ia tidak bisa melihat Dira untuk terakhir dan pertama kalinya?.
Chika mengusap air matanya dan beranjak ke mawar-mawar lain, ia membuka kartu-kartu tersebut satu persatu.
Bintang yang paling terang adalah tanda kasih Tuhan untukmu.
Dia akan selalu ada saat kamu butuh dia. Dan itu Aku.
Dira.
Pikiran Chika kembali melayang saat Chika sedang berada di rumah sakit bersama Dira. Saat Dira memintanya untuk menjadi bintang paling terang di hatinya. Dan itulah yang sekarang terjadi.
Gue tau elo benci gue. Tapi sebenci apa pun itu.
Gue selalu ada di samping elo. Gue sayang sama elo.
Dira.
Hati Chika makin tersayat saat membaca memo itu. Itu adalah kata yang di bisikan Dira saat ia memasang formasi “pura-pura tidur”.

Melupakanmu sama susahnya dengan kamu mencintaiku
Dira.

Terimakasih sudah membenciku
Karena semakin kamu membenciku aku semakin mengingatmu.
Dira.

Gue lepasin elo sama Shandy. Karna gue tau elo bahagia sama dia.
ELO BAHAGIA, udah cuma itu yang gue mau.
Dira.
Ini pasti waktu masalah Shandy dulu, batin Chika sambil tersenyum kecut.
Pandangan Chika tertarik pada 4 tangkai mawar putih yang aneh. Ia mendekati mawar tersebut dan mengamatinya beberapa saat. Keempat mawar itu seluruhnya seperti terkena bercak darah. Di atas mawar tersebut tergeletak sebuah kartu ucapan dan sepucuk surat. Keduanya juga terkena bercak darah. Chika menjadi heran. Ia membuka kartu ucapan itu.
Aku ada di diri kamu. Jaga aku ya ..
AKU SAYANG KAMU.
Dira.
Chika mengerutkan keningnya. Apa sih maksudnya “aku ada di diri kamu”?. Chika kemudian membuka isi surat. Matanya menyapu kata demi kata yang tertulis dalam surat itu. Air matanya langsung meledak saat ia selesai membaca surat itu. Hatinya hancur!!. Satu kenyataan pahit lagi yang harus diterimanya. Ya, Tuhan kenapa ini harus terjadi secara bersamaan?. Ini berat!.
“Dira .. maafin Chika!”, jeritnya sambil menangis tersedu-sedu.



To: Chika,
Hei Chika. Kalo km udh bs baca surat ini berarti ak udh g ad dong? Hehe. Gimana seneng g bs ngliat lg? ak jg sneng kok km isa liat .. berarti pngorbanan Q gak sia2 :D gak sia-sia ak mati buat km. ok, ak emang mati konyol. Ak bunuh diri. Ortu q bsk cerai. Mungkin kalo ak mati ini bs nyadarin mereka. Semoga ..
btw, ak yg ndonorin mata buat km lho. Haha. ak nitip mata ak di km y  jaga tuh mata baek2. Anggep itu sbg pengganti ak buat njagain km. seneng kan skrg bs liat lg?. ak kan udh janji ke km bkal nglakuin ap pun buat kamu walaupun kamu bnci aku. Trmasuk nyawaku sendiri. Yang penting km bahagia, ak jg bahagia. AKU SAYANG KAMU, CHIKA. Dan aku minta aku akn slalu jd BINTANG PALING TERANG di hati kamu. Setelah ini ak mohon km jgn terpuruk y .. km hrs tetep nglanjutin hidup km. ak gak mau pengorbanan Q sia2 lho :D hahaha. Mmm .. ak Cuma bs bilang sorry n thx buat semua. Sorry ak udh bikin kamu buta. Sorry udah mbikin kamu kenal sama orang kyk ak. Dan thx, kamu ijin.in ak sempat masuk dlm hidup kamu selama ini. dan thx juga udah benci aku. Karena semakin kamu benci smakin ak syg sama kamu. Ini adalah mawar terakhirku untuk kamu. Walaupun putih ketulusannya udah kena noda darahku tapi itu sbg simbol ketulusan pengorbananku buat kamu. Chika Sophia, orang yang kucintai 
Dira.

Beberapa tahun kemudian ..
CHIKA.
Aku memandang langit malam itu. Malam ini cerah. Bintang bertebaran menghiasi langit malam. Kalimat itu terulang lagi ..
Katanya tiap orang yang kita sayang kalo meninggal nantinya bakal jadi bintang ..
Hahahah. Aku tersenyum mengingat kalimat itu.
Dan bintang yang paling terang adalah tanda kasih Tuhan untukmu
Tahun ini adalah tahun ke-empat Dira meninggal. Dia emang nggak disini. Tapi disini, di hatiku. Aku menatap cermin di hadapanku. Aku menatap mataku sendiri. Mata Dira. Aku bisa melihat Dira disana. Mata hitam yang bisa membuatku tenggelam saat menatapnya. Dia tetap berada dalam diriku. Bahkan menjadi satu denganku. Dan tiap kali aku melihat mataku, aku semakin mengingat dan menyayanginya. Ya .. sampai sekarang, perasaanku tetap bertahan. Aku memang belum sempat mengatakannya pada Dira. Tapi aku yakin, dia pasti udah tau kok. Dan aku yakin juga, Dira merasakan hal yang sama.
1 pelajaran dari aku:
jangan pernah sia-siakan ketulusan kasih sayang orang-orang yang menyayangimu. Karena kalo kamu lakuin itu kamu akan nyesel di akhirnya nanti. Bersyukurlah punya orang-orang yang masih peduli denganmu. Yakinlah, ketulusan mereka gak ada bandingnya. Ingat dengan kisah cinta burung kecil dan mawar putih?. Burung kecil mengorbankan nyawa demi memenuhi keinginan mawar putih. Tragis, dan itu pula yang aku rasakan. Dan rasa ini sakit, kawan. :’)
“Chik, udah di jemput Shandy tuh!”, teriak Bunda.
“oke, bun”, aku segera menuruni tangga.
“Hai, sayang!!”, sapa Shandy.
Eitsss! Jangan kaget!. Ini dia pelajaran kedua dari aku:
Jangan terpuruk terlalu lama dalam sebuah kesedihan. Kamu boleh kok mengenang seseorang dan kenangan yang begitu berharga buat kamu. Karna itulah fungsi kenangan : untuk dikenang. Tapi inget, kenangan itu abstrak dan ADANYA DI BELAKANG. So, LIFE MUST GO ON!.
Dan inilah kehidupanku selanjutnya. Aku bersama Shandy. Dira?? Tetep di hati dong .. :D hahahaa.

