Thursday, March 31, 2011

gietato puyeng ><"

hesetehhh .. susah ya kalo lg insomnia gini (¬_¬")
haduhhh, gie bingung ni mau ngapain
temen2 udh pd tepar smua ><" jd GAK ADA YANG DIAJAK NGOBROL!! dan akhirnya terciptalah 1 lagi postingan GJ Gie. ARIGATOOOO! :P


cerpen: 1..2..3..4.. NO! (part 5)

Kenny berjalan menyusuri blok 9 menuju ke rumah Chika dengan semangat 2011. Seperti biasa setiap pagi ia selalu singgah ke rumah Chika, entah mengajaknya jalan-jalan atau hanya mengobrol. Yah .. itu tidak penting, karna yang penting bagi Kenny adalah ia selalu bersama Chika.
“Tunggu, Chik!”. Kenny berhenti saat mendengar suara yang begitu familiar baginya. Dahinya berkerut samar saat ia juga mendengar suara Chika. Ia pun memutuskan untuk melihat kejadian sebenarnya dari balik tembok pembatas rumah Chika. Ia mendapati Chika sedang bertengkar dengan seorang cowok sebayanya. Dan Kenny merasa mengenali cowok itu. Tapi Kenny tidak bisa melihat wajahnya karena cowok itu berdiri membelakanginya.
“Kenapa kamu masih nyalahin aku soal ini?. ini kecelakaan, Chik. Tapi aku juga ngerasa salah, dan aku udah usaha minta maaf ke kamu. Aku tahu itu nggak cukup. Tapi aku udah nggak tahu lagi aku harus gimana, Chik. Kamu bahkan nggak mau ngomong ke aku satu kata pun!. Apa sih yang kamu mau? Bilang, Chik!”
“Kamu tanya mau aku apa?. Aku mau kamu pergi dari hidup aku, Dira Wiratama!!”
Duuarrrrr!!. Kata yang diucapkan Chika barusan cukup untuk menjawab semua pertanyaan di benak Kenny sedari tadi. Nafas Kenny terasa tercekat. Dulu, sempat terbesit dipikirannya bahwa Chika yang dikenalnya sama dengan Chika yang sering Dira ceritakan. Tapi Kenny menolak untuk memikirkannya. Kenny merasa dirinya terlalu bodoh karena telah membiarkan hatinya terbuka untuk Chika seorang. Dan, apa dia terlalu egois? Sehingga ia tidak mau sedikit saja peka bahwa inilah kenyataan. Bahwa Kenny dan Dira menyayangi orang yang sama.

“Kamu tanya mau aku apa?. Aku mau kamu pergi dari hidup aku, Dira Wiratama!!”.
Kalimat itu terus menghantui benak Dira.
Aku mau kamu pergi dari hidup aku, Dira Wiratama!!.
Hanya satu kalimat tapi itu cukup untuk meruntuhkan semua harapan Dira selama ini. Inilah hal yang paling Dira takuti. Saat dimana orang yang paling ia sayangi memintanya untuk pergi dari kehidupannya. Sementara bagi Dira, hidup tanpa Chika?. Itu berat!.
Dira menghempaskan badannya ke atas ranjang. Badannya terasa lemas. Itukah yang Chika mau?, tanya Dira pada hatinya. Seberkas ekspresi Chika saat mengira ia adalah Kenny tercipta di benak Dira. Chika sangat ceria, hangat, menyenangkan, dan ia tersenyum untuk dunia. Dira merindukan melihat Chika yang seperti itu, Chika yang asli. Kalo cuma Kenny yang bisa bikin elo kayak gitu .. Gue akan melakukan apapun asal gue isa liat elo kayak gitu. Sesakit apa pun perasaan gue nanti ..

From : Dira
Gw tnggu lo d kafe tmpt biasa. Jm 4 sore ni.
Ad hal pnting yg gw mo omongin.

Kenny menghembuskan nafas panjang saat membaca SMS dari Dira. Pasti soal Chika, batinnya.

To : Dira
Ok. D meja biasa y ..
gw jg mo ngmong.in ssuatu ma lo
***
“sorry, telat”, ucap Kenny singkat sesampainya di kafe. Dira yang telah menunggunya hanya mengangguk pelan. Hening. Dan tak ada satu pun dari mereka yang berniat untuk mencairkan suasana. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
“gue udah tau semua”, sergah Dira dingin. Kenny Cuma bisa diam. Dia nggak tahu harus ngomong apa. Ia tahu ini juga kesalahannya. Tapi di sisi lain ia tidak ingin kehilangan Chika juga tidak kehilangan sahabatnya itu.
“jujur, gue sakit hati waktu tahu ternyata ‘temen’ Chika yang selama ini disebut-sebut Bunda itu elo. Gue nggak mikir aja, heh .. kenapa harus elo sih?”, ujar Dira.
“gue juga nggak nyangka kalo ‘Chika’ kita adalah orang yang sama”, balas Kenny datar. Hening kembali menyelimuti mereka berdua.
“Chika minta gue pergi dari hidupnya”, kata Dira dingin. Kenny mengangguk pelan kemudian menatap Dira.
“Dan seperti yang gue bilang ke elo dulu. Gue bakal ngelakuin apa pun buat Chika, termasuk ini. Sekalipun gue yang harus ngrasain sakitnya. Karena gue baru sadar kalo ini bukan cuma soal balas budi ke dia doang. Tapi ini soal perasaan gue ke Chika”. Kenny membungkam, ia kalah telak.
“Jadi, gue minta elo jagain Chika bener-bener. Jangan lukai dia setitik pun!. Gue serahin dia ke elo, karena gue cuma bisa liat Chika yang kayak dulu waktu dia bareng-bareng elo. Yang penting dia bahagia, it’s so enough”, ujar Dira seraya berjalan meninggalkan Kenny. Dira berhenti sesaat disebelah Kenny. “gue nggak marah sama elo, ini demi Chika. Brother forever, Bro!”, ucapnya sambil tetap menghadap ke depan dan kemudian pergi.

Pranngggg!!!. Dira kaget setengah mati saat suara pecahan kaca menyambutnya yang baru saja pulang dari kafe. Ia memepercepat langkahnya untuk mengetahui apa yang telah terjadi (lagi).
“Kamu itu yang tidak becus urusin rumah!!!”, teriak Papa Dira.
“nggak becus apanya??!!. Di rumah ini kan sudah ada pembantu!, aku juga punya pekerjaan yang harus aku urus!. Dan aku urus ini benar-benar, bukannya kamu malah selingkuh sama sekretaris barumu yang genit itu!!”, mama Dira nggak kalah membalas.
“selingkuh apa?!!. Kamu jangan asal tuduh ya!. Dasar, istri macam apa kamu itu?!!”, ucap papa Dira sembari pergi. Dira yang masih berada di depan pintu rumah hanya bisa diam.
“ini lagi anak nggak tahu diri!. Ngluyur terus kerjaannya!”, bentak sang Papa saat melewatinya kemudian masuk ke mobil beliau dan pergi.
Dira hanya bisa menahan dirinya. Masalahnya dengan Chika dan Kenny lalu masalah ini. huhh .. tapi mau gimana? Karena cobaan untuk dia hadapi bukan untuk dihindari.

4 bulan kemudian ..
“Hai, Chika!”
“Kenny??”, jawab Chika sumringah.
“kamu mau ngapain? Kok tumben malem-malem kesini?”, tanya Chika heran.
“aku mau kasih ini”, ujar Kenny
“itu apaan?”
“ini CD rekaman. Habis ini langsung disetel ya”, ucap Kenny sambil tersenyum.
“hmm .. oke. Eh, kamu nggak masuk dulu?”
“ng.. nggak usah. Lagi pula udah malem kok. Aku pulang dulu ya. Good night!”, ucap Kenny sambil mengacak-acak rambut Chika perlahan. Muka Chika langsung merah padam!.

