Aku
menatapinya. Badannya yang berkeringat bergerak lincah di dalam lapangan. Pandanganku
berkeliaran mengikuti gerak-geriknya. Cruukk!!
Ia berhasil menembakan tembakan three point dengan mulusnya. Aahhh .. dia memang
keren banget kalo lagi main basket gini!—waktu nggak main aja udah keren,
apalagi kalo pas main?? ajiibbb.
Theo. Cowok
itu tidak terlalu tinggi. Tapi dengan senyumnya yang menawan dan wajahnya yang
manis sudah cukup untuk membuatku kehabisan nafas. Dia itu perfect.
Rasa-rasanya semua hal-hal baik nemplok di dia. Pintar, gaul, baik, cakep,
kapten basket pula. Itulah yang membuatnya jadi cowok paling most wanted di sekolahku. Dan nggak
seperti cowok-cowok lain, dia nggak menggunakan segala nilai plusnya itu buat
menggaet cewek-cewek papan atas disana-sini. Nggak, Theo nggak seperti itu.
Ketahui saja, hal tersebut sangat berkebalikan dengannya. Theo adalah seorang
cowok gentle yang sangat-sangat cuek. Bahkan, dampak kecuekannya pun terkena
pada Putri, sang primadona SMP Petra Bangsa yang dengan mudahnya membuang cowok
semudah ia membuang upilnya. Dan mendapatkannya kembali semudah ia menggali
upilnya lagi di dalam lubang hidungnya. Si genit itu sama sekali nggak
diperhatikan sama Theo.
Aku pernah
tidak sengaja melihatnya menangis-nangis pada Tria—sohibnya yang nggak kalah
beken—saat menceritakan kencan pertamanya dengan Theo. Aku sempat kaget dan
putus asa sih saat mendengar mereka berkencan. Tapi aku merasa sedikit lega
saat tahu yang mengajak berkencan itu Putri, bukan Theo. Lebih lagi Theo
menyetujui kencan tersebut karna Putri sudah memaksanya selama tiga bulan
terakhir.
Asyiknya,
kencan mereka gagal. Pertama, saat hari H, ternyata Theo lupa dengan kencan
mereka. Dan ia hampir saja tidak datang kalau bukan Putri yang meneleponnya
karena sudah menunggu di bioskop tempat mereka bertemu selama satu jam. Belum
puas, kegagalan itu juga terjadi saat mereka nonton bareng. Waktu itu si Putri
memilih film romantis, karna ia pikir itu akan membuat kencan mereka akan
menjadi seromantis film yang mereka tonton. Eeh .. kau tau apa yang terjadi?.
Bukannya adegan pegangan tangan atau hal-hal romantis lain seperti yang
dipikirkan Putri yang terjadi, tapi malah Theo ketiduran di bioskop saking
bosannya. Hahaahaa .. sukurin! Mati garing deh tu ..
Lalu,
bagaimana dengan aku???. Ohh .. Please
deh, aku hanya seorang Olanisna Sarah alias Olan. Cewek kuper nan cupu yang
jadi pupuk bawang di sekolah elit ini. Oke, setidaknya aku bersyukur aku bukan
cewek kuper nan cupu dengan kacamata tebal dan setumpukan buku-buku nonfiksi
dalam genggamannya. Aku nggak separah itu kok—untungnya. Dan aku pun masih
punya satu hal yang patut dibanggakan. Aku selalu berada di ranking satu
pararel. Tapi menjadi siswi paling pintar di sekolah tidak membuatku dilirik oleh
teman-temanku. Oke, mereka kadang melirikku, walau sekedar dalam konteks heran
melihat cewek sekuper ini ada di dunia
atau saat mereka ingin aku mengerjakan tugas mereka.
Dan
mendapatkan seorang Theo?? *sigh*. Bagaikan mindahin gunung dengan jari kelingking.
Come one, dear .. Putri yang selalu jadi sorotan aja dibuang gitu aja sama si
Theo. Apalagi aku yang .. oh Tuhan aku nggak kuat mengumbar segala hal yang ada
didalam diriku—yang sebagian besar berkonotasi buruk, kacau, nggak mutu and
cupu. Jadilah aku sekarang, setiap hari Selasa dan Kamis terdampar di balik
pintu tribun GOR untuk mengamati pujaan hatiku berlatih basket. Yahh ..
setidaknya ini sudah cukup menyenangkan untuk kaum sepertiku.
“Lan”
Aku terlonjak
kaget dan spontan membanting pintu. Mukaku langsung merah padam saat menyadari
hal yang kulakukan barusan.
“Siskaaa ..
Elo bikin gue kaget tau nggak? Malu kan tadi gue ngebanting pintu tiba-tiba!”,
omelku pada Siska yang mengagetkanku.
“Bodoo ..