cerpen : 1 .. 2.. 3 .. 4 .. NO! (part 8)

Sebuah mobil Alpard warna silver terparkir di depan rumah Dira. Sedetik kemudian terdengar suara ribut-ribut di lantai bawah. Dira yang berada dikamarnya yaitu di lantai dua hanya bisa pasrah. Seperti biasa papa-mamanya tiap hari cuma ribut aja kalo di rumah. Bener-bener kayak kucing sama anjing yang jadi pasangan suami istri. Parahnya lagi kalau papa udah main tangan, kayak sekitar sebulan lalu waktu Dira nemuin mama sendirian di rumah dan kepala mama berdarah gara-gara dilempar vas. Parah deh. Dira bener-bener nggak ngerti. Kenapa isi hidupnya itu cuma nyakitin doang?. Mending-mending satu-satu datengnya, lhah .. ini?. Keroyokan euy!. Lama-lama dia frustasi juga kalo gini caranya.

Kata-kata Shandy tadi siang masih terngiang dipikiran Chika.
Setelah ini kamu boleh lupain Shandy selamanya ..
Lupain Shandy selamanya??. Ya, Tuhan itu mustahil .. . Tiba-tiba kata-kata Shandy yang lain mendesak memasuki benaknya.
Kamu boleh benci Shandy, tapi jangan Dira, Chik. Dia nggak bersalah. Kamu tahu? Selama ini dia rela ngelakuin apa pun buat kamu sekalipun dia kamu buang mentah-mentah. Tapi dia nggak pernah nyerah, karena dia sayang banget sama kamu…
Chika merenungkan perkataan Shandy. Dira?. Sebegitunya kah Dira berusaha buat Chika?. Atau Chika yang terlalu egois ? Sehingga ia tidak mau peka sedikit saja pada Dira. Chika mendesah berat. Ini gila!. Semua pertanyaan itu membuatnya makin terbeban.

“Hai, Chika”, sapa Dira. Seperti biasa, Chika hanya diam, mematung dan tatapannya dapat membuat kulkas mati kutu. Dira hanya tersenyum kecut melihat sikap Chika. Ia sudah kebal.
“Chik aku ajak jalan-jalan yuk, di luar asyik lho. Aku juga dibolehin sama suster kok ajak kamu jalan-jalan di sekitar rumah sakit”, ujar Dira. Chika hanya menoleh sebentar ke arah Dira kemudian berbalik ke posisi awal tanpa berucap apa pun. Dira menghembuskan nafas panjang.
“Oke, aku anggap kamu setuju”, ia mencoba untuk memancing Chika bicara. Tapi sama saja, Chika tidak bereaksi. Dira menyerah, ia pun segera menyeret kursi roda disampingnya dan menggendong Chika untuk duduk di kursi roda tersebut—kerennya, Chika nggak berontak sama sekali.
Dira mendorong kursi roda itu menuju ke taman belakang rumah sakit. Dira menghentikan kursi roda tersebut disebelah bangku taman dan ia duduk di bangku itu. Malam ini langit cerah. Dira menengadah keatas. Ia menikmati keindahan bintang yang berserakan di langit gelap. “Chika, malem ini lagi cerah lho. Bintangnya keren banget!. Sumpah deh ..”, ucap Dira riang. Tetapi Chika-tetep-diam. Dira masih aja keukeuh berjuang, dia tetep ceriwis cerita-cerita ke Chika tentang bintang. Yeah .. Dira emang maniak banget sama bintang, semua orang terdekatnya tahu itu kok.
Suasana hening, Dira udah berhenti cuap-cuap. Tiba-tiba Dira melihat satu bintang yang paling terang. “Chik, elo tau nggak?. Katanya tiap orang yang kita sayang kalo meninggal nantinya bakal jadi bintang. Haha. Keren kan tuh ..”, ucap Dira. Tapi, Chika tetap dalam “formasinya”. Dira merasakan hatinya pedih melihat Chika yang seperti mayat hidup itu.
“Ehmm .. Chik, dengerin aku ya .. . Apa pun yang terjadi, apa pun yang kamu rasain jadilah dirimu sendiri. Dan, lihat bintang disana! Sebanyak itulah orang yang sayang kamu, bahkan lebih!. Dan bintang yang paling terang adalah tanda kasih Tuhan untukmu. Dia akan selalu ada disaat kamu butuh dia .. “, ucap Dira panjang lebar. Dira terdiam sejenak. “Dan … gue harap, gue bisa jadi bintang yang paling terang buat elo”, bisiknya pada Chika.