Hmm .. CD rekaman?. Rekaman apaan?, batin Chika. “atau jangan-jangan Kenny mau menyatakan perasaannya lewat ini ya? Hahha. Sinetron banget sih gue?”, gumamnya sambil menyetel CD itu. Beberapa detik kemudian, terdengar suara Kenny yang khas menyapanya.
“Hei, Chika. Aku ngasih kamu CD rekaman ini bukan karna apa-apa sih. Hehe. Aku tahu kamu ngefans banget sama penulis Dewi Lestari dan kamu pengen banget baca novelnya yang perahu kertas kan?. Nah, berhubung nggak ada yang dalam bentuk huruf braille jadi aku mau bacain novel itu lewat rekaman ini. Enjoy it ya!. ..”
Tanpa Chika sadari seulas senyum mengembang di wajahnya. Kenny begitu mengerti dan mengenalnya. Ya, Tuhan!. Makasih udah ngenalin aku sama Kenny. Aku beruntung bisa kenal dia!, ucapnya dalam hati.

Dira melangkah perlahan menuju rumah Kenny. Ia berniat untuk meminjam buku biologi Kenny sekalian mau main ke rumahnya. Langkah Dira terhenti saat melihat mobil jip hitam yang terparkir di depan rumah sobatnya itu. Dira memperhatikan mobil itu dengan seksama pada jarak yang lebih dekat. Ia merasa pernah melihat mobil ini sebelumnya. Ia melangkah ke depan mobil tersebut dan melihat plat nomornya. B 497 A. Kening Dira makin berkerut rapat. B 497 A?. kok gue ngerasa nggak asing sama plat nomer ini ya?, pikir Dira. Atau jangan-jangan …
“eh, Dir. Udah disini lo ternyata?. Ayo, masuk!”, ujar Kenny saat mendapati sobatnya itu di depan rumah.
“ini mobil siapa, Ken?”, tanya Dira tanpa menggubris perkataan Kenny. Kenny mengangkat salah satu alisnya saat mendengar pertanyaan Dira
“oh, itu mobil oom gue. Kenapa?”. Dira menggigit bibirnya.
“Sejak kapan oom lo punya mobil ini?”
“Hmm .. kalo nggak salah sekitar 4 tahun yang lalu. Iya, waktu itu gue masih umur 9 tahun. Kenapa sih?”, Kenny makin heran. Sementara Dira kehilangan seluruh tenaganya untuk mempercayai ini semua. Otaknya kembali memutar memori masa lalunya yang pahit bak sebuah film dokumenter.
“Dira, awas!!”, tiba-tiba Chika berteriak sambil berlari sekencang-kencangnya ke arah Dira. Dira tidak mengerti apa yang Chika lakukan waktu itu.
“Minggir, Dir!!”, tubuh mungil Chika mendorongnya menjauh dari jalan.
“Ya, Tuhan! Chika!”, seru Dira setelah menyadari Chika berusaha menyelamatkannya dari sebuah mobil jip hitam yang bisa merenggut nyawanya. Ia segera beranjak untuk menarik Chika keluar dari jalanan. Tapi, Tiiiin!!! Bbbbbbrrrraaagggggggggg!!!!!!!!.
Mobil ini, ini mobil yang bikin Chika buta!. Ini yang bikin Chika benci Dira. Ini pula yang bikin Chika sempat kehilangan semangat hidup. Dan mobil ini punya oom-nya Kenny. K-e-n-n-y. Orang yang udah membuat semangat Chika balik lagi. Orang yang satu-satunya dipercaya Dira untuk menjaga Chika dan yang membuat Dira mau ngelepasin Chika. Tapi ternyata .. keluarga Kenny sendiri yang udah bikin Chika buta.
“Ken ..”, seru Dira gemetar.
“apa?”
Bbbooogg!!!

Chika berjalan sambil bernyanyi kecil. Ia berniat untuk ngasih Kenny kue brownies bikinannya—yang khusus buat Kenny—sebagai tanda terimakasih buat CD rekamannya kemarin. Mendekati rumah Kenny, Chika mendengar dua orang yang bercakap-cakap. Langkahnya terhenti saat mendengar suara orang yang paling dibencinya. Dira. Kok Dira bisa disini?. Ngomong-ngomong sama Kenny?. Mereka saling kenal?. Segala tanya terbesit di benak Chika. Ia pun bersembunyi di balik pohon sambil nguping-nguping dikit.
“Hmm .. kalo nggak salah sekitar 4 tahun yang lalu. Iya, waktu itu gue masih umur 9 tahun. Kenapa sih?”, ujar Kenny. Hening sejenak.
“Ken ..”, seru Dira gemetar.
“apa?”
Bbbooogg!!!. Chika terkejut saat mendengar suara hantaman keras. Dia makin bingung, tidak tahu apa yang terjadi.
“elo kenapa tiba-tiba nonjok gue?!”, teriak Kenny. Chika tertegun. Dira nonjok Kenny?. Kenapa? Nggak bisa dibiarin gue harus bantu Kenny!, pikir Chika sembari melangkah maju mendekati mereka.
“elo tanya kenapa?. Karna oom loe yang udah bikin Chika buta!. Ngerti lo?!!. Chika buta gara-gara oom loe!!”, seru Dira penuh amarah. Chika yang mendengar hal itu terperanjat. Langkahnya langsung berhenti. Nggak mungkin!. Kenny??.
“elo nggak isa seenaknya ngomong gitu Dir!. Apa bukti loe?”
“Loe mau bukti??!!. Ini mobil jip item yang sama persis sama yang nabrak Chika dulu. Dan plat nomornya sama, Ken!. B 497 A!. gue masih inget sama plat nomornya!”. Chika makin nggak percaya waktu Dira nyebutin plat nomor mobil itu. Iya, Chika masih inget sama plat nomer mobil jip item yang dulu nabrak dia. Dan itu sama kayak yang diucapin Dira tadi. Chika merasakan matanya memanas dan kini telah menjadi kubangan air mata. Chika nggak kuat denger semua ini. Ternyata yang bikin dia kayak gini itu oomnya Kenny. Kenny!. Orang yang bikin Chika semangat lagi pada kenyataannya adalah keponakan dari orang yang menghancurkan hidupnya!. Orang yang menenggelamkan mimpi-mimpinya.
“gue nggak tau gimana jadinya kalo Chika tahu semua ini, Ken. Tentang oom loe juga tentang kita berdua yang sebenernya sahabatan”, ucap Dira lemas. Mereka sahabatan??, tanya Chika pada dirinya sendiri. Sedetik kemudian kotak brownies yang dibawa Chika terjatuh. “Chika?!”, seru keduanya saat mereka menoleh ke arah suara tersebut. Chika yang menangis langsung berlari kearah jalan. Ia tak tahu akan akan kemana, yang penting pergi dari situ. Ia merasa jadi orang paling bodoh di dunia. Kenapa ia bisa tidak tahu apa-apa soal ini semua?. Kenapa ia tidak peka saat Dira hanya terdiam waktu ia mengira Dira adalah Kenny?. Kenapa kenyataannya harus oom Kenny yang buat aku buta??. Kenapa Kenny?. Kenapa harus mereka?. Kenapa harus AKU yang mengalami semua ini??!!!!.
Tiiiin!!! Bbbbbbrrrraaagggggggggg!!!!!!!!
Chikkaaaaaa!!!!

