Saturday, June 16, 2012

Ryan Tears part 5


“oke, hari ini kita latihan passing. Seperti biasa kalian latihan passing ditempat dulu saja. Nanti baru passing ke temannya. Silahkan cari pasangan dan ambil bola”, jelas Pak Markus. Seperti biasa, Kay langsung bergabung dengan Tisha.
“siapa duluan?”, tanya Tisha yang sudah kembali setelah mengambil bola di keranjang. Kay hanya nyengir kuda untuk menjawabnya. Tisha langsung melengos melihat respon tersebut.
“kenapa harus gue duluan terus sih?”, gerutunya.
“kan elo tau, Tish gue itu bego banget soal ini. hehe”. Yup, nggak bisa dipungkiri kalo temen Kay yang satu ini adalah pakarnya voli dan Kay adalah sampahnya voli.
“nih giliran lo!”, ucap Tisha sambil melempar bola ke arah Kay. Kay segera menerimanya dengan sigap—secara .. kapten basket gitu.
“cepet banget lo udah dapet lima puluh? Ini kan satu menit belum ada?!!”, seru Kay histeris.
“udah deh bawel cepet kerjain tuh tugas lo”. Kay hanya manyun dan menatap bola yang dipegangnya kini. Ia menghela nafas kemudian bersiap untuk melemparkan benda bulat itu ke atas. Namun Kay segera mengurungkan niatnya.
“elo ngapa berdiri di depan gue?!”, seru Kay naik pitam saat tiba-tiba Ryan berdiri di depannya dengan bersedekap tangan.
“nggak, gue cuma mau liat elo aja”, ucap Ryan dengan lembut. Alis Kay saling bertaut. Kenapa Ryan bisa ngomong selembut itu?. buat liat gue?? Maksudnya ...
“gue mau liat, emang elo mampu??”, ucap Ryan sambil mengangkat kedua alisnya dengan tampang pongah. Mulut Kay langsung menganga lebar. Apa maksud omongannya tadi??. Emang-elo-mampu? Mampu?? MAMPU?. Dia kira gue selemah itu apa?!. Sumpah, kurang ajar banget ni cowok!!!.
“elo!!”, ucap Kay sambil mengacungkan telunjuknya di depan muka Ryan. Ryan malah menampilkan sebuah senyum licik dan pergi dari tempat itu. arrggghhh!! dasar elo seta ..
Kay secepat kilat menghapus air matanya. Ahh .. apaan sih nih? Buat apa gue nangisin cowok songong kayak dia?!!
ê
“Duh, tempat minum gue kemana sih?”, ucap Kay sambil terus mengaduk-aduk isi tasnya.
o.. iya! Gue lupa!”, seru Kay kaget seraya menghentikan langkahnya.
“apaan?”, seru Angel, teman satu timnya.
“tempat minum gue ketinggalan di GOR !”, ucapnya sambil berlari.
“Kita jalan duluan ya!” teriak Angel dari kejauhan. Kay hanya mengangkat ibu jarinya keatas, tanda setuju.
Sekembalinya ia ke GOR, keadaan sudah hening. Beginilah suasana di GOR setelah selesai latihan basket. Ia menapakan kaki di depan pintu ruangan tersebut dan segera membukanya. Ia menengok ke seluruh penjuru ruangan, tak ada siapa-siapa. “Nah, itu dia!” seru Kay girang saat melihat tempat minum hijau bercorak bintang kesayangannya. Ternyata benda itu teronggok diujung kursi pemain dekat pintu masuk. Kay segera mengambil tempat minum itu kemudian melangkah ke luar GOR.
Baru saja Kay menggerakan kakinya beberapa langkah keluar dari GOR, tiba-tiba hidungnya terasa sakit. Panas dan perih!. Ia dapat merasakan ada cairan yang keluar dari hidungnya perlahan-lahan. Ia memegang hidungnya untuk memastikan apa yang sedang terjadi. “Shit, darah!”, Kay terhenyak. Ia langsung duduk di tangga didekatnya—satu-satunya tempat yang paling mudah dijangkaunya. Ia mencoba untuk tenang. Tak tahu kenapa, dari kecil Kay selalu panik kalau mimisan. Kay menundukan kepalanya, berharap kesakitan dan kepanikannya hilang. Ia dapat melihat semakin lama darahnya menetes makin deras.
ê