Beberapa bulan kemudian …
Plakkkk!!. “Dasar kamu itu tidak tahu diri!!”. Dira langsung menghentikan langkahnya menuju dapur dan segera bersembunyi di balik tembok saat mendengar peperangan kedua orangtuanya sudah dimulai. Dira sebenarnya ingin menahan mereka berdua, tapi percuma. Dia pernah mencoba itu berkali-kali tapi malah ia yang jadi korban “tawuran” keluarga itu. Akhirnya saking emosi ia sudah malas ikut-ikutan dan memilih tetap duduk di bangku penonton saja walau sebenarnya yang ia rasakan sangat-sangat berat. Ia tak tahu benar duduk perkaranya, entah papa selingkuh dengan wanita lain atau mungkin mama yang berselingkuh. Entahlah, pokoknya apa pun alasannya itu seperti membunuh Dira perlahan-lahan. Ia merindukan masa kecilnya dulu. Saat hidupnya hanya berupa kebahagiaan. Ada Chika yang ceria dan ada orangtuanya yang selalu akur dan perhatian padanya. Tapi sekarang, surga itu sudah jadi nerakanya surga.
“tak tahu diri apanya?!! Kamu itu bisanya cuma main tangan sama perempuan!! Dasar tukang selingkuh!!”, teriak mama.
“Kamu apa aku yang selingkuh, ha? Selama aku kerja capek-capek diluar kota kamu ngapain? Malah main sama cowok-cowok nggak jelas. Dasar wanita tak berpendidikan!”
“yang nggak berpendidikan tu kamu ya!. Enak aja fitnah-fitnah orang!”
“terserah omongmu!, aku nggak peduli!. Dasar .. nggak ngerti aku apa mau kamu!”
“mau aku? Kita BERCERAI!!”
“oke! Kita cerai. SECEPATNYA”
Mulut Dira menganga lebar mendengar perkataan kedua orangtuanya itu. Ia. Tidak. Percaya. Sungguh!. Ia tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Dirinya hampa. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Ini begitu menyakitkan!!.

“Halo?”
“Oh, Dokter .. iya, benar. Ada apa?”
“wow!, benarkah??. Anda serius dok?”
“secepatnya kapan?”
“ha? Besok??. Hmm .. oke. Baiklah, bisa. Pasti, besok akan sangat lebih baik”
“iya, iya .. jam sembilan kan?. Baik terimakasih banyak, Dokter. Iya, selamat malam!”
Bunda menutup teleponnya. Chika yang sedari tadi keheranan melihat bunda begitu bersemangat berbicara dalam telepon langsung bertanya.
“apaan sih, Bun?”
“bunda punya kabar baik sayang!”
“apaan nih? Kok keliatannya seru banget?”
“emang seru abis!. Kamu tahu nggak? Dokter barusan bilang kalo kamu udah dapet donor mata dari seseorang. Haha. Tapi dokter bilang dia tidak bisa sebut nama si pendonor karena ‘dia’ tidak mau. O .. ya operasi kamu besok”
“Besok? Kok mendadak banget??”
“nggak tahu deh. Ah, nggak penting juga kan, Chik? Penting kamu besok udah dioperasi dan bunda yakin kamu pasti bisa liat wajah bunda yang cantik nan jelita ini. haha!”, ucap Bunda nyeleneh.
“kalo gitu mending kagak deh, Bun. Hahhaha bercanda!”, seru Chika tambah ngaco. Dasar… like children like mom.
“oke, mending kamu sekarang istirahat dulu biar besok bisa fit. Nite, sayang”, ujar Bunda lembut sambil mengecup kening Chika. Chika hanya manggut-manggut dan melesat menuju kamarnya. Sampai di kamar ia segera mengambil HPnya. Ia ingin secepat mungkin memberitahukan ini pada Valen, Shandy dan .. Dira!. Iya, Dira .. . Kini Chika mulai sedikit menyadari apa yang Shandy bilang dulu itu benar. Dira sungguh-sungguh menyayanginya dan mau melakukan apa pun untuknya. Ia pun berpikir, kenapa ia bisa se-egois itu?. Dia buta bukan karna Dira. Dia sendiri yang ingin menyelamatkan Dira, bukan Dira yang memintanya. Yah .. setidaknya karena itu, Dira berhak mengetahui hal ini pertama kali. Chika pun memencet keypad nomor 4—yang letaknya sudah ia hafal. Sekarang HPnya sedang disambungkan ke HP Dira.
Titttt … tittt … maaf nomor yang anda tuju sedang sibuk. Silahkan coba beberapa saat lagi. Ttttiiitttttt…
Dahi Chika jadi keriting. Ia mencoba meneleponnya lagi. Tapi yang ia temui malah Miss Mailbox. Ia mencobanya lagi berkali-kali. Sama saja. Nihil. Tak ada hasil. Tiba-tiba perasaan cemas menggerogotinya. Dira kenapa??.

cerpen : 1 .. 2.. 3 .. 4 .. NO! (part 7)