Tuesday, March 29, 2011

ak ambil dari kaskus nih .. barang2 termahal di dunia

barang-barang termahal didunia

1. Sepeda termahal

Mencapai harga $ 102,417.60 dan di produksi hanya 10 unit dari Aurumania. sepeda ini di hiasi emas 24K dan di hiasi lebih dari 600 kristal Swarovski yang ditempatkan di seluruh sepeda. yang sampai saat ini masih memegang “Sepeda termahal di dunia”

2. Mobil termahal

Bugatti Veyron dengan percepatan yang tercepat dan paling kuat di dunia untuk saat ini merupakan mobil termahal di dunia dengan harga US $ 1,5 juta.

3. I-Phone termahal

IPhone mewah ini diciptakan oleh Ahli perhiasan Austria Peter Aloisson. Dia telah menciptakan rekor untuk dirinya sendiri dengan merancang di dunia telepon paling mahal, dengan harga £ 1.636.000 ($ 2.517.345). Apple iPhone 3G ini ponsel yang paling mewah untuk saat ini yangterbuat dari emas kuning 18-karat, emas putih dan rose gold. Lihat garis berlian, terdapat total 138 unit berlian dengan kualitas terbaik. tombol Home-nya dengan berlian 6,6 karat.

4. Pelek Ban termahal

Terbuat dari emas 24 karat, Pelek 19-inch yang sempurna untuk jalan-jalan di dunia yang paling mewah harganya sekitar $ 6.000 Jadi untuk 1 set mobil dengan 4 Ban, maka di perlukan sekitar $ 24.000 belum termasuk Ban cadangan.
5. Teh Celup termahal

Pada perayaan ulang tahunnya yang ke-75, Boodles komisioning telah membuat teh celup paling mahal di dunia. Kantong teh dibuat dengan 280 berlian dalam waktu tiga bulan untuk menempatkan bersama. Total biaya: $ 12,900! Kantong teh disumbangkan kepada pelelangan amal untuk Manchester Childrens ‘Hospital di Inggris.


6. Cognac termahal

Cognac, seperti Champagne di buat Oleh Cognac Interprofessionel Nasional (BNIC) kawasan sekitar kota Cognac daerah Perancis Anggur ini di buat oleh Henri IV Dudognon yang disebut Heritage yang telah memproduksi anggur ini sejak 1776, anggur khusus ini berusia selama 100 tahun, Cap/Merk pada botolnya dicelup dalam sterling emas 24kdan platina, botol itu dihiasi dengan 6.500 berlian cemerlang yang di buat oleh desainer, perhiasan Jose Davalos. Harga akhir Cognac mahal ini adalah 1 juta poundsterling (sekitar $ 2 juta USD).

7. Cocktail Termahal

Koktail Natal dengan harga $ 71.011 untuk satu gelas disediakan oleh sebuah club malam The Movida, yang merupakan surga bagi selebriti, bintang sepakbola dan Orang-orang kaya, Sebuah jumlah cognac Louis XII, setengah botol sampanye Cristal Rose, gula sedikit, Angostura pahit, dan beberapa serpihan dari emas 24-karatyang dapat dimakan, berbaur bersama-sama untuk membentuk koktail mewah. Untuk gelasnya dihiasi sebuah Cincin berlian putih 11-karat cincin. Untuk segelas koktail ini akan dijaga oleh dua penjaga keamanan, yang akan mengawasi meja klien sampai mereka telah menikmati seluruh minuman.

8. Parfum termahal

Disediakan oleh Clive Christian. Bisa dikatakan parfum ini cocok untuk para raja. Setiap botol parfum dengan harga mencapai £ 115,000. Anda dapat membelinya di beautique.com.Botolnya terbuat dari kristal Baccarat menakjubkan dengan mahkota Ratu Victoria yang diberikan pada tahun 1872 terpasang di atasnya. Isi botol 500ml dari Clive Christian No.1.Dijamin, anda tidak akan bisa mendapatkan sampel gratisnya untuk mencium aroma wanginya.

9. Vacuum Cleaner termahal

Vacuum cleaner termahal di dunia adalah trilobite Electrolux 2.0. Mesin yang luar biasa dengan harga $ 1799. ini adalah sebuah alat penyedot debu seni yang dirancang dan dikembangkan oleh Perusahaan raksasa Elektronik Swedia Electrolux.

10. Televisi termahal

Sebuah pabrik Italia telah merancang sebuah TV LCD paling mahal di dunia. Televisi mewah ‘Yalos Diamond’ TV ipenuhi dengan 160 berlian asli 20 karat. TV LCD paling mahal di dunia ini dipamerkan di IFA, Berlin. Televisi ini mencapai harga $ 130,000.

11. Sampanye termahal

Sampanye paling mahal dengan harga $ 6.485 per botol dan memecahkan rekor telah dijual pada tanggal 20 Maret. Kini muncul edisi terbatas 12-set kotak botol Perrier-Jouet sampanye yang senilai $ 78.780 per botol, dan hanya terbatas pada suatu “komunitas super-kaya” konsumen (100 orang) di Amerika Serikat, Britania, Jepang, Cina, Rusia, Swiss dan Perancis

12. Pizza termahal

Koki Domenico Crolla telah menciptakan Pizza di dunia yang paling mahal. Pizza yang ditaburi dengan serutan emas 24-karat yang dapat dimakan. Dengan berlapis emas, pizza ini diberi nama “Royale 007 Pizza” Mengikuti selera mahal agen James Bond. Pizza ini basah dengan sampanye kaviar dan lobster direndam dalam cognac terbaik. Pizza emas siap dengan hidangan mewah dan dijual dengan harga $ 3.700.

13. Kemeja termahal

Eton meluncurkan kemeja paling mahal, yaitu Eton Diamond Shirt. Kemeja eksklusif ini bernilai $ 40, 000. Tenunan dari kapas Mesir terbaik dan terperinci dengan giwang berlian berwarna alami.

14. Teddy Bear termahal

Boneka Beruang yang punya mulut terbuat dari emas dan bulu yang terbuat dari benang emas. Dengan mata dari permata safir Diproduksi untuk ulang tahun yang ke 125 Perusahaan Steiff hanya membuat sejumlah 125 saja.

Dengan harga 62.446 Euro (sekitar $ 84,000 USD) bagi kaum berduit yang sayang putrinya tentu akan membelinya, masalahnya bukan harga tapi sulitnya di temukan

cerpen : 1 .. 2.. 3 .. 4 .. NO! (part 4)


