Banyak
orang menyakini bahwa isu perubahan iklim hanyalah sebuah lelucon fiksi yang
dimainkan oleh para ilmuwan atau para aktifis lingkungan. Namun, apakah benar
demikian? Bahwa setiap perubahan siklus yang ada memang terjadi secara natural
tanpa sedikit pun efek campur tangan manusia di dalamnya? Dan apakah perubahan
iklim hanyalah tentang lingkungan dan hanya lingkungan saja? Jika anda baru
saja mengiyakan semua pertanyaan tersebut, maka anda tengah membaca tulisan yang tepat.
Bila
anda berpikir bahwa perubahan iklim merupakan sesuatu yang memang akan terjadi
secara natural, mungkin anda cukup benar. Sebab, segala sesuatu yang ada di
bumi ini akan terus mengalami perubahan, begitupun dengan iklim. Hanya, perubahan
pola iklim yang menjadi lebih panjang atau lebih pendek itulah yang tentu saja
tidak terjadi secara natural yang mana dipengaruhi oleh begitu banyak faktor,
seperti: penyia-nyian sumber daya alam, pembalakan liar, dan sisa-sisa kegiatan
manusia. Hal itulah yang kemudian menjadi sebuah masalah besar dan memberikan
berbagai dampak negative dalam kehidupan manusia.
Terdapat
begitu banyak aspek kehidupan manusia yang terpapar oleh dampak perubahan
iklim. Satu yang paling terkena diantaranya adalah kesehatan. Indonesia,
sebagai negara dengan letak geografis yang cukup strategis dalam hal ini,
menjadi sasaran empuk bagi penyakit-penyakit yang dipengaruhi oleh iklim seperti
Demam Berdarah Dengue (DBD).
Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) bukan merupakan barang baru di Indonesia, malahan
penyakit ini cenderung meningkat tiap tahunnya. Bahkan hingga tahun 2016 lalu,
DBD masih menyandang gelar sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang tersebar di
11 provinsi atau sebanyak 32% dari Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian
Kesehatan RI, tercatat terdapat 8.487 orang menderita DBD dan 108 orang
meninggal karenanya, dimana kebanyakan berusia sekitar 5-14 tahun (43,44%)
serta 15-44 tahun (33,25%). Bisa anda bayangkan, itu berarti setiap jamnya terdapat 1 orang yang
menderita DBD di Indonesia! Tak heran, Indonesia berhasil menduduki peringkat
kedua negara endemis DBD kedua di
antara 30 negara wilayah endemis lainnya.
Kejadian
tersebut disinyalir karena beberapa faktor, seperti: perluasan endemik akibat
modifikasi lingkungan (urbanisasi) dan lingkungan yang tidak kondusif, namun
sangat ideal sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes. Ketidak-kondusifan lingkungan ini sendiri dipicu oleh adanya
curah hujan yang tinggi secara tiba-tiba dan tidak sesuai dengan pola natural
yang seharusnya. Bagaimana bisa terjadi demikian?
Perubahan
iklim adalah sosok di balik panggung perubahan ini. Perubahan iklim menyebabkan
musim hujan menjadi pendek dan musim kemarau menjadi sangat panjang. Terjadinya
kemarau panjang ini membuat lingkungan menjadi sangat kering. Sementara itu, musim
hujan jadi memiliki intensitas yang sangat tinggi. Terpaparnya tanah yang
kering oleh intensitas hujan yang tinggi itu kemudian menyebabkan kerusakan
pada fisik tanah sehingga menimbulkan banyak kubangan-kubangan air atau
tempat-tempat yang cocok bagi agen penyakit. Efeknya, terjadilah ledakan hama
serta puncak penyakit DBD. Ditambah lagi dengan potensi kemarau panjang yang
dapat menyebabkan banjir dan bencana alam lainnya.
Akan
tetapi, benarkah perubahan iklim adalah otak dari semua ini? 100% bukan.
Perubahan iklim hanyalah sebuah reaksi yang diberikan oleh alam dengan apa yang
telah manusia lakukan terhadapnya. Sisa industri, debu, dan sisa-sisa kegiatan
manusia lainnya menghasilkan emisi yang merupakan inti kondensasi. Hal inilah
yang sesungguhnya mempercepat pembentukan awan dan menyebabkan curah hujan kian
meningkat. Jadi, jelas betul bahwa manusia adalah dalang dari semua drama
perubahan ini.
Lalu,
akankah kamu terus berdiam diri dan merasa “cukup tahu” dengan semua hal
tersebut? Tidakkah tanganmu juga ikut mengendalikan semua cerita sarat fakta
ini? Bukankah kau jugalah sang dalang perubahan? Maka, marilah satukan
tangan-tangan kuasa ini. Tidak lagi memilih sebuah perubahan mundur namun
perubahan maju. Tidak perlu lagi melakukan hal-hal sia-sia yang merugi lalu
menyalahkan alam. Sebab, alam tidak bersalah. Namun, kitalah yang perlu berubah,
wahai sang pembunuh tersembunyi.
No comments:
Post a Comment