Friday, April 26, 2013

Ceritanya pada Tuhan

Gadis itu.. yang termakan pengkotak-kotakan manusia. Yang duduk diam sendiri.

"Tuhan, hari ini menakjubkan. Aku sedang membaca buku. Sendirian. Hanya bersama angin yang bertiup dalam sepi memainkan anak-anak rambutku. Rasanya seperti dibelai-Mu, Papa.", ia tersenyum dalam hatinya.

"Akhir-akhir ini aku memang sering sendiri. Seperti orang kesepian. Macam Dewa Yunani yang kehilangan Eridik-nya itu. Tapi ini lebih baik. Daripada beramai-ramai dengan orang-orang itu. Gadis-gadis haus ketenaran, laki-laki berpikiran dangkal. Mereka yang memasang batas-batas yang tak terlihat namun terasa jelas itu. Pengkotak-kotakan manusia yang tak bermutu". Nafasnya berhembus berat.

Kini matanya menerawang, menembus sebuah nostalgia yang sempat terputus barusan. Lanjutnya bercerita, "Saat membaca buku itu. Entahlah. Aku sempat berimaji. Andaikan saat aku sendiri seperti ini tiba-tiba 'dia' datang. Menghampiriku. Kemudian kami berbincang dalam satu dua kata. Mustahil ya, Pa?. Kami tidak kenal, hanya saling tahu. Benarkah tahu?. Aku bahkan tak yakin ia tahu namaku"

"Waktu serasa berhenti ketika aku mendongakan kepala dan melihatnya berjalan menjauh. Tuhan, Kau tahu sendiri bagaimana aku duduk terpaku memandanginya. Kau tahu sendiri bagaimana senyum ini mengembang tak terkendali. Kemana deetik yang berjalan cepat itu?. Ia serasa hari. Atau 'dia' yang tiba-tiba bergerak s    l    o    w            m      o      t      i       o    n   ?. Atau mungkin degub jantungku yang begitu?. Aku menatapinya yang berjalan menyusuri koridor. Tuhan, aku seperti terjebak ilusi mata. Pandanganku saat itu terasa aneh. Seperti efek di film-film roman picisan. HAHA. It's quite funny."

"Papa, bagaimana bisa Kau merealisasikan khayalku begitu cepat?. Tuhan, bahkan aku tak memohonkan imajinasiku tadi bukan?. Tanpa kusadari ia melewatiku yang terhipnotis dalam sebuah kisah di tumpukan sastra ini. Lalu ada yang menyadarkanku. Dan kemudian aku melihatnya. Dengan keadaan sebodoh--yang Kau tahu sebodoh apa--yang kubilang tadi"

"Tuhan, aku memang tak jatuh cinta padanya. Suka pun tidak. Tidak menaruh hati pokoknya. Hanya saja aku suka memandanginya dari kejauhan. Dari tempat dimana aku bisa tersenyum leluasa tanpa membuat 'objek'ku jengah. Aku suka memandanginya dengan bodoh sampai selalu terjatuh tiap kali berpapasan dengannya. Terjatuh dihadapannya. Benar-benar definisi terjatuh, Pa. Bukan terjatuh kiasan"

"Bapa, aku suka tersenyum melihat anak laki-laki-Mu itu. Yang begitu takut akan Engkau dan mencintai-Mu sepenuhnya. Lelaki yang SEDERHANA dan pintar. Lelaki yang patut kujadikan teladan. Lelaki yang biasa-biasa saja dan tidak sempurna :) Tidak seperti laki-laki kebanyakan, seperti yang aral melintang mendekatiku. Lelaki yang cuek namun sebenarnya begitu peduli", senyum tak terelakan itu kembali hadir di wajahnya.

"Papa.. biarkan aku lebih lama mengamatinya. Sebelum aku benar-benar kehabisan kesempatan"






*) untukmu, secret admirer.

Friday, April 19, 2013

I need your sunshine

Matahari. Hai. Apa kabar?. Baik saja?. Baik, ini basi. Langsung saja.
Matahari. Hariku makin beku. Baik itu hatiku, hidupku, rasaku, pikiranku, bahkan AKU = BEKU sekarang.
Ada sesuatu yang salah matahari. ada tapi apa?

Thursday, April 18, 2013

Peoples ask me :
"Kenapa kok nggak pacaran?"

My answer :

 1. Before you came
     "Males..."

 2. When you came
     "Lagi nunggu orang"

3. After you gone
    "Jangan dulu. Wanna fix, get better and be best of me for my future. haha."




Reason : YOU. can't you see the  differences?. Terimakasih untuk mu yang mengubah jawabanku. Kamu selalu membuatku berpikir lebih baik lagi :)