“Lhoh, Chika barusan aja keluar, jalan-jalan pagi sama temennya”
“Temennya?”
“iya, temannya. Bunda lupa namanya siapa, abis susah sih. Pokoknya cowok kok”
Cowok?. Siapa?. Dira tidak henti-hentinya bepikir tentang hal itu. Tentang siapa ‘teman Chika’ yang disebut-sebut Bunda tadi. Ini terus menerus mengganggu pikirannya. Aneh, Chika kan nggak semudah itu diajak temenan. Dira bahkan udah tanya ke Valen tapi Valen juga nggak tahu apa-apa karena Chika juga nggak pernah cerita tentang ‘temannya’ ini.
“Woy .. melongo aja!. Tambah jelek loe kalo kayak gitu”, seru Kenny sambil meninju pelan lengan sobatnya itu. Dira terperanjat.
“Oh, elo,Ken?. Gue kirain siapa. Eh, sejak kapan loe disini?”
“Sejak setahun lalu. Nggak lah, barusan aja kok. Habis tadi gue ketok kamar loe nggak ada jawaban. Ya udah, gue nyelonong aja”
Dira hanya ber’oh’ mendengar penjelasan Kenny.
“Elo kenapa?”, tanya Kenny.
Ddrrttt .. ddddrrrrrttt .. . Baru aja Dira mau curhat ke Kenny Hpnya bunyi. Ia menatap layar HPnya untuk mengetahui siapa yang meneleponnya.
VaLentcalling..                                                                                                                                                                                
“Bentar ya, Ken”, ucapnya. Kenny hanya memamerkan jempolnya sebagai tanda pada Dira.
“Halo, Len?”,
“kenapa?”,
“Elo liat apaan??. Ngomong yang jelas euy!”
“Oke. Oke. Gue ke rumah lo sekarang. Ya, iya, bye!”
Titttt .. . Dira segera menutup ponselnya. Kenny hanya menatap Dira dengan tatapan bertanya.
“Gue harus pergi sekarang, Ken”
“Ada apaan sih? Terus gue gimana dong?”, tanya Kenny sok memelas.
“Gue ada hal penting nih. Elo disini sampe gue balik juga nggak apa, kalo mau pinjem apa dari gue ambil langsung aja sendiri”
“oke. Gue ambil emak lo ya. Haha”, ucap Kenny nyeleneh.
“paleee lu!. hahha”, seru Dira seraya pergi meninggalkan Kenny.
Î
“Lo mau ngomong apa tadi, Len?”, serbu Dira sesampainya di rumah Valen.
“Gini, tadi pagi waktu gue mau ke warung gue liat Chika lagi jalan sama cowok. Gue nggak kenal sama tu cowok. Tapi mereka kelihatan akrab banget, bahkan lebih akrab daripada sama gue. Mereka kayak udah kenal lama. Gue pertamanya emang nggak yakin sama yang gue liat, tapi setelah gue perhatiin terus emang bener itu Chika. Apalagi setelah mereka berdua masuk ke rumah Chika. Gue jadi mikir deh Dir, apa ini yang dimaksud Bunda dengan ‘temennya Chika’?”, kata Valen sambil membuat tanda petik dengan kedua tangannya.
Dira merasa beku. Entah kenapa penuturan Valen barusan membuatnya semakin hampa. Jujur saja, hatinya berontak saat tahu Chika dekat dengan seorang cowok dan itu bukan Dira. Harusnya ia tahu dari awal kalau perasaannya ke Chika sudah berubah. Bukan lagi perhatian kepada seorang sahabat kecil dan bukan karena utang budi lagi, tapi karena Dira menyayangi gadis buta itu.
“Len, ciri-ciri tu cowok kayak gimana?”
Î
1 bulan kemudian ..
Chika mendengar pintu kamarnya terbuka dan sebuah suara mulai menggelegar, “Sayang, ayo ba ..”. Ia mendengar suara Bunda yang terpotong.
“Kenapa, Bun?”, tanya Chika riang.
“kamu udah bangun?”, tanya Bunda dengan nada heran. Chika hanya bisa terkekeh kecil mendengarnya.
“Udah dong, Bun. Udah mandi malah!. Hehe”, ucap Chika bangga.
Bunda mengangkat kedua alisnya mendengar perkataan anak tunggalnya itu.
“well .. haha. Great!. Ini pasti gara-gara Kenny ya?”, goda Bunda.
“h-hah?. Ng-nggak kok. Idiihh, bunda sok tahu!”, sangkal Chika dengan percuma, karena dia nggak tahu kalo wajahnya udah merah kayak tomat.
“haiah, udah deh nggak usah nge-les. Bunda tahu kok. Ni ya buktinya sebulan terakhir kamu ketemu Kenny kamu selalu bangun pagi, kamu juga jadi tambah rajin—nggak cuma rajin ngusilin bunda doang, dan kamu sekarang jadi tambah ceria. Nah lho .. mau ngomong apa lagi kamu?”, Bunda berargumen.
Ya, semenjak saat itu Kenny selalu menemui Chika. Entah ngajak jalan-jalan atau Cuma ngajak ngobrol aja. Kenny selalu bisa bikin Chika ngerasa lengkap. Bahkan semenjak kenal Kenny, Chika merasa dia itu nggak buta. Chika juga udah nggak terlalu berharap dengan pendonoran kornea yang dia tunggu-tunggu selama ini. Chika bisa menerima kehidupannya sekarang, dengan segala kekurangannya pula. Karena Chika tahu, Kenny yang akan melengkapinya.
Tingg-tongg!!. Tiba-tiba bel rumah Chika berbunyi. Pasti Kenny, pikir Chika sambil tersenyum.
“Biar Chika aja, Bun yang bukain pintunya”, ujar Chika sembari beranjak ke lantai bawah.
“Dan itu adalah bukti terakhir kalo semua perubahan ini karena Kenny”, ujar bunda sambil tersenyum melihat kelakuan putrinya.
Î
Dira memencet bel rumah Chika, seperti biasa ia datang ke rumah Chika dengan misi yang sama. Dan ia berharap kali ini ia nggak keduluan sama ‘teman’ Chika yang udah sebulan ini bersama Chika. Beberapa saat kemudian pintu rumah tersebut terbuka. “Hai!”, ucap Chika semangat. Dira kaget saat melihat sosok dihadapannya ini. Chika yang dilihatnya sekarang seperti Chika yang dilihatnya waktu kecil dulu. Chika yang ceria, hangat, menyenangkan dan .. tunggu, sejak kapan Chika bangun sepagi ini?, pikir Dira. “Ken?, Kenny? Kok diem?”. Duuuaarr !!!. Kata-kata Chika barusan membuat pikiran Dira kosong. Pikirannya melayang ke percakapannya dengan Valen sebulan yang lalu.
“Len, ciri-ciri tu cowok kayak gimana?”
“mmm . .ciri-cirinya tu dia lumayan tinggi, sama elo tinggi elo dikit. Orangnya agak putih, rambutnya yang belakang agak jabrik tapi rada acak-acakan gitu deh”. Dira mengerutkan kening saat menyimak penjelasan Valen. Ia seperti mengenali sosok seperti itu. ” O ya, terus cara ngomongnya tu keliatan friendly and asyik banget. Sama apa lagi ya?”
“matanya agak sipit?”
“nah, iya! Itu .. gue mau bilang itu!. by the way, kok elo tahu?”
Dira menghempaskan nafas yang sedari tadi ditahannya saat mendengar perkataan Valen.
“keliatannya .. gue tahu siapa yang elo maksud”, ucapnya lirih.
“hallo? Kok diem? Ini Kenny kan?”, tanya Chika ragu. Dira menelan ludahnya. Pertanyaan polos dari Chika menghujam jantungnya begitu dalam. “bukan, ini Dira”, ucapnya  pelan. Ekspresi Chika langsung berubah 180 derajat mendengar jawaban Dira. Dira bisa melihatnya. Kecewa, marah dan kebencian. “oh”, ucap Chika singkat kemudian beranjak masuk untuk meninggalkan Dira. Dira menahan tangan Chika, “Tunggu, Chik!”

part 4 nya nyambung deh .. ^^ hehehe
thx for read it !! keep coment and enjoy my blog and story. ARIGATO! :D

Monday, March 28, 2011

gietato say thanks :)

hehe .. Gie lagi rajin2nya nulis blog nih :D. sampe2 ad slh 1 temen q yg slalu ngerasa mak tratap! kalo dia tnya ak lagi apa n aku njawabnya lagi MAEN BLOG :P. hehe. nah otomatis efek dari kerajinanku menulis d blog adlh mkin bnyak postingan yg GJ seperti yg satu ini hehehehe

nah, d entri ini Gie cm mau ngomong thx buat tmn2 yg udh pda mampir ke blog Gie yg kebanyakan buat mbaca cerpen Gie. hehehe. tp itu kbanggaan trsendiri buat gue tau! wkkwkw alay lu!
udah sih, sebenernya ini doang yg mau ak tulis. hbs lg bingung jg mau ngapain.
mau tdr, males lg pula blm ngantuk. niatnya sih mau bakar rumah tetangga biar rame sedikit gitu :D hloh ?? anarkis!