Dira memasuki ruangan tempat Chika dirawat setelah menyapa bunda yang sedang berada di luar ruangan untuk menelepon seseorang. Dira menatap Chika yang terduduk di ranjang putih tersebut. Perban-perban yang beberapa waktu lalu menempel di tubuh Chika kini sudah ada yang dilepas. Kesehatan Chika memang mulai pulih—walaupun sedikit, mengingat dia sempat kritis selama beberapa hari. Tapi tetap saja, kondisi Chika masih ‘mengenaskan’. Semenjak Chika menanyakan tentang kenyataan bahwa Oom Shandy adalah orang yang menabraknya pada Dira, Chika hanya melamun sepanjang hari. Paling mentok dia masih mau menjawab “ya”, “nggak” atau hanya mengangguk dan menggelengkan kepala saja.
Dira menghembuskan nafas sambil menaruh setangkai mawar putih di meja kecil dekat ranjang Chika. Ia berjalan mendekati Chika. “Gimana, Chik udah baikan?”, tanyanya. Tak ada jawaban. Chika tetap seperti patung. Melihat itu Dira merasa makin bersalah. Ia merasa begitu B-O-D-O-H. Nggak seharusnya gue bilang yang sebenernya, begitu pikirnya.

“Hei, Bun!”, sapa Dira pada Bunda saat mereka bertemu di depan ruangan Chika.
“Hei, Dir. Eh, Bunda titip Chika dulu ya, Dir. Bunda mau beli cemilan sama nebus obat buat dia bentar. Oke?”
“Sip, bun!”, ucap Dira. Wanita modis itu segera berlalu.
Dira memutar kenop pintu ruangan dan segera menapaki ruang itu. “Chika”, sapanya. Chika yang mendengar suara Dira langsung mengubah posisinya ke formasi “pura-pura tidur”. Dira hanya geleng-geleng kepala melihat ulah Chika. “Udah ketauan, bego. Haha.”, gumamnya pelan. Ia pun mendekat ke sebelah ranjang Chika. Dia menatap gadis yang begitu disayanginya ini. Ia melangkah mendekati Chika dan membisikan sesuatu.

Chika menatap ke luar jendela ruang tempat ia dirawat. Hatinya terasa hampa. Jantungnya selalu terasa sakit saat mengingat kejadian itu. Dan sialnya, memori itu selalu pencicilan di otaknya. Ia merasa separuh jiwanya hilang entah kemana seiring dengan kenyataan itu ia dengar. Dan ia pikir ia tinggal menunggu dirinya hanya tinggal ‘cangkang’, karena lengkap deh penderitaannya. Ia buta, dan si pelaku adalah keluarga dari orang yang menghidupkan semangatnya lagi. Benar-benar tragis. Rasanya sebelum ia bertemu Shandy ia tidak mungkin bisa seceria itu lagi. Tapi saat harapan itu datang, ia hilang. Harapan itu bukan untuknya. Itu. Bukan. Milik. Chika.
Tiba-tiba suara guntur mulai beradu, sedetik kemudian suara keroyokan tetes-tetes air terdengar. Hujan, batin Chika. Ia tersenyum pahit. Hatinya makin sakit saat mendengar sebuah kalimat yang dulu sempat diucapkan seseorang untuknya.
Hujan itu indah, seperti kamu ..
Chika merasakan sesuatu yang hangat mengalir dipipinya. Ia menangis lagi dan lagi. Ia menangisi orang yang sama. Shandy. Benak Chika terus menerus menyerukan nama itu. Chika ingin menghentikan semua ini. Ia bingung, ia tak tahu apa yang sebenarnya ia rasakan. Ia tak bisa memisahkan kebencian dan cintanya pada Shandy. Ini bodoh!.
Tiba-tiba ia merasakan seseorang mengusap air mata di pipinya.

Shandy memasuki ruangan Chika. Ia harus menghadapi semua, temasuk kenyataan itu. Ia membuka pintu ruangan berwarna biru laut itu dengan perlahan. Jantungnya berdegub kencang. Di dalam sana, ia mendapati Chika yang sedang terduduk sambil menatap kosong ke arah luar. Ia memandangi gadis yang amat ia rindukan itu. Chika sangat berantakan. Ia tahu Chika sangat terpukul dan itu semua berasal dari dirinya. Shandy hanya membuang nafas perlahan untuk menahan segala rasa sakit yang ia rasakan. Ia harus kuat, karena ia tahu Chika menanggung kesakitan yang lebih dari yang ia rasa.
Shandy berjalan mendekati Chika. Ia menatap gadis itu. Hatinya makin pedih saat mengetahui Chika menangis. Ia segera mengusap air mata Chika dengan tangannya. Chika mendongakan kepalanya. Shandy menatap mata hitam yang indah itu. Ia serasa tenggelam di dalamnya.
“Hujan itu indah, seperti kamu ..”, gumam Shandy tanpa sadar.
“S-S-Shandy?”, ucap Chika lirih. Shandy langsung gelgapan mendengar namanya dipanggil. Ia menggigit bibirnya, tak yakin harus menjawab iya.
“iya, ini Shandy”, ucapnya kemudian. Shandy melihat ekspresi Chika langsung berubah. Entahlah. Bingung, benci, ragu, atau .. takut?. Chika hanya diam.
“Chika .. . Aku minta maaf soal oom aku. Aku juga nggak tahu apa-apa soal ini”. Tak ada tanggapan. Hening. Shandy menelan ludahnya. Ya, Tuhan orang yang ia sayangi kini malah membencinya. Hidup macam apa ini?.
“Aku wajar kalo kamu benci aku. Shandy ngerti, Chik rasanya gimana”, ucapnya pelan. Ia menatap mata gadis dihadapannya itu. tatapan terluka dan nelangsa. “Kamu boleh benci Shandy, tapi jangan Dira, Chik. Dia nggak bersalah. Kamu tahu? Selama ini dia rela ngelakuin apa pun buat kamu sekalipun dia kamu buang mentah-mentah. Tapi dia nggak pernah nyerah, karena dia sayang banget sama kamu”. Shandy menghentikan ucapannya. Chika tetap mematung disana. Shandy mengusap kepala Chika perlahan, “jadi Shandy minta kamu jangan benci Dira ya? Paling nggak anggap ini demi Shandy mau kan?”. Chika masih membisu. Dan itu membuat hati Shandy makin tersayat. Shandy menghembuskan nafasnya pelan. “Shandy pulang, Chik. Setelah ini kamu boleh lupain Shandy…”. Shandy memejamkan mata dan menggigit bibirnya. Kata yang terakhir ini akan berat untuk diucapkan. “lupain Shandy .. Selamanya”, ucapnya kemudian. Mungkin akhir kalimat ini juga akan mengakhiri semua ini. Biarkan Chika melupakan dirinya, itu akan memperbaiki keadaan. Pasti. Lagipula ia yakin Chika bisa melupakannya dengan mudah. Toh, selama ini Chika tidak tahu bagaimana bentuk rupanya, jadi walaupun nantinya bisa melihat, Chika pasti tidak akan mengenali Shandy. Begitu pikirnya.
Shandy masih memandangi Chika yang tetap mematung itu. Shandy segera mendekap erat Chika. Ia sangat merindukan gadis itu, dan saat kerinduannya mulai terobati, di waktu yang sama ia harus meninggalkan gadis itu. Selamanya. “Shandy sayang kamu, Chika”, bisiknya pelan. Sedetik kemudian ia merasakan bahunya basah. Chika menangis (lagi). Dan itu karnanya (lagi)