“coba kalo sepupu gue nggak cerewet kayak Mitha. Hoh! dasar deh tu anak lebay, cuma novel begituan aja yang ketinggalan pake ngamuk-ngamuk. Suruh ambil ke sekolah segala lagi. Harusnya kan gue menikmati masa-masa liburan yang indah”, gerutu Ryan. Hari ini ia berniat—sebenarnya kalau nggak dipaksa Mitha dia juga nggak bakal minat—untuk mengambil buku kakak sepupunya yang ketinggalan di GOR waktu pelajaran olahraga kemarin.
Kemarin Mitha ngamuk-ngamuk ke Ryan karna novel kesayangannya yang dipinjam Ryan —katanya sih buat bikin tugas, tapi Mitha nggak yakin juga. Sejak kapan tu anak rajin banget?— malah ditinggal gitu aja di Gedung Olahraga.
“itu novel romantiiiissss banget, Ryan”, ucap Mitha dengan wajah yang berbunga-bunga dan nada sok dramatis. Ryan mengangkat alisnya heran melihat sepupunya yang menjadi korban roman picisan itu.
“jadi, loe harus balikin novel itu jangan sampe ilang!!. loe harus ambil di sekolah besok!”, jelas Mitha menggebu-gebu.
“eeh .. nggak bisa dong!. Tommorow is Saturday, do you remember that??. Itu artinya gue libur!”, sergah Ryan membela diri.
heh bule kacangan, gue nggak mau tau!. Salah elo dong ninggalin tu novel di GOR. Pokoknya harus ambil besok atau loe harus ganti tu novel pake uang jajan lu selama sebulan!”, ujar Mitha yang kemudian pergi.
“sepi banget?. Bukannya hari ini ada latihan basket ya katanya?”, ujar Ryan saat ia mulai dekat dengan GOR. Langkahnya terhenti melihat sesosok gadis yang terduduk di tangga. “Kay? Napa lagi tu monyet?”, batinnya. Ia pun melangkah perlahan mendekatinya. Semakin dekat ke arahnya, Ryan melihat bercak darah berceceran di sekitar Kay. Dahinya berkerut panik. Ia berhenti dihadapan Kay. Mengamatinya beberapa saat untuk mengetahui apa yang terjadi pada gadis ini.
dari kecil dia selalu panik kalo mimisan..
Kalimat itu seketika terbesit dalam ingatan Ryan. Ia merogoh sakunya. Menyodorkan sebuah sapu tangan warna biru langit kesayangannya pada Kay. Kay langsung menyambar sapu tangan itu dan membersihkan darah yang mengalir tanpa menatap pemilik sapu tangan itu. Ryan bisa mendengar perlahan-lahan nafas Kay menjadi stabil. Jangan takut Kay, selama ada aku kamu aman, ucap hati kecil Ryan.
“makas ..”, Kay membelalakan matanya saat melihat Ryan. Amarah Kay langsung meledak melihat setan jadi-jadian di depannya ini—ingat saja, walaupun Ryan baru saja menolongnya tapi itu nggak akan menghapuskan kata ‘emang elo mampu’-nya si Rian kemarin. Nggak akan!.
Tetapi, saat mata mereka bersetatap, seketika amarah itu berubah menjadi rindu yang teramat dalam. Kay tenggelam dalam mata itu. Ia dapat melihat keteduhan disana. Tatapan yang sama. Tatapan masa lalu yang selalu menghangatkan relung hatinya itu kini berada dihadapannya. Ia seperti kembali. Masa lalu yang telah dipendamnya dalam-dalam seketika menyelimuti benaknya. Jakarta .. 5 tahun lalu .. tawanya yang khas .. sosok itu ..
“apa liatin gue? Tampang elo tu bloon!”, ucap Ryan ketus seraya melangkah meninggalkan Kay. Kay hanya diam. Kalo ini dirinya yang asli ia pasti dia udah menjak-menjak sambil mulut maju mundur mengomeli si Ryan. Tapi kali ini Kay membungkam. Ada sesuatu yang berdesir di dalam hatinya. Ia seperti tidak rela Ryan meninggalkannya. Ada yang mendorongnya untuk mencegah Ryan beranjak.
Ryan membalikkan badan dan menatap tangan Kay. Kay segera melepas genggamannya. Ia tertegun, ia tidak tahu kenapa ia bisa melakukan hal itu. Itu seperti refleks!.
Keadaan menjadi hening. Kay menggigit bibirnya. Ia tak mengerti akan perasaannya saat ini. sosok dihadapannya ini .. ia seperti datang untuk menghancurkan pondasi hatinya. Membuka masa lalu kelamnya. Dan menghujamnya lebih sakit lagi. Kenangan itu seperti kembali dalam wujud nyata. Berusaha membelitnya lebih kuat. Berusaha melenyapkan kekuatan Kay untuk membuka lembaran hidup yang baru dan lepas dari belenggu masa lalu itu.