o iy, Gie pnya kabar soal si 'cowok penemuan' kemaren. td ak dpt kbr kalo slh 1 sobatku udh d cnfirm sm dy. dan ak .. B E L U M !    err~ tp nggak tahu np akir2 ni ak jd ilfill sm dy itu boong deng! yo wes .. msh nge-fans sitikkkkkk!!
hehehee

hmm .. mau nulis ap lg y ? udh deh ngene wae :D timbang ngko ak tmbah GJ mlah blog q g rame. wes ngono akan mencemarkan nama baikku, keluarga, skolah, kota, negara, para anggota ASEAN, terus nama PBB, tukang bakso langganan, tukang tambal ban sebelah rumah (emang ada?) , dan banyak lainnya. nah, maka dari itu dan pada dasarnya telah ditentukan bahwa semstinya saya menyudahi ketidakmutuan yg saya ciptakan di blog saya ini. oke? ARIGATO! ^.^ 

cerpen : 1 .. 2.. 3 .. 4 .. NO! (part 3)


KENNY.
                Kenny berjalan menuju taman kecil yang artistik itu. Menurutnya tempat itu tenang dan nyaman. Tapi yang lebih ia sukai ketika sehabis hujan. Udaranya enak sekali!—dan ia pun sangat suka dengan udara sehabis hujan.
                Langkahnya terhenti sejenak ketika melihat seorang gadis tengah duduk di bangku taman tersebut. Gadis berambut panjang itu tengah membuka buku yang sedari tadi berada di pangkuannya. Ia mengamatinya beberapa saat, kemudian memutuskan untuk mendatanginya.
                “Hai ..”, sapa Kenny. Gadis itu terlonjak, buku yang ia bawa terlempar. Dan ..
“aduuhh!! Kepala gue!”, teriak Kenny yang ketiban buku.
“ya, Tuhan!. Maaf aku nggak tau, nggak sengaja. Maaf ya, maaf!”, ucap si Gadis kemudian.
“nggak apa kok”. Kenny pun mengambil buku ‘sialan’ itu.
“Ini buku kamu”, ucap Kenny sembari mendekatkan buku tersebut pada pemiliknya. Gadis itu hanya memberikan seulas senyum. Manis, pikir Kenny.
Suasana tiba-tiba menjadi hening. “Emm, kita belum kenalan. Siapa nama kamu?”, Kenny mencoba mencairkan suasana. Cewek itu hanya diam menatapnya. Kenny tidak bisa mengartikan tatapan tersebut. Bingung, takut, atau apa?. “Nama kamu siapa?”, ulangnya lagi. Gadis itu tetap diam. Kali ini Kenny seperti mendapatkan sesuatu yang aneh dengan cewek didepannya ini. “Halooo?”, ujar Kenny sambil melambaikan tangan di depan mata gadis itu. Dahinya berkerut kemudian. Kok dia nggak kedip?, batinnya. Atau jangan-jangan dia ..
“Aku, Chika”, seru gadis itu tiba-tiba.
“Oh .. e-eh, aku Kenny”
Suasana hening kembali. “Kok kamu bisa disini?”, kata Kenny.
“Tiap habis hujan aku selalu kesini. Abis, aku suka sama bau udara kalo habis ujan. Apalagi disini, sejukkkk banget”
“sama dong!. Ternyata orang aneh nggak cuma aku ya ..”, ceplos Kenny
“Maksud kamu???”
“E-eh jangan salah paham. Jadi temen-temenku itu bilang aku aneh gara-gara suka bau udara habis ujan. Kata mereka sih baunya sama aja, nggak ada spesial-spesialnya. Tapi, eh … ternyata ada orang yang ‘sejenis’ kayak gue. Haaha”. Chika ikut tertawa mendengar penuturan Kenny.
“kamu kesini sendirian?”, tanya Chika tiba-tiba. Kenny heran mendengar pertanyaan Chika barusan.
“iya, memangnya kenapa?”
“oh, ng-nggak ..”
Kenny semakin heran. Seperti ada sesuatu yang janggal baginya, apalagi melihat ekspresi Chika yang meragukan itu. Chika seperti … ketakutan?. Tapi Kenny menolak untuk memikirkannya dan mengalihkan pembicaraan. Mereka pun larut dalam suatu obrolan ringan.
Suasana hening lagi. Oh, Kenny paling benci suasana seperti ini!.
“Aku buta”, seru Chika tiba-tiba. Kenny hanya terdiam. Seperti yang gue duga, batinnya. Kenny hanya tersenyum—yang dia tahu Chika nggak bisa liat senyumnya.
“Ya .. aku tau, kok”, jawab Kenny singkat.
“Ha? Tau? Darimana? K-kok bisa?”
“Tadi waktu kamu diem, aku sempat ngelambaiin tangan berkali-kali di depan wajah kamu. Aku kira kamu ngelamun, tapi kamu nggak kedip sama sekali. Nah, dari situ aku mulai curiga”
“Jadi? Masih mau temenan sama aku?”
Sedetik kemudian tawa Kenny meledak mendengar pertanyaan Chika. “ya iyalah!. Elo tu orangnya seru tahu! Jarang lagi ada cewek yang kalo diajak omong bisa seru kayak elo. Masak gue mau nyia-nyiain kesempatan dapet temen ngobrol yang asik?. How stupid I am, dong. Hahaa”.
“Hahaa, nggak heran deh. Semua juga pada ngomong kalo gue asyik kok orangnya. Haha.!”, sembur Chika.
“ye .. malah narsis!”. Mereka pun tertawa.
Tiba-tiba suara guntur mulai terdengar. Kenny melihat Chika yang tersenyum.
“Mau hujan ya?”, tanya Chika. Wajahnya tampak sumringah.
“iya, kenapa?. Mau pulang?. Gue anterin ya? Rumah elo di kompleks ini juga kan?”, giliran Kenny yang bertanya.
“Boleh kok kalo mau nganter, tapi entar dulu. Nungguin hujan dateng”
“kok malah nungguin hujan?”
“gue suka hujan. Gue suka titik-titik air jatuh di wajah gue”
Kenny hanya mengangkat kedua alisnya mendengar perkataan Chika. Sedetik kemudian hujan mulai menerpa. Chika bangkit berdiri dengan kedua tangannya menengadah. Ia mendongakan wajahnya. Hujan makin deras. Senyum Chika makin lebar, kemudian ia memutar-mutar tubuhnya. Kenny terheran melihat tingkah laku Chika.
“Ayo, Ken ikut!”, teriak Chika. Kenny hanya terdiam dan menuruti Chika. Ia berjalan ke sebelah Chika yang basah kuyub.
“kok elo gila ujan gini sih?”, tanya Kenny sedikit berteriak berpacu dengan suara hujan yang kian menderu.
“simple kok. Hujan itu indah. Hujan kayak bisa ngilangin kesedihan gue, dan hujan yang nutupin air mata gue kalo nangis, jadi orang lain gak bakal tau. haha!”.
Kenny tersenyum mendengar jawaban Chika. Entah mengapa ia merasa damai saat melihat orang yang baru ia kenal beberapa menit yang lalu itu tertawa selepas ini.
Î
“jadi disini rumah kamu?”, tanya Kenny saat mereka sampai disebuah rumah tingkat bercat hijau mint. Arsitekturnya yang minimalis dan natural membuat rumah ini terlihat begitu tenang dan nyaman. “ternyata rumah kita deket banget ya. Rumahku di blok depan, blok sebelas. Haha”. Chika hanya tersenyum mendengar celotehan Kenny. “ayo masuk dulu, Ken”, ucap Chika sambil membuka pintu pagar rumahnya dengan lancar. Kenny pun segera mengikuti Chika memasuki rumah itu. baru selangkah masuk, tiba-tiba ..
“Chika .. kamu ujan-ujanan lagi ya?. Dasar, dari kecil nggak ilang-ilang juga penyakitnya”, sembur seorang wanita berumur sekitar tiga puluh tahunan. Wanita itu memakai kaos oblong berwarna merah dan celana pendek selutut berwarna putih. gayanya anak muda banget?. Masak sih ini mamanya Chika?, batin Kenny.
“hehe. Maklum, Bun. Dasaran aku emang suka main air sih. Jadi mumpung ada ‘wahana air’ gratis gini kan kenapa nggak?. Hahaha”, yang diomeli malah cengengesan.
Tu kan bener, ternyata mamanya Chika. Ckck, gaul bener .. haha, pikir Kenny lagi.
Sang Bunda hanya geleng-geleng kepala. “itu siapa, Ka yang anter kamu? Kok Bunda belum pernah liat?”, tanya beliau pelan. Kenny hanya tersenyum ke arah beliau menyadari dirinya sedang diperhatikan.
“oh, iya .. Chika lupa ngenalin!. Bunda ini Kenny, temen Chika. Rumah dia di gang depan kok, jadi ya .. masih bisa dibilang tetanggaan lah. Ken, ini Bunda aku. Kamu jangan panggil tante tapi Bunda aja soalnya Bunda tu orangnya gengsian. Katanya kalo dipanggil tante dia ngerasa tua banget, padahal takdirnya kan emang udah tua. hahahaha”
“yeee .. dasar kamu itu. Gengsi apanya?. Bunda maunya dipanggil bunda sama semua orang karena bunda berharap bisa menjadi ‘Bunda’ bagi semua orang”
“yah … itu apa lagi!. Jangan harap deh, Bun. Hahahaa”
“Oh, dasar kamu ya! Bunda kasih jurus naga api baru tahu rasa deh!”, ucap Bunda sambil menggelitiki pingang Chika. Chika tertawa tergelak-gelak saking gelinya. Kenny yang melihat aksi anak dan bunda itu hanya bisa melongo dan ikut ngakak. Asyiik banget sih! Gokil!, batin Kenny. Tiba-tiba ia terdiam. Chika beruntung, pikirnya. Seberkas rasa iri tersirat di hatinya.
CHIKA.
“Sayang, ayo bangun!”, suara Bunda sudah terdengar di kamarku. “hemmm ..”, ucap Chika singkat kemudian tidur lagi. Abis ngantuk banget sih .. . “Dasar kebo deh. Ayo, bangun!! Ye .. malah tidur lagi”, oceh bunda sambil terus menarik-narik selimut Chika. Chika bersikeras untuk menarik selimutnya juga. Jadilah pertarungan sengit Chika VS Bunda. “Oo, tetep nggak mau bangun nih?”, ujar beliau. Chika hanya diam sembari menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Udah kayak lemper aja deh. Tiba-tiba ia merasakan beberapa benda menghantam tubuhnya.
“wooo .. woo .. Bun, apaan nih? Euy!”, Chika langsung protes dan menyelamatkan diri dari serangan bom atom bunda.
“Ayo, bangun .. cepetan bangun!”, seru bunda.
“iya,iya aku bangun nih lho. Huhh .. bunda apaan sih lempar-lempar Chika pake boneka sega ..”
Pluuukkk!.
“Bundaaaa!!! Chika kan udah bangun, kok masih dilemparin pake boneka sih??”, semburnya sambil mengusap-usap wajahnya.
“hehehee .. sorry, sayang. Yang tadi itu amunisi terkahir bunda dengan jurus balik badan eksotis, lagi pula bunda tadi nggak tahu kalo kamu udah bangun. Hehehe, jadi ya .. sudah takdir kamu dapet yang terakhir itu”, jelas bunda dengan nada penuh kemenangan. Yang mendengarnya hanya bisa melengos kesal dan geleng-geleng kepala.
“udah, sekarang kamu turun. Udah ditungguin sama temen kamu tuh”
“siapa? Dira lagi?”, ucap Chika malas.
“idiihh .. anak bunda kok sensi gini sih?. Dira kan baik orangnya”. Hufff .. please deh, Bun. Stop bangga-banggain Dira melulu.