Salah siapa keasyikan ngintipin si Theo. Kagetan kan lu sekarang”, ucap sobatku
itu santai. Aku hanya memutar bola mataku sebagai jawaban dan kembali mengintip
latihan hari itu. Mataku kembali mencari-cari sosok emas itu. Keningku berkerut
rapat saat Theo tidak ada disana.
“Permisi ..”.
Badanku langsung membeku saat mendengar suara yang nge-bass banget itu. Aku
segera membalikan badan dan melongo saat mendapati sosok didepanku. Aku bingung
bercampur kaget dan senang. Sejak kapan Theo keluar dari GOR dan bisa nyasar
kesini?.
“Sorry, gue
mau lewat”, ujar Theo sambil menyembulkan sebuah senyum. Alamaakkk .. aku
meleleh!.
Lamunanku
langsung terbuyar saat Siska yang tak tahu diri tiba-tiba menarikku. “Silakan”,
ucapnya datar—Sungguh tak berperasaan!, coba kalo itu aku. Theo pun segera
melewati jalan yang telah kami bukakan dan menuruni tribun untuk menuju ke
lapangan. Aku terus memandanginya dengan muka memuja. Tiba-tiba sebuah tangan
jahil menonyor kepalaku.
“apa lagi
sih??”, ucapku kesal.
“tampang elo
nggak usah segitunya kali, Lan”
“sshhhh ..
whatever. By the way, elo kok tadi datar banget sih jawab si Theo?. Sadis. Huu
.. coba kalo itu gue!”, protesku.
“biarin.
Daripada elo yang tadi cuma bisa pamer tampang bloon didepannya waktu dia
bilang ‘gue mau lewat’. Mau apa?”, tantang Siska. Pipiku bersemu merah saat
menyadari ketololanku tadi. Ya, Tuhan .. beneran aku nggak sadar!.
ýýý
Hari ini
ekskul jurnalistik membuka penerimaan anggota baru untuk menggantikan senior
yang sudah pensiun. Dan karna kecintaanku dan cita-citaku sebagai seorang
jurnalis handal, tanpa ba-bi-bu aku segera menuju ke ruang jurnalistik di
lantai tiga untuk mendaftarkan diri.
“Kak, permisi.
Saya mau daftar ekskul jurnalis dimana ya?”, tanyaku pada Kak Filiph, mantan
ketua jurnalistik yang terkenal ramah. Dia juga yang jadi fotografer di ekskul
ini.
“Oh .. kamu
tinggal masuk ntar minta ke sekretarisnya aja”
“Oh, makasih
banyak kak”.
Aku segera
membuka pintu ruangan dan memasukinya. Di dalam, aku mendapati seorang cowok
yang sepertinya juga sedang mendaftarkan diri.
“Permisi kak”,
ucapku pelan. Kedua orang tadi langsung menoleh ke arahku. And .. oh my God!
aku langsung melongo saat mengetahui kalau cowok itu adalah Theo. Wow. Wait ..
Theo ikut ekskul jurnalis?. Yang bener aja?.
“Ee .. k-kak,
aku mau daftar ekskul jurnalis. Engg .. bisa minta formulirnya?”, jelasku
gugup.
“oh, oke.
Antri dibelakang dia dulu ya!”. Aku hanya mengangguk pelan dan sedikit ragu
mengetahui ‘dia’ yang dimaksud adalah Theo. Aku berdiri dengan gugup dibalik
punggung Theo. Ahihihi .. gue nggak nyangka bakal seberuntung ini.
Aku mengamati my prince charming itu mengisi formulir
pendaftaran. Hal pertama yang ada dibenakku adalah : tulisan Theo kayak cakar
ayam. Huaha. Tetapi mataku langsung menyorot sesuatu yang lain. Nomor HP Theo. 085640414567, batinku yang entah karna
nomornya yang cantik atau karna memang IQ-ku yang tinggi aku langsung bisa
menghapal nomor tersebut. ah .. entahlah, yang terpenting aku berhasil mendapatkan
nomor HPnya. Hip hip horeee!!
“ini kak”,
suara Theo membuyarkan lamunanku.
“Oh .. oke,
tolong taruh di rak sana ya. Kamu sini isi formulirnya”, panggil sang kakak
padaku. Aku segera maju dan mengisi formulir tersebut. Benakku terus mengingat
nomor tadi. Nomor HP Theo. So, mau apa
gue?. Sms dia ngajak kenalan??. Yang bener aja .. heesshhh ..
ýýý
Aku
memutar-mutar handphone bututku itu dengan gelisah. “Sms nggak ya?”, gumamku.
Sungguh aku sangat bersyukur aku bisa mendapatkan nomor HP Theo. Seorang Theo!.