ê
Ryan membalikkan badan saat merasakan tangannya tertahan. Ia menatapi jemari Kayla yang tengah menahan tangannya. Entah kenapa, jantungnya sempat berdegup lebih cepat. Tiba-tiba, Kay melepas genggaman tangannya secepat kilat. Dan secepat itu pula, terbesit sedikit perasaan kecewa di hati Ryan.
Gadis yang terduduk dihadapannya itu kini hanya terdiam. Kepalanya tertunduk cukup lama. Ryan tak tahu apa yang tengah terjadi pada Kay, ia pun memutuskan untuk tetap diam. Tapi melihat Kay yang terus terdiam membuatnya merasa khawatir. Ia pun berjongkok untuk menyejajarkan tubuhnya didepan Kay yang masih menunduk lemas. “Kay..”, gumam Ryan pelan. Ryan kaget sendiri menyadari dirinya menggumamkan nama itu. Kay mengangkat kepala. Kay menatap lurus ke arah matanya. Sekilas Ryan dapat melihat kilatan putus asa di mata Kay. Dan sedetik kemudian setetes air mata bergulir. Hati Ryan serasa terhujam saat melihat tetes air mata Kay. Seketika tangannya bergerak dan mengusap air mata Kay.
Dengan cepat Kay segera berkilah. Badannya sedikit gemetar. Entah, Ryan tak tahu apa. Kayla seperti ketakutan.
“jangan pegang gue!”, ucap Kay ketus. Kemudian berdiri dan segera meninggalkan Ryan. Ryan hanya memejamkan mata saat Kay melangkah pergi. Oh damn! What’s happened with me?, umpat Ryan dalam hati.
ê
Kay mengguling-gulingkan badannya diatas kasur, menandakan hati dan pikirannya yang nggak keruan. Otaknya kini bak sebuah gedung opera yang tengah memainkan permainan teatrikal yang terjadi tadi siang. Antara ia dan Ryan. Ryan, siapa sih dia?. Kay sama sekali nggak ngerti gimana jalan pikiran cowok itu. Cowok aneh. Kadang ia begitu ketus, nggak berperasaan, tapi ia bisa dengan mudah berubah menjadi Ryan yang lain. Yang perhatian, lembut, dan kadang overprotective. Fine, gue nggak peduli dia punya kepribadian ganda atau gimana, batin Kay. Tapi ada satu hal yang tak bisa Kay enyahkan dalam pikirannya tentang Ryan. Tatapan matanya. Hal itu. Tatapan yang membangkitkan semua kenangan lampau yang telah ia kubur dalam-dalam. Bahkan ia tak hanya membangkitkan masa lalu sialan itu, tapi Ryan pula yang secara perlahan membuat benteng pertahanan Kay yang telah ia bangun diatas kenangan itu menjadi retak. Sedikit demi sedikit.
Kay memejamkan matanya dan melipat bibir. Ryan .. ryan .. ryan .. . Kenapa ia bisa begitu mudahnya menangis hanya dengan sepasang manik mata itu?. Kay merasakan sudut-sudut hatinya tertusuk saat ia mengingat cara Ryan menatapnya. Dan seketika itu pula masa lalu itu berputar kembali.
“asal kamu bisa senyum itu udah bikin aku enggak capek kok ..”, ujarnya sambil tersenyum ke arahku. Sudut-sudut bibirku membentuk sebuah senyuman manis. Aku memandanginya yang mengayuh sepeda sambil memboncengkanku. Dia memang begitu mengerti aku. Ia mau lakukan apa saja untukku sekalipun aku tak memintanya.
Kay menggigit bibirnya. Ia tak sanggup dan tak mau untuk mengingat kejadian berikutnya. Ia dapat merasakan matanya yang memanas. Kay bukanlah gadis yang lemah, hanya saja inilah kelemahannya. Dan hanya hal inilah yang dapat membuatnya menangis.
Ia turun dari tempat tidurnya menuju ke lemari bajunya. Ia segera membuka laci tersembunyi yang ada di lemari itu dan mengambil sebuah kotak usang miliknya. Kotak yang sama dengan yang dimiliki oleh seseorang yang kini entah dimana. Kay menghela nafas penyesalannya untuk kesekian kali. Maafkan aku ..