“terus siapa dong?. Valen?”
“bukan. Bunda lupa namanya siapa. K-ka .. karyo? Ih, masak sih namanya karyo? Nggak cocok ah sama mukanya. Ke-kes, duh .. bunda lupa!. Pokoknya temenmu yang kemaren nganterin kamu itu lho ..”
Dahinya berkerut samar. Yang kemaren?. Masak sih ..
“Kenny?”
“nah, itu!. iya, kamu udah ditunggu Kenny dibawah”. Ngapain dia kesini pagi-pagi, batinnya.
“udah, cepetan turun.. malah bengong!. Dia udah tungguin kamu dari setengah jam yang lalu lho”
“ha?? Setengah jam?. Kenapa bunda nggak bilang dari tadi?”, ujar Chika sembari beranjak turun dari tempat tidur.
“nggak bilang apanya??. Lha terus yang dari tadi itu apa?”, ujar bunda defensif. Chika hanya menanggapi ocehan bunda dengan ber’hehe’ ria kemudian berlari kecil menuruni tangga.
Î
“Kenny?”, ucapnya ragu.
“Hei, Chika!”, suara Kenny terdengar riang di telinga Chika.
“Hai!. Mmm .. kamu ngapain disini?. Eh, maksudku kok pagi-pagi kesini?”
“hehe. Nggak apa-apa sih, aku cuma mau ajak kamu jalan-jalan pagi. Mumpung weekend nih. Ke taman kompleks atau kemana gitu kek. Mumpung udaranya enak, tadi malem kan hujan”
Dahinya menjadi keriting saat mendengar perkataan Kenny. Hmm .. iya nggak ya?, Chika menimang-nimang.
“nggak usah takut, Chik. Gue sendirian kok dan gue nggak bakal ngapa-ngapain elo”, jawab Kenny seakan dia bisa baca pikirannya .
“hmm .. oke deh. Aku siap-siap bentar sama pamit bunda dulu ya. Nunggu lagi nggak apa kan? Hehehe”, Chika hanya bisa meringis, kemudian kembali ke kamar setelah mendapat persetujuan dari Kenny.
Î
“Berangkat dulu, Bun”, ucap Chika sambil melambai ke Bunda.
“Saya pinjem Chika-nya dulu ya, tante .. eh, Bunda. Hehehe”, pamit Kenny pula. Bunda hanya mengangguk dan tersenyum melihat tingkah mereka. Beliau tetap memandangi kedua orang itu hingga lenyap di persimpangan gang. “Kenny keliatannya anak yang baik ya. Bagus deh kalo Chika bisa dapet temen baru kayak gini”, seru Beliau pelan sambil mengelus-elus anjing golden kesayangannya.
“Bunda”, sapa seseorang (lebih tepatnya dua orang deng)
Mendengar dirinya dipanggil, ia segera membalikkan badan.
“eh, Valen, Dira. Ada apa?”
“Chika ada, Bun?”, tanya Valen.
“Lhoh, Chika barusan aja keluar, jalan-jalan pagi sama temennya”
“Temennya?”, ujar Dira heran. Setahunya, semenjak Chika buta Chika bener-bener susah diajak berteman. Sama Dira yang sobatnya dari kecil aja sekarang ogah-ogahan apalagi sama orang lain??. Pol-polan juga sama Valen dia mau, itu juga karena Valen udah jadi sobatnya dari kecil.
“iya, temannya. Bunda lupa namanya siapa, abis susah sih. Pokoknya cowok kok”
Cowok??, pikir Dira. Bunda yang melihat wajah Dira jadi mengkeret langsung heran.
“Kenapa?”
“oh, ng-nggak apa kok, Bun”, Dira jadi gelagapan. Melihat itu naluri kejahilan Bunda muncul. Tuiinngg!.
“Hayooo, kamu jealous ya, Dir?. Udah ngomong aja”
Valen yang dari tadi Cuma diem and jadi obat nyamuk langsung ngikik bahkan ngakak mendengar perkataan bunda. Dia menatap Dira yang sekarang udah kayak kepiting rebus tapi tetep aja berusaha memasang tampang sok cool.
“wee .. ng-nggak. Nggak kok, Bun”, Dira makin gelagapan. “ya, udah kita pamit dulu, Bun”, ujar Dira secepat kilat yang keliatan banget pengen cepet-cepet ngibrit dari situ.
Î
“huh .. enak banget deh!”, ujar Chika sambil menarik napasnya dalam-dalam. Kenny ikut tersenyum melihat sinar kebahagiaan di wajah Chika. Tiba-tiba Kenny memetik setangkai mawar putih di sebelahnya.
“Chik, nih buat kamu”, ucapnya. Ekspresi Chika langsung berubah. Ragu?.
“Makasih, ini mawar putih ya?”, ucap Chika tiba-tiba.
“kok tahu?”
“iya lah .. orang setiap hari aku ketemunya juga sama mawar putih. haha”
Kenny hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf O. Chika menerima bunga mawar itu.
“Auuu!!”, teriak Chika tiba-tiba.
“Kenapa?”
“nggak apa kok. Cuma kena duri, lagipula nggak luka kan?”
Kenny melihat jari yang dimaksud Chika. Ia mulai khawatir saat melihat darah yang mengucur di jari yang lentik itu.
“eh, nggak luka apanya?. Darahan banyak gitu kok. Tunggu bentar”
“Eh, mau kemana kamu, Ken?”, tanya Chika.
“Nggak kemana-mana. Ini gue masih di sebelah lo kok. Tenang aja”
“Oh, kirain. Hehee”
“Sini’in tangan kamu”, ucap Kenny.
“mau ngapain?”, Chika heran. Tanpa berucap Kenny langsung menarik tangan Chika. Chika merasakan sesuatu menempel di jarinya.
“untung aku selalu bawa plester buat jaga-jaga”, ujar Kenny lembut. Chika hanya bisa tersenyum dan berucap terimakasih. Entah kenapa, ia merasa senang bersama Kenny. Ia merasa .. spesial?.
“woy, ngelamun aja!”. Suara Kenny meruntuhkan lamunan Chika.
“Eh? Hehe. Eh, Ken, pulang yuk!. Aku laper nih, hehe. Sekalian sarapan di rumahku aja, kamu belum makan kan?”. Kedua alis Kenny terangkat saat mendengarnya. Kenny rasa Chika bukan tipikal orang yang semudah itu menerima orang.
“Kamu yakin?”, tanya Kenny. Ia bisa melihat Chika yang menghembuskan nafas perlahan kemudian mengangguk mantab.