Saturday, April 23, 2011

untitled

woyy .. Gie balik lagi dgn semua ke-GJan yg bakal kalian bca d post ini (yg mnurut gue bkal jd dramatis kacangan) wkkwkwk.
apa ya? gue mau omong apa coba?
hmm .. ttg ap yg Gie rasain? apa ? Gie cm kangen sama io gak tnya deh !
ya kangen aj gitu. netes lg deh air mata. dasar cengeng !! wkwkkw dikit =p
kpn y ? Gie harap sih io bs dtg bntar k Gie paling g cuma buat ngilangin air mata Gie. sebentar aja (tapi jgn sebentar2 amat deng)
hahaha

weehh, something wrong. ak kyk mrasakan ssuatu yg aneh sm mr.(sensor)
kok dy ol ya ? ktanya sih lg sibuk ? msak?. tp doushite?. knpa ak jd ngurusin dy ? bkn.na gue udh mls sm dy ? dr AWAL
maybe .. cm buat 'nge-cek' kali y ? hmm . .duno lah lupakan saja.

oke, kita tutup sekian saja. hohoo nyesel jg ad postingan Gie yg udh ak hapus. asammm. BAKA.

satu lagi pelajaran dari Tuhan lewat Rio ! ^^

selasa, 19 April 2010.
hari itu Gie ad tanding persahabatan. Lab VS Grisa. Ak udah tekat pake no 9 karen ak yakin ak NGGAK BAKALAN kuat pke no 4. hohh .. you know lah. bayangan seorang rio. kalo ak pake (gak usah pake deh, liat aja udah mewek gue ==') aku inget semua ttg rio. inget dia mati. inget badannya darahan. inget Jakarta, tempat dia diambil. inget bintang. inget wkt ak kecewain dy. inget wkt gie kecewaiin dia. GIE JADI INGET RIO!. dan Gie nggak kuat nanggung beban yg kesimpen d angka kesukaan io itu. tapi, BAKA!. keliatannya Tuhan ngerjain Gie nih. celana basket Gie yg no 9 NGGAK ADA !. dan dgn sangat2 terpakasa Gie harus pake no 4. dari awal perasaan q gak enak sih. dan pagi itu, ak jg g ketemu kak **a*. huhh.. that was better. (maybe). Then ak BENER2 NGGAK SIAP PAKE NO 4. tp untungnya tmn2 jg support Gie. Then, amazingly!!!. Gie bisa maen pake no 4!. I had a very very good play. Gie three point 2 kali. pdhl sebelumnya Gie nggak pernah berani buat 3 point. but, actually. I can!!!! :DDD huaaa .. ak gak percaya! wkt 3 point prtama tu ya rasanya Gie cm refleks nge-shoot aja. then masuk SECARA MULUS. pdhl wkt itu Gie d block lawan. amazingly great!. ohmaiigad!. hahahaha

hari ini Gie dpt pelajaran lg lewat RIO :
BERANI UNTUK MENGHADAPI KETAKUTANMU. KARENA LAWAN TERBESAR MU ADALAH DIRI KAMU SENDIRI!

Gie yakin kamu2 psti bisa. Gie yg bkn sp2 aj bisa kok :D. nothing special with me, but I made it special because I brave to try it ^^.

bener kata orang, KEKUATAN ITU DATENGNYA 99% dari HATI 1% SUPPORT ORANG TERDEKAT. HAHAHAHA


Gietato,
Love u GOD
Love RIO !