Oke, nomornya emang nggak langka—bahkan hampir tiap anak punya—tapi buat kaum
kuper sepertiku, ini adalah sesuatu yang waw.
Dengan
kebingungan yang sangat aku akhirnya memutuskan untuk meminta pendapat Siska.
Sobatku itu biasanya paling bisa aku andalkan. Dia baik, pintar, walau sedikit
begajulan dan tomboy. Pergaulannya luas dan dia anak pemilik yayasan, itulah
yang membuatnya masuk ke daftar anak-anak famous. Sebenarnya dia bisa dengan
mudah bergabung dengan Putri dan Tria yang notabennya adalah murid populer di
sekolahku, dan aku pun tak habis pikir kenapa ia malah memilih bergabung
denganku yang berlabel murid buangan. Yang ia katakan hanya, “sorry, gue nggak
mau gabung sama anak-anak manja kayak mereka yang ngabisin waktu buat cari
masalah, ngecengin cowok taraf rendah yang mereka bilang cakep, dan nggosipin
hal-hal cetek. Belum lagi kalo gue kudu liat mata mereka yang bengkak, penuh
air mata dan hidung penuh ingus kentel karena nangisin cowok rendahan
semaleman”. Auhhhh .. tajam saudara-saudara.
“halo, nyet.
Napa telpon gue malem-malem?”, terdengar suara disebrang sana.
“Siska! Gue
sms nggak ya enaknya?”
“Sms sapa? Sms
apaan sih?”. Aku pun menjelaskan segala kegalauan hidupku—halah.
“So? Gimana
nih? Sms nggak ya?”, tanyaku.
“mm.. terserah
elo sih. Kali ini gue nggak bisa kasih advice”
“Yahh .. elo
gitu”
“ya .. ya ..
whatever. Eh, Lan. Udahan dulu ya! Gue mo maen bola. good luck ya sms
Theo-nya!”
“hah?
Malem-malem gini maen bola? bola sepak bola?”
“bukan bola
bekel noh bareng adek gue!”, ucapnya kemudian menutup telepon sebelum aku
sempat membalas ucapannya.
Aku memayunkan
bibirku sambil menatapi HP yang berada dalam genggamanku. “sms nggak ya?”,
ucapku menimang-nimang. “sms aja deh ..”, ucapku kemudian. Aku segera ke menu messaging dan memilih pilihan write new.
Hai theo J
Kalimat
singkat itu segera kuketik dengan cepat dan segera mengisi nomor handphone Theo
pada kotak to. Aku menggigit bibirku,
bimbang. Beneran kirim nih?, tanyaku pada diri sendiri. Aku memejamkan mata
sambil memencet tombol ok dengan
perlahan. Duhh .. beneran kirim nih? Aaa
.. cancel aja deh!. Aku segera membuka mata untuk memencet tombol cancel, namun sudah terlambat.
“aduhhh!!”, erangku saat mendapati tulisan delivered
yang tertera di layar HPku. Kujatuhkan tubuhku ke tempat tidurku yang empuk. “matih
deh gue! Gimana ini?? Kalo dia tahu itu nomor HP gue gimana dong?”, pikirku.
Aku meniup poniku yang menjuntai, tanda bahwa aku frustasi. “eh, tapi nggak
mungkin deh dia tahu nomor HP cewek buangan kayak gue gini. Iya, kan? Haa ..
santai aja kalo gitu!”, gumamku. Namun, baru berselang beberapa menit saja, pandanganku
kembali melayang kepada HPku. Tak ada jawaban balasan dari Theo. Hatiku mulai
tergerogoti rasa kecewa. “Kok nggak dibales ya? Yahh .. gue tau sih .. mana
mungkin dibales. Dia kan orangnya cuek banget”, ujarku pada diri sendiri.
Aku pun segera
bangkit dan menuju ke meja belajarku. Mengambil buku pelajaran biologi dan
membuka bab kedua. Mungkin saja belajar bisa mengalihkan perhatianku. Selain
itu, akhir-akhir ini aku harus lebih giat mempelajari pelajaran satu ini karena
bulan depan aku akan mengikuti olimpiade biologi. Aku mulai menghapal hal-hal
penting di halaman pertama. “kelenjar vesikula seminalis menghasilkan larutan
.. emm.. larutan al .. aduh!! Larutan apa sih namanya duh .. lupa!”. Aku
cemberut. Kedua tanganku menopang dagu. Aku frustasi, biasanya dengan IQ 170-ku
aku bisa dengan mudah menghapalkan sesuatu. Tapi kenapa nama sebuah larutan
saja aku lupa?. Aku melirik ke HPku yang tergeletak di tempat tidur. Ya,
mungkin itu masalahnya. Huhh … Theo .. Theo .. kenapa kamu selalu nyedot
perhatianku sih? Dddrrttt .. ddrrtttt .. tiba-tiba HPku bergetar. Ada sms!. Secepat
kilat aku langsung berdiri dan meraih handphoneku dengan bringas. “ahhhh ..”,
ucapku kecewa saat yang tertera adalah nama Siska. Aku langsung terduduk lemas.