Older part :
Ryan Tears part 4

Ryan Tears part 4


“woyy .. Bu Ika dateng woy!”, teriak anak-anak sambil berlarian memasuki kelas dengan bringasnya. Kelas yang tadi ramai pun kini sudah dirombak menjadi suasana kuburan. Sunyi senyap. Tapi semua itu tidak berpengaruh pada Kay. Ia masih sibuk bermain dengan pikirannya. Entahlah semenjak bertemu dengan orang-yang-membuatnya-menangis-tanpa-alasan beberapa waktu lalu, ia tidak bisa berhenti memikirkan cowok itu. Cowok itu. Entah siapa dia. Tapi ia seperti membangkitkan kenangan kelam itu. Masa lalu itu. Masa lalu tentang ..
“Kay! Jangan ngelamun!. Tuh monster udah masuk!”, bisik Tisha sambil menggoyang-goyangkan tubuh Kay. Kay yang mendapat warning dari temannya itu langsung merobohkan lamunannya dan menghadap ke depan.
Terdengar derap langkah dari sepatu high heels milik guru killer itu. “oke anak-anak. Sebelum pelajaran dimulai, kita kedatangan satu murid baru. Dia murid pindahan jadi ibu minta kerjasama kalian”, pandangan beliau menyapu seluruh kelas yang membisu. Ahh .. masih kenalan segala. Males, batin Kay yang melanjutkan lamunannya yang to be continued tadi. “Silakan masuk”, ucap beliau lagi. Kemudian dari arah pintu masuklah seorang anak. Semua pasang mata memandang ke arahnya. Para cowok langsung melengos saat yang masuk adalah seorang laki-laki—yang tentu saja tidak bisa menjadi incaran baru mereka. Sayup-sayup terdengar desisan para gadis secara bersamaan, “oh, gosh .. cakep!”. Mata para murid cewek itu langsung berbinar cerah melihat sosok di hadapan mereka sekarang. Cowok itu nggak terlalu tinggi, rambutnya ditata acak-acakan dibagian belakang—tapi itulah yang membuatnya terkesan cool, tatapannya penuh ketenangan dan menurut mereka cowok itu imut banget!.
“Kay! Kay! Liat deh!”, jerit Tisha pelan sambil menyikut Kay tanpa mengalihkan pandangannya dari anak baru itu. Kay yang lamunannya lagi-lagi terbuyar oleh Tisha langsung bertanya dengan kesal.
“Apa lagi??”, tatap Kay jengkel pada Tisha.
“itu! cakep banget!!”. Kayla langsung menyusuri arah yang ditunjuk Tisha. Nafas Kay langsung tertahan. Ia tidak bisa mempercayai penglihatannya saat ini. Ini halusinasi, yakin Kay. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya berharap bisa menghilangkan apa yang dilihat di depannya. Tapi percuma.
Jantung Kay berdetak lebih kencang. Ia merasa badannya menjadi dingin. Darahnya seperti membeku. Nggak mungkin orang ini. Orang-yang-membuatnya-menangis-tanpa-alasan itu. Beberapa detik yang lalu orang itu hanya berada di dalam pikiran Kay, tapi kini anak itu sudah berdiri tanpa ekspresi di depan kelas sebagai anak baru. Wait .. apa tadi? Dia anak baru?? Sekolah disini dong?.
Anak itu mulai angkat bicara. Tiap pasang mata para gadis di kelas itu memandangnya dengan antusiasme tinggi.
“Oke, nama saya Ryan and I’m from U.S.A”, ucapnya singkat. Para gadis langsung terpana mendengar penuturannya. Nggak nyangka mereka bakal dapet inceran made in U.S.A. “sebelumnya saya masuk di SMP Pekerti Luhur”, matanya memandang ke seantero kelas dan berhenti dengan tatapan tajam yang tertuju pada Kay. “tapi karna beberapa alasan, saya pindah ke sekolah ini”, serunya dengan menekankan kata ‘beberapa alasan’. “jadi, saya mohon kerjasama dari ..”, ia menyunggingkan sebuah senyum miring pada Kay. Senyum itu seolah menyiratkan sederetan mimpi buruk baginya. “kalian”, lanjutnya. Otot Kay menegang mendengar kata ‘kalian’ yang diucapkan Ryan. Ia merasa yang dimaksud kalian oleh cowok aneh itu bukan mereka satu kelas tapi malah dirinya. Entahlah, Kay juga tak mengerti apa maksudnya. Mungkin ini hanya sebuah presepsi.
“oke, Ryan. Silahkan duduk di bangku yang kosong itu”, ucap Bu Ika dengan telunjuk yang mengarah ke bangku di belakang Kayla. Ryan pun menuju tempat yang telah ditentukan. Suara hati Kayla makin histeris saat Ryan mulai mendekat. Tuhan, inilah awal mimpi burukku, batin Kayla.
Ryan telah menduduki bangkunya. Jantung Kay serasa menciut. Kay menutup matanya sambil menahan nafas, mencoba meredam perasaan aneh yang terus menggerogotinya. “nggak usah nervous. Kita mulai ini pelan-pelan”, ucap bisikan yang tiba-tiba mampir di telinga Kay. Dahi Kay mengernyit rapat. Ia menoleh ke arah Ryan dibelakangnya. Ryan mengangkat salah satu alisnya sambil memamerkan sebuah senyum mematikan. Tiba-tiba Ryan membuka mulutnya. “Slow down”, tuturnya tanpa bersuara. Kay tak mengerti apa maksudnya. Ryan sungguh aneh. Ia seperti ingin melenyapkan Kay dari muka bumi ini. Kay membuka mulutnya kemudian menutupnya lagi. Ia ingin membalas ucapan Ryan tapi ia tidak dapat bersuara. Ryan kini memandang mata Kay dengan lekat. Kay merasakan perasaan itu lagi. Sialan, gue nggak boleh keliatan cengeng di depan dia, batinnya. Kay segera mengangkat tangannya dan meminta ijin ke toilet pada Bu Ika untuk melarikan diri.