ARIGATO GOZAIMASU :D

Monday, April 18, 2011

moshimoshi! =D

oyy , aku kembaliiii! xD sorry y udh lama g posting. g sempat sih hehe
waa .. kemaren hasil lomba siswa teladan q serba 4 wkwkwk cool =D
mulai dr nomor undi smpe rank q d tahap 1 and 2
lalala~ hmm ..
bsk ak sparing lho sm grisa , pdhl kaki q hbs kesleo

btw, kemaren ak dpt sidang lg xD wkwk
yeah .. kali ini ak ngerti emang ak yg slh jg
dan wkt ak cb manut hhehe
finally, i live a happy life kok
(maybe for a while?)
i think no. are we family? yes, we are. and i believe i have a good and happy family
g kyk yg ak bayangin selama ini

btw lg, hr ini kk **a* UN huaa ..
ak doain km d sni kk
ak sempat mikir aj gt.
ntar dy lulus, ak yakin dy msk k universitas yg bkn d dlm slatiga.
dan ak g mungkin bs liat dy lg. SELAMAT! :D ini emang akhir.
dan kemaren sbg prpisahan ak liat dy boncengan sm cwe.e ohh .. it was hurt me!!! ><
udh tau kan kalo cwe.e kk **a* itu trnyata dkt sm okta BAHKAN K E L U A R G A N Y A

Tuesday, April 12, 2011

competitionsyndromic frustated me !!! xO

ahhh .. Gie stress berat! g siap >< bsk udh hrs lomba buat siswa TELADAN (ciee .. jd teladan jg gue ==' ) gak bgt deh .. gue. OGAH!!! capek , bingung , gak ngerti ToT Tuhan, sembuhkan ak dr pnyakit berjudul : COMPETITIONSYNDROMIC ini >O<" what the hell .. mn tinggal bsk lg => KURANG DR 24 JAM
huaa .. it's a big big 'SWT'
ak bingung lee ..
rasane kok ak g bs istirahat bntar aj =='
br slesai 1 lomba/kompetisi teko2 MAK JRUJUG!! dtg yg laen ..
SELAMAT YA TOT

cerpen : 1 .. 2.. 3 .. 4 .. NO! (part 6)

Suasana di tempat itu begitu suram. Dira, Kenny, Bunda dan Valen hanya bisa diam sambil menunggu penjelasan dari dokter tentang keadaan Chika. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Dira kembali ingat dengan kejadian 4 tahun lalu.
“No!!!!!”, Dira menjerit. Badannya yang kecil gemetar. Ia tidak percaya dengan apa yang dia lihat barusan. Chika tergeletak lemas di hadapannya. Badan gadis itu penuh dengan darah. Sementara, mobil tadi meninggalkan Chika begitu saja.
Suara-suara di masa lalunya kembali terdengar. Suara anak-anak kecil yang menanyakan apa yang terjadi. Tapi itu cukup untuk membuat Dira terbeban.
“Chika?? Chika kenapa??”, seru mereka bersautan.
Tiba-tiba dokter yang menangani Chika keluar dari ruangan. Mereka semua menatap sang dokter dengan tatapan penuh harap. “Keadaan Chika masih kritis. Kita tunggu saja perkembangannya nanti. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelamatkan Chika”, jelas sang dokter kemudian berlalu. Masih kritis??. Dira menjadi naik pitam saat mendengar pernyataan dokter tadi. Ia mendorong Kenny sekuat tenaga ke tembok rumah sakit.
“ini semua gara-gara elo!!!”, teriak Dira.
“Dira, jangan memperkeruh suasana!”, ucap Valen sambil menahan tangan Dira yang bersiap untuk meninju Kenny. Dira melepaskan tangannya perlahan. Bener kata Valen, ini akan memperkeruh suasana. Ia menatap Kenny. Cowok jangkung itu hanya terdiam. Di matanya tersirat sebuah penyesalan besar. Ia menatap Bunda, wanita itu tetap tegar walau pun di wajahnya terlukis kekhawatiran yang teramat dalam.
“Bunda mau masuk jagain Chika. Kalian lebih baik pulang dulu ke rumah, Bunda tahu kalian capek. Bunda disini sendiri nggak apa kok”, ujar bunda sambil memamerkan senyum ramahnya pada ketiga remaja itu.
“Valen temenin Bunda dulu ya. Lagi pula mama papa juga masih di Surabaya”, ucap Valen.
“Terserah kamu aja. Lumayan kan bunda dapet temen ngerumpi. Hahaha”.
Ketiga anak itu hanya tersenyum mendengar guyonan bunda. Mereka salut dengan Bunda yang bisa mengontrol emosinya. Beliau tidak egois, beliau tidak hanya memikirkan perasaannya saja.