to be continued lg deh :D jgn bosen2 y mbacanya ^^
keep coment! bs langsung d blog atau lewat fb. ARIGATO!

cerpen : 1 .. 2.. 3 .. 4 .. NO! (next part)


CHIKA.
Terdengar suara tirai yang disibakan di kamarnya. “Pagi, sayang”, sapa bunda sembari mengecup Chika yang masih terpejam. “Ayo bangun, udah pagi lho .. tuh mataharinya udah nongol”, ujar beliau. “Errhm .. percuma, Bun. Chika juga nggak bisa liat tuh matahari. Semua gelap”, ucapnya dengan suara serak. Ya, ia buta sekarang. Itu karena kejadian tabrak lari empat tahun yang lalu. Saat Chika berusia 9 tahun. Dokter menyatakan kornea matanya rusak. Chika sedih setengah mati mendengar kenyataan itu. Bahkan awalnya bundanya sangat-sangat terpukul sampai tidak mempedulikannya. Tapi keadaan berubah, ketika perlahan-lahan bunda mulai menyadari bahwa perlakuannya membuat Chika makin terbeban. Tapi, bagi Chika, semua sama saja. Tak ada lagi indah di matanya, yang ada hanya hitam dan gelap. Cukup.

Chika dapat mendengar bunda menghembuskan nafas mendengar jawabannya tadi. “Sayang, kamu nggak boleh ngomong begitu dong. Sabar, bunda yakin kamu sebentar lagi bisa mendapat donor mata. Percaya deh ..”, jelas mama lembut sambil mengelus rambutnya. Ia hanya terdiam. “sampai kapan lagi harus nunggu?”, batinnya.
“udah sekarang kamu turun ya. Tuh, Valen sama Dira udah nunggu di bawah dari tadi”
“apa? Dira?. Bunda!, kan Chika udah bilang dari dulu kalo Chika nggak mau ketemu lagi sama Dira!. Dia yang bikin Chika kayak gini!”, sembur Chika.
“Chika, bukan dia yang bikin kamu jadi begini. Dia juga nggak pernah minta kamu buat nyelamatin dia kan??!”
“Terserah omong Bunda deh .. . pokoknya, Chika tetep nggak mau ketemu sama Dira. Titik!. Bilang aja Chika masih tidur dan nggak mau diganggu”, ucapnya bersikukuh.
Î
VALENTINA.
                Valen dan Dira tengah menunggu di ruang tamu rumah Chika, rencananya sih mereka mau ajak Chika jalan pagi. Valen menatap Dira yang duduk disebelahnya. Seperti biasa ekspresi cowok itu selalu harap-harap cemas kalo mau ketemu sama Chika. Yah, maklumi saja. Dira masih merasa sangat-sangat bersalah dengan kecelakaan yang membuat Chika buta. Tiap hari Dira selalu datang menemui Chika untuk minta maaf atau sekedar ingin menemani Chika. Yah, walaupun itu nggak akan bisa menebus kesalahannya tapi apa salahnya mencoba?. Tapi, usaha-usahanya selalu gagal!. Chika nggak pernah mau bertemu Dira lagi dan bahkan mendengar namanya saja bisa membuat Chika naik pitam.
Tiba-tiba Dira berdiri. Ia menatap Bunda Irma yang baru saja turun dari kamar Chika dengan tatapan memelas. Bunda Irma mengangkat kedua bahunya. “seperti biasa”, ucap beliau datar. Dira menghembuskan nafas dan melempar tubuhnya ke sofa. Seperti yang dibilang tadi, usahanya gagal lagi. Dan ini untuk kesekian kalinya. “biar gue yang coba ngomong ke Chika lagi deh, Dir. Elo mau ikut?”, ujar Valen. Valen tidak tega melihat sahabatnya satu ini memasang tampang memelas. Dira terlihat berpikir sebentar, kemudian membuntuti Valen menuju ke kamar Chika.
Valen menatap Dira lagi sebelum membuka kamar Chika. Tangan Dira memegang erat empat tangkai bunga mawar putih. Ia bisa melihat dimata Dira ada perasaan bingung, nervous dan takut?. Entahlah, pikirnya.
“Chika!”, serunya saat memasuki kamar Chika yang serba orange itu.
“eh, kebo!. Ayo, bangun!. Molor aja lo!”. Valen menarik-narik selimut Chika.
“disini nggak ada Dira kan Len?” tanya Chika blak-blakan.
Valen terhenyak. Ia menatap Dira yang berdiri di sebelahnya. Dira hanya diam. Dira terus menatapi sahabat kecilnya itu. Tatapan terluka.
“eh, ni gue bawain mawar putih”, ujar Valen tanpa menghiraukan pertanyaan Chika tadi.
“mawar putih lagi??. Ye .. percaya Len, elo punya toko bunga. Tapi bunga lain dong!. Biar lebih variasi gitu kek. Bunga raflesia juga nggak apa. Ntar kan bisa gue jual, yang untung ntar juga gue. hahaa ”, omel Chika nyeleneh.
“ye .. ngehe lo. Protes aja bisanya!. Kan udah gue bilang..”
“mawar putih itu melambangkan ketulusan kasih sayang. Ya ampun, Valen elo udah ngomong gitu berapa kali? Ha?”
“hehe. Tapi emang bener tau!”.
Ia menatap Dira lagi, kali ini cowok itu tersenyum tipis. Valen ikut merasakan kelegaan Dira. Dia tau Dira senang melihat senyum Chika lagi. Oh, Tuhan .. kasian sobatnya satu itu. Semoga Chika bisa terima dia lagi.
Î
KENNY.
                Kenny memandang Dira yang terduduk dengan mata menerawang. “Lo kenapa bro?”, ujarnya sambil menepuk pundak Dira. Dira hanya melirik cowok jangkung ini sesaat, kemudian terdiam lagi. “Chika lagi?”, tanyanya. Dira mengangguk kecil. Kenny menghembuskan nafas. “huhh .. Dir, kenapa lagi sih sobat kecil lo itu?”. Dira hanya diam.
“gue gagal lagi, Ken”
Diam sejenak. “tapi gue seneng, tadi gue sempat liat dia ketawa-tawa sama bercanda. Haha. Dia emang dari kecil nggak berubah”, ucapnya sambil tersenyum tipis.
“ckck, Dira, Dira. Loe tu ya udah pinter, cakep, multitalent. Banyak cewek yang ngejar lo sampe jatuh bangun. Eeh .. tapi ini. Elo liat Chika senyum aja udah ngerasa hidup lo tentram. Gue jadi heran, kayak gimana sih si Chika-chika lo itu??”
 “simple kok. Dia baik, dan gue utang budi sama dia”, balas Dira.