ê
Pelajaran olahraga kali ini sangat menurunkan mood Kay. Karena hari ini materinya adalah olahraga voli. Kay sangat membenci olahraga yang satu ini karena itu akan membuat tangannya lebam—padahal alasan utamanya sih karena dia bego banget maen voli. Kay berjalan dengan langkah gontai untuk berganti seragam voli sekolahnya. Mahabintang School emang keren. Nggak seperti sekolah-sekolah lainnya yang hanya punya satu setel seragam olahraga, sekolah internasional ini memiliki seragam sesuai dengan cabang olahraganya—nggak heran, secara murid-muridnya adalah anak-anak borju sehingga mereka nggak akan kejang-kejang soal urusan dana. Mulai dari seragam olahraga voli, seragam olahraga basket, seragam olahraga renang, bahkan mereka memiliki polo shirt berwarna pastel dengan logo Mahabintang School sebagai seragam olahraga golf mereka. Tidak, sekolah ini tidak punya lapangan sendiri. Mereka akan pergi ke arena golf yang sudah bekerjasama dengan sekolah mereka saat akan berolahraga golf.
Setelah selesai memakai seragam berwarna silvernya, Kay segera keluar dari ruang ganti. Baru saja ia membuka pintu ..
“ihh .. si Ryan tadi sumpah ganteng banget!”, jerit Lea dengan mata berbunga-bunga. Gadis-gadis di ruangan itu pun menyetujuinya dengan ikut jejeritan memuji sosok bernama Ryan tadi. Kay yang melihat tragedi dihadapannya itu hanya bisa menelan ludah. Oh, right .. sebegitukah pesona orang aneh itu?
“iya! Dia tu cute banget. Dan keliatannya orangnya tuh cool banget”, sambung Gita.
“mana dia dari Amrik lagi! alamaakkk .. malaikat surgawi bener tu cowok!”, seru Priskil tak mau kalah.
“Senyumnya itu lhoo .. bikin gue melting!”, papar Tisha dengan kedua tangan terkepal di dada dan wajah dibuat seimut mungkin—yang menurut Kay malah jadi kayak kambing congek. Alis Kay terangkat saat mendengar penuturan itu. melting? Iya, gue meleleh! Abis senyum napi gitu sih, kayak mau ngebeleh gue aja tu anak, gerutu Kay dalam hati.
“Eh, tapi kok gue perhatiin dari tadi si Ryan tu kok ngeliatnya ke arah elo terus ya Kay? Sama tadi kalian sempat ngomong-ngomong gitu kan? Dan gue rasa itu bukan sesi perkenalan antara elo sama dia deh .. kalian udah saling kenal?”. Pertanyaan Lea membuat Kay gelagapan.
“Aaa .. ng .. itu ..”
“apa?? Elo udah saling kenal sebelumnya? Kay kenapa elo gak pernah bilang punya temen secakep dia?? Kok kalian bisa kenal sih?? “, protes Tisha.
“Eh, dia udah punya cewek belum?”, tanya Tita sambil mencondongkan badannya ke arah Kay, membuat Kay terpojok ke dinding.
“ceweknya cantik nggak?”, disusul pertanyaan yang lain. Kayla yang kebingungan hanya bisa melongo melihat cewek-cewek ini menjajahnya dengan beribu pertanyaan. Melihat antusiasme teman-temannya yang udah menggunung ia yakin dia nggak bakal keluar dari sini dengan selamat. Kay kemudian menyembulkan sebuah senyum-tak-berdosa dan bersiap untuk mengambil langkah pergi. “hehe gue nggak tahu!”, ucapnya yang kemudian langsung ngibrit.
“dasar lebay. Anak jangkrik gitu kok banyak banget sih fansnya?!”, Kay terus menyewot sambil berjalan memasuki GOR. Melihat teman-temannya yang sudah mulai berlari mengitari lapangan ia pun segera bergabung. “auuu!!”, jerit Kay saat merasakan rambutnya yang berkucir satu dijambak oleh tangan yang tak bertanggung jawab. Kay langsung menoleh ke arah sang pelaku dan mendapati Ryan disana. Ryan berlari mendahului Kay, kemudian ia berlari mundur menghadap Kayla dibelakangnya. Ryan mengangkat salah satu tangan dan melambaikannya sambil memasang sebuah senyum kemenangan. Kay menahan nafasnya kesal melihat ulah Ryan. Ryan membalikkan badannya dan terus berlari ke depan. Arrrgghhh !!! Kay ingin sekali membentak Ryan, mencincangnya kemudian memasukannya ke dalam lubang buaya!. Tapi, tikk!. Sesegera mungkin Kay menghapus air matanya agar tidak terlihat oleh orang lain—terutama Ryan—dia nggak mau imagenya rusak dan ia di cap sebagai cewek manja dengan pasokan air mata yang melimpah.
                   ê            