“Hey, Ken. Darimana aja kamu?”, tanya seorang pria tegap berumur 35 tahun itu pada keponakannya. Kenny hanya menatap pria itu dengan penuh kebencian. Wajahnya yang tegas berubah menjadi heran melihat ulah ponakannya itu.
“Oom jujur deh sama Kenny”
“weitss!. Ada angin apaan nih, Ken?. Kok kamu bisa tiba-tiba ngomong gitu?. Kayak sinetron aja”
Kenny tidak menggubris guyonan Oom-nya itu. “4 tahun lalu ..”, ucap Kenny. Kenny menghembuskan nafas sebelum melanjutkan kata-katanya. “4 tahun lalu Oom nabrak anak kecil cewek?. Umurnya waktu itu kira-kira 9 tahun, dia seumur Kenny. Om yang nabrak dia?? Tabrak lari?”, tuntut Kenny. Oom Kenny merasa heran saat mendengar pertanyaan Kenny. Kenny menatap pria itu dengan tatapan memburu. Terlihat oom-nya sedang berpikir dan mengingat-ingat sesuatu.
“4 tahun lalu ya?”, tanya Oom-nya balik.
Kenny memejamkan matanya. Semoga jangan iya, Kenny mohon oom jangan bilang iya, jerit Kenny dalam hati.
“Mmm .. iya, tapi itu sudah lama banget kan”, ujar si Oom santai. Jeduuuaarr!!!. Kenny merasa dirinya tersambar seribu petir dalam sekejap. Ia merasakan dadanya yang sesak. Lidahnya kelu. Tubuhnya beku. Hatinya terus berontak dengan kenyataan ini.
”Kenapa emang?. Kok kamu bisa tahu sih, Ken?. Om aja udah lupain itu ..”
Lupa elo bilang?!! Dasar setan lu!, maki Kenny dalam hati. Rahangnya tertutup makin rapat. Ia berusaha meredam kemarahannya.
“Heh, ken!. Kok malah diem?. Kenapa sih emang?. Ini kan masalah nggak penting”
INI KAN MASALAH NGGAK PENTING!!!.
“masalah nggak penting oom bilang??!!. Oom tahu nggak? Yang oom tabrak itu temen Kenny. Orang yang paling Kenny sayang. Dan oom pasti juga nggak tahu kalo gara-gara oom tu cewek jadi buta!!!. Pasti!. Karna oom langsung tinggalin dia gitu aja!. Ternyata oom tu gila ya! Bener-bener iblis!!. Om nyadar nggak sih waktu itu dia masih anak kecil. 9 tahun oom!!. Dia baru seumur Kenny waktu itu. Kenny malu punya keluarga kayak oom!!!”, maki Kenny. Emosinya meluap-luap.
“sorry, Ken. Tapi waktu itu oom bener-bener nggak sengaja. Oom waktu itu lagi ngantuk banget. Oom sadar waktu oom ngrasa nabrak sesuatu. Pas oom liat ternyata oom udah nabrak anak kecil. Oom jadi takut dan bingung waktu liat dia udah darahan di sekujur tubuh. Oom nggak tahu harus ngapain waktu itu. Bingung!. Akhirnya oom putusin buat pergi aja daripada oom yang kena masalah.”, jelas sang paman.
“Dasar egois!!!. Dasar elo iblis!!”, teriak Kenny sambil keluar dan membanting pintu.

Dira berjalan menuju rumahnya dengan pikiran yang sungguh kacau. Ini kedua kalinya ia harus melihat orang yang paling disayanginya tergeletak lemas dengan badan berlumur darah. Tepat dihadapannya!. Baru saja ia membuka pintu rumahnya, ia mendengar suara isak tangis. Dahinya jadi keriting. Dira segera menelusuri arah suara tersebut.
“mama ??!”, ucapnya kaget. Ia mendapati wanita itu terduduk lemas sambil menangis tersedu-sedu. Ia mendekati mamanya itu. Pecahan kaca tersebar di sekitar mama Dira. “Ma ..”, ucap Dira lembut. Wanita itu menatapnya. Dira terbelalak saat melihat kepala mamanya yang berdarah. “Mama kenapa??”, tanya Dira gemetar. Mamanya hanya diam. Tangisnya makin menjadi-jadi. Ia pun memeluk putranya itu sambil menangis. Dira hanya terdiam dalam pelukan mamanya. Ia dapat merasakan luka di hati mama. Ini pasti gara-gara papa, batinnya. “k-kamu b-be-besok .. jangan k-kayak p-papa y-ya, Sa-sayang..”, ucap mamanya terbata. Ia memejamkan matanya. Rahangnya mengatup rapat, menahan semua kepedihan hatinya ini. Ia merasa hidupnya begitu hancur. Ia tidak tahan melihat semua ini. Chika dan mamanya. Kenapa orang-orang yang ia sayangi harus terluka pada saat yang sama??. Ya, Tuhan ..

“Sayang?”
“Chika??”
“Sayang!!. Kamu sudah siuman??!”
“Bunda?. Ini bunda?”, tanya Chika lirih saat mendengar suara yang tak asing baginya.
“iya, ini bunda, sayang. Huhh .. Akhirnya kamu siuman”, ucap Bunda lega.
Chika memegangi bagian belakang kepalanya. Ia merasakan ada perban yang terbelit disana.
“Bunda ..”, sapa sebuah suara. “Chika?. Kamu udah sadar??”, ucap suara itu bahagia. Chika mengenal suara itu. Dira. Tiba-tiba kepalanya terasa sakit, sebuah runtutan peristiwa kembali terputar dalam benaknya.
Bbbooogg!!!
“elo kenapa tiba-tiba nonjok gue?!”, teriak Kenny.
“elo tanya kenapa?. Karna oom loe yang udah bikin Chika buta!. Ngerti lo?!!. Chika buta gara-gara oom loe!!”
“elo nggak isa seenaknya ngomong gitu Dir!. Apa bukti loe?”
“Loe mau bukti??!!. Ini mobil jip item yang sama persis sama yang nabrak Chika dulu. Dan plat nomornya sama, Ken!. B 497 A!. gue masih inget sama plat nomornya!”.
“gue nggak tau gimana jadinya kalo Chika tahu semua ini, Ken. Tentang oom loe juga tentang kita berdua yang sebenernya sahabatan”, ucap Dira lemas
Tiiiin!!! Bbbbbbrrrraaagggggggggg!!!!!!!!
Chika memejamkan matanya sejenak. Mencoba untuk mencerna apa yang terjadi padanya. “Dira?”, serunya lirih. Tak ada jawaban.
“Dira?”, panggil Chika lagi.

