Setiap kali berbicara mengenai perubahan
iklim biasanya kita selalu membahas tentang efek-efeknya, faktor penyebab, dan
hak-hak umum lainnya. Tetapi, seringkali kita tidak menyadari ada sebuah faktor
teknis yang sangat dibutuhkan di dalam penanggulangan perubahan iklim. Padahal
faktor tersebut sangat esensial, yaitu pembiayaan publik. Dalam hal ini,
pembiayaan publik yang dimaksud adalah pembiayaan public yang secara khusus
untuk menanggulangi perubahaan iklim atau lebih sering disebut dengan climate finance.
Climate
Finance secara sederhana dapat diartikan sebagai biaya yang
dibutuhkan dalam setiap upaya penanggulangan dan pengurangan dampak negatif
terkait iklim. Secara garis besar, pendanaan tersebut terbagi menjadi 3 tipe,
yaitu: mitigation finance, adaptation
finance, dan REDD+. Mitigation finance merupakan pendanaan
khusus proyek-proyek yang bersifat mengurangi atau membatasi perubahan iklim
itu sendiri. Adaptation finance berfungsi
untuk mendanai proyek yang bersifat adaptif terhadap dampak dari perubahan
lingkungan (penanggulangan). Sedangkan REDD+
merupakan bentuk investasi dana pada proyek perlindungan dan restorasi hutan.
Bagi sebagian besar orang istilah climate finance tersebut bahkan sepertinya
masih sangat asing di telinga. Padahal climate
finance ini merupakan salah satu fokus dari Persetujuan Paris atau Paris Agreement dimana pada tahun 2020 ditargetkan
negara-negara maju dapat memberikan sejumlah dana kepada negara berkembang
dalam rangka pelestarian hutan dan konservasi demi menyelamatkan bumi. Pihak PBB
sendiri sekarang tengah berusaha keras dalam memobilisasi target pembiayaan
sebesar US$100 juta tersebut supaya benar tercapai di tahun 2020. Di sisi lain,
perlu diketahui bahwa biaya ini tidak datang dari pemerintah saja, namun boleh
berasal dari sektor manapun, baik swasta ataupun negeri.
Lalu,
mengapa kita sebagai masyarakat Indonesia harus peduli dan bergerak mengenai
target tersebut?
Fakta menariknya adalah Indonesia
merupakan 10 besar kontributor emisi gas rumah kaca terbesar di dunia! Setiap
harinya Indonesia menyumbangkan sekitar 1981 metrik ton CO2 ke atmosfer bumi. Jadi, dapat kita katakan bahwa
kita adalah negara yang seharusnya paling bertanggung jawab atas kerusakan
tersebut. Menariknya lagi, sumbangan emisi gas yang sangat masif itu ternyata
disebabkan oleh maraknya deforestasi di Indonesia. Sebab itu, perlu diadakannya
restorasi hutan dalam skala besar untuk kembali menyeimbangkan lingkungan hidup
kita ini.
Berada dalam era generasi milenial,
pendekatan yang paling mudah diambil adalah melalui teknologi dan sosial media.
Melalui tren fundraising platform
yang sudah sangat familiar di kalangan anak muda, kita dapat melakukan dukungan
sekaligus pergerakan yang efektif untuk memenuhi target climate finance pada tahun 2020. Fundraising platform sendiri merupakan sebuah situs yang menjadi
wadah dalam melakukan penggalangan dana untuk sebuah tujuan tertentu. Fundraising Platform ini sudah sering
digunakan dan terbukti begitu efektif untuk mengumpulkan berbagai donasi serta
menggerakan orang-orang untuk peduli terhadap suatu aksi tertentu.
Dalam konteks ini, aksi yang akan
diusung tentunya mengeni perubahan iklim itu sendiri. Mengacu pada fakta yang
terjadi, maka secara spesifik aksi ini merujuk kepada usaha restorasi hutan di
Indonesia. Aksi penggalangan dana melalui platform online ini dapat kita sebut
dengan donasi Gerakan Seribu Pohon. Dimana hanya dengan mendonasikan Rp. 1000 (US$
0,1) saja kita telah membantu membiayai penanam 2 pohon untuk hutan Indonesia.
Tapi, gerakan ini tidak hanya berhenti pada pendonasian saja. Gerakan Seribu
Pohon ini juga mengajak masyarakat (terutama anak muda) untuk mengkampanyekan
aksi yang ada melalui media sosial mereka. Sehingga bersama-sama kita dapat
mencapai target climate finance itu
pada tahun 2020 nanti.
Untuk menjadi seorang pahlawan kita
tidak perlu memiliki kekuatan super terlebih dahulu. Untuk menjadi seperti
seorang malaikat kita pun tak perlu memiliki sepasang sayap. Tetapi untuk menjadi
seorang pengubah keadaan kita hanya perlu mengambil sebuah aksi. Sekarang
giliranmu, untuk mengambil aksi hijau ini dan menyelamatkan bumi pertiwi.
No comments:
Post a Comment