Brroogg! “aaduuh!”, terdengar suara sesuatu yang jatuh diiringi dengan teriakan Kay. Mendengar itu Ryan langsung panik dan membalikan badannya. Ia bersiap untuk berlari ke arah Kay di seberang lapangan. “Kay kamu nggak apa kan?”, tanya Gavra yang sudah berlari mendahului Ryan.
“nggak kok, tadi cuma kesandung terus jatuh”, ucap Kay sambil mencoba berdiri.
“wooaa!”, dengan sigap Gavra langsung memegangi tubuh Kay yang limbung.
“Kaki kamu keseleo tuh, Kay!”, ucap Gavra sambil memapah Kay ke pinggir lapangan. Kay yang menyadari kakinya memang sedang tidak bisa diandalkan pun hanya menuruti Gavra. Setelah duduk di bangku pinggir lapangan, Gavra segera membuka sepatu Kay dan mengutak-atiknya. Kay hanya memandangi Gavra dengan senyum tipis. Beberapa hari terakhir, kedua remaja ini emang lagi deket-deketnya. Gavra sangat baik terhadap Kay. Ia juga perhatian, hangat, punya selera humor tinggi yang bisa bikin Kay ngakak sampe perutnya keriting. Selain itu Kay sangat menyukai senyum Gavra yang begitu ekspresif. Ahhh .. pokoknya tipe Kay banget deh!. Selain itu, Gavra memang cowok most wanted di Mahabintang. Dia ketua osis, pintar, juga anak band. Oh iya, dia juga kapten klub sepak bola di sekolah elit itu. Jadi, nggak heran kalo tercipta gosip ‘the best couple’ dengan personil Gavra-Kay. Cowok dan cewek most wanted di sekolah itu. Itu pula yang bikin kaum hawa Mahabintang school makin antusias menyebut Kay ‘super-duper-lucky-and-perfect-girl’—yah .. di sisi lain mereka juga udah hopeless buat menggaet Enrico Gavra setelah melihat saingan mereka adalah Yang Mulia Kayla Karisma Putri.
“oke, paling bentar lagi juga udah normal”, ucap Gavra sambil tersenyum.
“thanks ya, Gav. Sebenernya nggak usah elo sembuhin dulu juga malahan kok! Gue jadi nggak perlu ikut voli!”
“ye .. ngehe lo! Enak disitu, enek di gue. Haha”, ucap Gavra.
Tanpa mereka sadari sedari tadi sepasang mata dengan tatapan tajam tengah memperhatikan mereka. Tangannya terkepal menahan perasaan yang tidak ia sadari bahwa rasa itu adalah cemburu.
ê
“Kaki kamu sudah sembuh. Itu berarti kamu tetap harus ikut pelajaran bapak hari ini”, ucap Pak Markus setelah selesai memeriksa kaki Kay. Kay yang mendengar hal itu langsung mengerahkan kemampuan aktingnya untuk melarikan diri.
“wahh, Pak ntar kalo kumat lagi gimana? Saya nggak berani ambil resiko nih pak”
“nggak usah banyak alesan. Kamu udah baik-baik aja kok. Bapak udah periksa kan barusan. Lagian kamu udah berapa kali pake alesan itu buat kabur dari materi voli?”. O iya, gue lupa!. Gue udah berapa kali ya pake alibi dangkal ini?. hadehh bego ..
“sudah .. ayo cepat!. Kalo kaki kamu masih sakit pakai dekker yang ada di loker ruang perlengkapan”, lanjut Pak Markus. Kay yang sudah kalah telak pun hanya membuang nafas dan berjalan dengan langkah gontai menuju ruang perlengkapan.
Kay menghentikan langkahnya sesaat ketika melihat Ryan telah bertengger di depan pintu ruang perlengkapan dengan wajah yang minta ditonjok. Karena muak, Kay mempercepat langkahnya memasuki ruang perlengkapan tanpa menghiraukan Ryan. Disana ia segera menuju ke loker panjang berwarna merah dan membuka pintu loker yang bertuliskan ‘dekker’. Tangan Kay mulai menggali loker tersebut untuk mencari dekker kaki yang akan dipakainya, tapi benda itu tidak ia temukan. Tiba-tiba terdengar sebuah suara, “elo cari ini?”. Kay segera membalikan badannya dan melihat Ryan telah membawa dekker yang ia cari. Kay mendatangi Ryan dengan kesal. “kok isa di elo?”, ucapnya sedikit membentak. Ryan tidak menggubris pertanyaan Kay, ia malah menarik sebuah kursi kecil di dekatnya. Kay menatapi Ryan dengan bingung dan kesal. “duduk”, ucap Ryan datar. Alis Kay bertaut. Ia bergantian memandang kursi yang kini berada dihadapannya kemudian menatap Ryan. Melihat Kay yang tidak bergerak, Ryan menarik tangan Kay dan mendudukannya dengan kasar.
“ihh .. apaan sih lo?!”, jerit Kay dengan penuh amarah.
“bawel, diem lo!”, tukasnya yang kemudian berjongkok didepan Kay. Ia segera membuka dekker dalam genggamannya dan bergegas memasangkannya pada kaki Kay.
“apa lo pegang-pegang kaki gue?!?”, bentak Kay lagi. Bawel banget sih ni cewek??, batin Ryan. Ryan segera melanjutkan tugasnya tanpa menghiraukan ucapan Kay. Sementara Kay yang melihat perlakuan Ryan yang tiba-tiba jadi sok malaikat itu hanya membungkam—dan tentunya kesal!. Bagaimana pun dia nggak mau terlihat selemah itu di depan cowok aneh kayak Ryan. Setelah selesai memasangkan dekker di kaki Kay, Ryan segera melesat meninggalkan Kay yang menatapnya dengan muka dongo.