“mm .. ya?. E-ee kenapa?”, ucap Dira ragu.
“apa yang terjadi sama aku?”, tanya Chika polos.
.“ng-nggak apa, kamu cuma keserempet motor tadi”. Chika hanya diam mendengar jawaban Dira. Ia mengamati Chika beberapa saat. Dira melirik ke arah Bunda. Bunda hanya menatap Dira dengan tatapan ‘tak-tahu-apa-apa’ dan segera pergi meninggalkan mereka berdua. Dira menghembuskan nafas pelan melihat kepergian bunda. Dira mengamati gadis itu lagi, mencoba mencari tahu apa yang ia pikirkan. Tapi, tak ada.
“Kenny yang buat aku buta? Maksud aku oom-nya”. Glekkk!, Dira menelan ludah saat mendengar pertanyaan Chika. Ini saat yang paling dia takutkan. Saat Chika menuntut kenyataan tentang dirinya, Kenny, dan Dira. Ia tak mungkin mengatakan faktanya, tapi ia juga tak mungkin berbohong pada Chika untuk menutupi kenyataan. Kenyataan bahwa oom Kenny yang membuat hidup Chika hancur.
“Dira? Kamu masih disitu kan?”
“iya. Masih, Chik”, balas Dira singkat.
“Dir, tolong jawab pertanyaanku yang tadi”. Kali ini suara Chika terdengar sedikit bergetar. Dira hanya diam. Ia tidak tahu harus bagaimana. Kau tahu rasanya?. Seperti kau terjebak di tepi jurang yang dalam bersama seekor harimau yang siap menyantapmu. Kau hanya punya dua pilihan, loncat ke dalam jurang itu atau mati dimakan harimau. Serba salah!.
“Dira! Tolong bilang ke aku yang sebenarnya”, pinta Chika. Suaranya kian mengiba. “Dira ..”, setetes air mata mengalir di pipi Chika. Ya, Tuhan! Tolong aku, jerit Dira dalam hati. Ia memejamkan matanya, ia tidak kuat melihat Chika menangis. Semoga ini yang terbaik Tuhan ..
“iya”,ungkap Dira singkat. Dira bisa melihat bahu Chika yang langsung turun mendengar pernyataan Dira. Gadis itu hanya diam dan tertunduk. “Chika?”, Dira mendekati Chika, hanya untuk mengetahui keadaan gadis itu. Sesaat kemudian badan Chika bergetar hebat. Gadis itu menangis tersedu-sedu. Dira segera menarik Chika dalam dekapannya. Gadis itu berontak, tapi Dira mendekapnya makin erat. Chika hanya bisa menangis dan berteriak-teriak tidak jelas sambil memukul-mukul Dira dengan sisa tenaga yang dia punya. Dira merasakan jantungnya terhujam berkali-kali seiring dengan tetes air mata Chika. Beberapa saat kemudian Chika menghentikan “aksi”-nya. Ia lelah. Ia terus menangis meratapi kisah hidupnya dalam dekapan Dira. Tiba-tiba ia merasakan tangan Dira mengusap kepalanya dengan lembut.

to be continued :D
hoohooo keep coment y .. sorry udh lama gak post

Sunday, April 3, 2011

:D Happy birthday rio !! ^^

besok tanggal 04.04.2011 ku anggap sbg hari ultah io :D
ya sbener.e ak gtw sih dy lahir tgl brp .. jd y dripada dy nggak ultah mending ak bikin sendri :P
hoohoo , ni ak ad kado buat dia

"io .. ini gie kasih kado gambaran Gie buat iio :D. hohooo , cakepan d sni kan ? XD wkwkk. wish u all the best io. semoga km tenang d sana sm tuhan. kpn2 mampir k mimpi Gie dong .. paling gak cuma buat kasih tau makam km dmn :D ok ? biar ak bs sering2 'ngapel' xD wkwkkw. Love u so my best of the best friend :*. Gie miss u here so much <3"

Friday, April 1, 2011

waiting for 04.04.2011

04.04.2011 sebenernya g ad great event sih buat Gie :) wkwkwk. cuma ya gitu deh , tgl.nya bagus 4 and 4 ^^ jd kangen io. Gie msh inget gie nulis d kalender HP Gie yg skrg udh brsama Tuhan ToT (asemmm ikh) memo d tgl 4 april : MASIHKAH INGET IO ?
dan sekarang g usah d jwb lagi. ><" udh terang bgt kalo gue masih inget dia kemana-mana. Susah lupainnya tau ! mslh.nya ak jg utang "nyawa" sm dia. dan dia 1"ne yg plg bs ak prcaya. tp knp dy g balik2 ? woy .. mas.e sing disana lek ndang plg mas ! cari.i sobatmu ni lho (¬_¬") errrr~ just listen to this music : sampai saat ini rasa ku brtahan d sini
rasa yg tak akan hilang oleh waktu
KAU TIDAK DISINI
aku pun tiada di hatimu
jiwaku ikut menghilang bersamamu
tak terkira di sampingmu adalah HAL TERINDAH yg pernah KUINGINKAN
melukiskan sejenak keindahan dirimu :)
hanya kau yg aku mau , kamu ..


seventeen-hal terindah <3