Kutiup poniku lagi. “huhh .. rese deh”.
From : Siska
Gmana nyet? Udh beli nyali blm
buat sms your beloved teo? Huh? Wkwk :p
Segera ku
tekan tombol reply dan jariku mulai
menyusuri keypad HP.
To : Siska
Huu .. rese lo! Gw kira td blsan
smsnya si theo tauk! :o
Udh, tadinya sih mo gw cancel.
Cuma gw telat mencet jadinya udh delivered dluan deh ..
Cuma smpe skrg g d bls2 sama dia
nih >< #frustasi
ýýý
“eehhh
..”, ucapku lirih saat merasakan HPku bergetar. Aku mencoba membuka mata.
Silau. Ternyata hari telah pagi. Aku melihat layar handphoneku dan melihat ada
sebuah sms masuk. Palingan juga Siska yang ngomel gara-gara kemarin aku
ketiduran waktu kita smsan sampe malem. Aku mengucek mataku, berharap bisa
melihat lebih jelas dan rasa kantukku hilang. Dan benar, rasa kantukku hilang!
Tapi itu bukan karna aku mengucek mataku melainkan karna apa yang tertera di
layar HPku.
From : 085640414567
Sori, ni sp y
?
Theo!. Theo
membalas smsku!!. Yeeeeaahhh!!!. “Aaaa .. horeee!! Nananana Theo bales sms gue,
Theo bales sms gue!! Dia nanyain gue siapa !! hahhaha horreeee !! yihuuuu!!”,
ucapku sambil melompat-lompat di atas tempat tidurku dengan sesekali berjoget.
“Auuuhh!! Aduhhh!!”, erangku saat aku terpleset dan terjatuh dari tempat tidur.
“A-aa .. aduh duh duh ..”, aku memekik
kesakitan saat aku mencoba berdiri. Aku terus mengusap-usap pantatku
yang kesakitan. Aduh mak rasanya …
“yang penting
Theo nge-bales smsku!”, ucapku girang dan melupakan sakit di pantatku tadi. Segera
ku raih telepon genggam—yang untungnya tidak ikut jatuh bersamaku—untuk
membalas sms Theo. Tapi aku segera menghentikan gerakan tanganku saat menyadari
sesuatu. Aku harus bales gimana coba??. Aku mulai berpikir. Nggak mungkin kalo gue ngaku, jangan-jangan
ntar dia langsung ngabur lagi. Apa nggak usah dibales?. Eh, tapi kan mubazir!.
Aku terus berpikir, mencoba berkompromi dengan IQ 170 ini untuk mencari jalan
keluar.
“ah! Gue
ngaku-ngaku aja! Lebih aman dan dia juga pasti nggak akan tahu”, gumamku.
Segera kuketikan jawabanku untuk Theo.
To : 085640414567
Ni Sandra,
Theo kan?
Setelah
beberapa detik pesan itu terkirim, HPku berdering lagi. Dan sudut-sudut bibirku
membentuk sebuah senyum saat melihat nomor yang tertera di layar.
From :
085640414567
Oh .. Mbak
Sandra toh. Ganti no lg lu?
Matih. Mukaku
berangsur aneh saat melihat jawabannya. Sandra yang mana lagi ini??
To :
085640414567
Ha?
Mksdnya? Sandra yg mn ya?
From :
085640414567
Lhoh, ini
mbak Sandra sepupuku bkn? - -a
To :
085640414567
Eh? Bkn ..
ini Sandra yang lain J
From :
085640414567
Oh. So,
ini sp?
Waduh ..
aku harus jawab apalagi nih?. Aku langsung tersenyum saat mendapatkan sebuah
jawaban.
To :
085640414567
Km blm
kenal ak sih :p hehe ak wkt itu liat km tanding waktu km ikt porprov di Solo.
Ak suka sama maen mu :D keren!. O ya, slm kenal aj J
From :
Theo
Oh .. hehe
makasih lho. Ok, slm kenal juga J btw, emg
km orang mn?
Aaa .. yes! Theo mau kenalan yes! :p
huakakkaka
To : Theo
Ak sekota
sama km kok :D
From :
Theo
Kok bisa
liat ak di Solo?
To : Theo
Sepupuku
ad jg yg ank porprov tapi beda kota sm km. jd y ak nntn dia, trs liat km ..
Aku
memandangi HPku sambil tersenyum-senyum sendiri. Asyikkkk!! Aku bisa smsan sama
Theo. Aku barusan smsan sama Theo!.
*) to be continued.
No comments:
Post a Comment