Gie is back ! ayeeee!! :D lama banget nggak nglanjutin Ryan Tears karna stuck dan .. ujian :p hehe. so please read my last year story ini. keep coment keep in touch keep reading. argt ^^


older part :
Ryan Tears part 3
Ryan Tears part 2
Ryan Tears

Sunday, June 3, 2012

the second day of june

second doesn't mean it is bad. because it's the second day of June..
kemaren itu bener2 naik turunin emosi banget. hari itu jam 1. kita kumpul di sekolah buat cari tau hasil ujian kita. soal kelulusan ak yakin banget pasti lulus. tapi soal nilai, i doubt.

aku bareng anak-anak eleven ngumpul d 9b. mereka grogi dan aku, nggak ngrasain apa2.cuma pusing. akhirnya kita doa bareng. biar tenang. disini kita juga sempet ngedan bentar cerita- cerita konyol2an. ampe pak noldi dateng dan nyurruh kita kumpul d depan kantor pak eko. disana se-angkatan gue doa bareng guru-guru sebelum pengumuman di kasihin. pak eko ngejelasin teknisnya kita masuk kelas masing2 dan ntar dibagi suratnya sama wali kelas. bagi yang dapet surat keterangan yang dimaksud ya selamat anda lulus. bagi yang mendapat surat lain "tolong ambil di kepala sekolah" langsung menuju ke kantor kepsek. asli, semua langsung spaneng. mikir nggak sih bakal ada yang nggak lulus?

kelas yang pertama masuk adalah kelas gue, 9A. bu nanik mulai bagiin amplop-amplopnya. acak. gue deg2an banget. waktu itu yang udah dapet amplop belum boleh ngebuka karna kita harus buka bareng2. stelah semua udah dapet bu nanik bilang boleh dibuka. sekelas pada diem semua. belum berani buka. dalam hati gue ngekek. konyol. temen-temen gue mulai ngebuka amplop. sementara gue masih merem dan nyebut2. akhirnya gue denger mereka teriak2, "aku LULUS !!". baru gue melek, "dalam nama Tuhan Yesus" sambil nyobek dikit2 amplopnya. itu gue merem lagi karna deg2an. krekkkk .. waktu gue melek "walah .. sobek". akhirnya biar ga lama gue langsung cepet2 buka lagi dan ambil suratnya. pertama kali yang terbesit adalah: surat gue nggak sobek. dan gue lega soal itu :D wkwk

LULUS/TIDAK LULUS

waktu gue liat itu *sigh* aku selamat. trs gue liat nem gue. 37,6. i little bit disappointed. nggak sesuai target emang, karna pass gradeku 38. tapi aku bersyukur banget. Tuhan bener-bener ngasih yang terbaik buat aku. look back, dan inget kalo aku belajarnya nggak terlalu maksimal tapi Tuhan tetep aku ngasih nilai segitu. he's rock !!

indonesia  : 9,6
inggris       : 9
math           : 9,75
IPA             : 9,25









another happiness !
LAB Junior High School LULUS 100%!

ternyata temen2 gue yang mengkhawatirkan buat nggak lulus sengaja di kasih surat yang ke kepsek. itu sih guru2 gue yang usil. ternyata mereka dikerjain. maksudnya ke kepsek itu ya buat ambil surat kelulusan mereka. =) bahkan Ivan pun LULUS ! aaaa i love themmmm!!

setelah itu kita langsung salam2an sama guru. corat-coret seragam kita. i will never forget this moment ! sesuai komitmen, kita masuk bareng, keluar pun juga harus bareng. hah~

united eleven lulus !






and welcome to the night of night B) we had our prom a.k.a farewell night. this is the best prom, guys! (standing applause for OSIS). nggak muluk2 tapi ngena juga rapi banget acaranya. i proud of their effort and creativity.


waktu itu ak telat dateng ke wahid ballroom satu jam (acara jam 17.30 dan gue baru sampe jam stengah 7) wkwk. truthfully, itu karena ak didandanin ketebelan dan ak minta dihapus berkali-kali. bahkan sampe ak nyampe di tempat prom aja ak masih malu. tapi liat temen2 gue yg dandannya trnyata juga begini jadi gue biasa aja :p.

waktu pertama dateng, ak masih hola-holo di luar. tiba-tiba adek2 kelas yang jaga buku tamu langsung teriak "itu kak galuh!" *die* matih. gue malu. mau nggak mau gue masuk karna ya kalo nggak masuk gue ngapain di luar -________- waktu masuk entah kenapa, keliatannya mereka sengaja di setting buat heboh2 gitu kalo ada tamu yang dateng. ak sedikit tersanjung hhe.

prom berjalan asik, gue dan eleven masih menggila. paling malu itu waktu di liatin slide kelas 7 dan 8. gue liat betapa absurdnya muka gue. juehhhh~ jadi apa cobaaaaaaaa. udah gitu waktu slide kelas 9 yang dipasang pasti muka gue pas lagi absurd -..- keliatannya adek kelas sensi ama gue wkwk. tapi asiknya, di slide itu gue liat ternyata eleven trlalu sering nongol dengan absurdnya -_- eksis sih iya, tapi nggak gitu juga ! *emot menderita*

acara dinner itu emang part paling asik. wkwkk sebenernya sih ya, gue mau mbungkusin sekalian buat keluarga gue di rumah, penjual mie ayam depan rumah, satpam, pak RT, dll. tapi berhubung waktu itu gue d tuntut sbg wanita gue mengurungkan niat itu. eniwei, kemaren gue pake wedges dan sempat jatuh keduduk dengan sukses. untuk lagi pada gak liat hahahha
waktu lagi makan2 tiba2 si Ivan EW ndatengin gue,
"Galuh, kamu cantik sekali" *fly* gue terharu.
"makasih, Van"
"iya .. aku ganteng kan pake baju ini?" muka gue langsung ( -..- ) sambil ngelirik perut ivan yang njembling. ni anak ternyata muji2 gue karna modus -__________-
"iya, van. ganteng" #jederrr *petir menyambar*

perut .. perut .. perut ....

di penghujung acara ada pengumuman pemenang award. and LOL unbelieveable i'm be ..
The Queen Prom of This Year
 

hehe. aku ngrasa aneh aja sih wkwk tapi seneng kok ;) makasih yaaaa ...

award ==> king : kefas.
                    terkece : yonatan
                    tergaul : acro
                    tergokil : seto
                    terheboh : dea
                    terfriendly : ochta
                    tercantik : evelin
                    terunyu : ivan
                    best dresscode : chelsea

any way .. kebanyakan yang menang award anak U-eleven sama LPS lho ;;) hehe *hugs*

okay, this unforgettable moment. makasih buat semua yg udah mewarnai kehidupan aku di SMP. thanks buat semua pengalamannya yang bisa bikin aku tambah dewasa. putih abu-abu has come dan ak janji akan jadi lebih baik. mungkin kalo gede nanti kita nggak akan bisa ketemu satu sama lain. bahkan kalo saking lamanya kita bisa aja saling nggak mengenali waktu udah dewasa nanti. but, may we always keep in touch keep remind and keep keep yang laennya. see you guys !!



Gie.