Kenny mengangkat kedua alisnya. “Oh, ya?. Cuma itu?. Cuma cewek model gitu toh yang narik perhatian lo?”. Kenny masih nggak percaya, se-simple itukah tipe cewek seorang Dira Wiratama?? (atau Kenny yang terlalu nuntut banyak dalam tipe cewek idamannya??).
“atau .. jangan-jangan elo homo ya??. Matih, gue!. Pergi jauh-jauh lo sono ..!”, kata Kenny sok jijik.
“ye .. seenak lo ngomong!. Kalo pun gue homo, gue juga ogah ama lo!.” Ucap Dira diiringi gelak tawa mereka.
Î
CHIKA.
                Chika tengah duduk di bangku panjang  taman kompleks. Walaupun ia tak bisa melihat taman itu lagi, tapi ia masih bisa merasakan keindahannya. Chika menghirup udara di sekitarnya. Hmm .. enak banget!, gumamnya dalam hati. Chika sangat menyukai bau udara setelah hujan. Itu membuatnya merasa tenang.
                Ia membuka buku yang sedari tadi berada dipangkuan. Chika meraba halaman pertama buku tersebut. Bab 1 :The best gift, ucapnya setelah membaca huruf braille yang tertera. 3 tahun terakhir ia mulai lancar membaca dengan huruf braille. Chika senang setidaknya ia masih bisa menjalankan hobinya yang satu ini.
                “Hai!”, terdengar suara seorang laki-laki. Chika terkejut mendengar suara itu, spontan bukunya terlempar. Sedetik kemudian ia mendengar orang tersebut berteriak,
“aduuhh!! Kepala gue!”.
“ya, Tuhan!. Maaf aku nggak tau, nggak sengaja. Maaf ya, maaf!”, ujarnya setelah menyadari buku tadi melayang ke atas kepala orang ini.
“nggak apa kok”, ucap suara itu ramah. Tiba-tiba terdengar bunyi-bunyi yang tidak jelas. Chika nggak tahu apa yang dia lakuin.
“Ini buku kamu”, seru sosok itu lagi. Chika bisa merasakan orang tersebut mendekatkan buku itu ke arahnya. Chika hanya tersenyum membalasnya. Suasana hening.
“Emm, kita belum kenalan. Siapa nama kamu?”, ucap orang itu tiba-tiba. Chika hanya diam. Heran saja, selama ini tidak ada yang pernah mengajaknya berkenalan secara langsung seperti ini—apalagi semenjak ia buta. Apa orang ini tidak tahu kalau ia buta??. Atau hanya ingin mempermainkan Chika?. Jangan-jangan dia tidak sendirian, tapi dengan teman-temannya dan bersiap menjadikan Chika bahan lelucon??. Ooow ..

nyambung lagi deh ^^ tetep ikutin ceritanya y. Msh bnyak kejutan di cerita ini :D keep coment and read it!

Sunday, March 27, 2011

cerpen : 1 .. 2.. 3 .. 4 .. NO!

 “Chika, udah ketemu belum?”, terdengar seruan ceria anak-anak kecil yang sedang bermain petak umpet pada seorang gadis kecil. Langit menampilkan warna orange muda yang begitu lembut. Senja dengan setia menemani mereka bermain.Belum!. Bentar lagi juga ketemu!”, balasnya. Kepala Chika menengok ke kanan dan kiri, mencari keberadaan targetnya. “Dira ngumpet dimana sih?”, ucap Chika seraya mengelap keringat di jidat dengan tangan mungilnya. Ia berjalan mengelilingi taman kompleks yang berada di pinggir jalan. Taman itu kecil tapi didesain sangat artistik. Di tengah taman terdapat sebuah kolam ikan kecil dengan pusat sebuah air mancur berhias patung dua patung manusia membawa tempayan air. Bunga-bungaan tertanam rapi di beberapa sudut. Dan bangku-bangku panjang bermodel klasik dengan warna coklat menguatkan gaya vintage-nya. Rambut panjang Chika yang terkucir dua melambai-lambai mengikuti gerak tubuhnya yang lincah. Chika mencoba mencari temannya itu diantara semak-semak, melongok ke bawah kursi taman, dan juga ke balik pot bunga bugenville yang besar. Tapi ia tidak menemukannya. Yah, begitulah nasib saat mendapat giliran menjaga, apalagi kalau tinggal mencari satu orang aja.
Ia menghela nafas. Kemana lagi?. Alis tebalnya bertaut. Berpikir keras untuk menemukan dimana orang tersebut. Ia melangkah pelan, kali ini tanpa tujuan. Berapa saat kemudian, senyumnya mengembang melihat kemasan permen lolipop yang teronggok di dekat sebuah pohon besar. Aha .. ini pasti punya Dira!. Dia kan selalu bawa lolipop kemana-mana, batinnya dalam hati. Well, Chika cukup cerdik untuk berpikir seperti itu, sementara Dira cukup khas dengan lolipo-lolipop yang membuat giginya keropos. Chika segera berjalan mengendap-endap menuju ke balik pohon besar tersebut. “Dorr!! Ketemu kamu!”, serunya bangga saat menangkap basah temannya yang sibuk menekuni lolipop berwarna-warni. Yang dipergoki hanya ber-hehe ria. “Temen-temen, Dira udah ketemu nih!”, teriak Chika dengan lantang. Teman-teman langsung menyerbu ke arahnya. Sebagian hanya ingin segera memainkan permainan selanjutnya, sebagian lagi penasaran dengan tempat Dira bersembunyi. Mungkin saja nanti mereka bisa bersembunyi disana.
“Kamu lama sekali!”, seorang anak berkata dengan nada kesal pada Dira dan Chika karna ia sudah tidak sabar meneruskan permainan selanjutnya.
“Yang penting kan udah ketemu! Wek!”, Chika memeletkan lidah. Ia sedikit tidak terima karna ia sudah bersusah payah mencari.
“Udah yuk, maen lagi!”, ujar Valen, sahabat Chika yang berwajah agak oriental menyudahi percakapan itu.
“Hompimpah alayum gambreng, nek ijah pake baju rombeng!”, seru mereka berbarengan sambil menggoyang-goyangkan tangan.
“Yee! Chika jadi!!”, ujar mereka makin semangat.
“Ah, masa aku lagi sih yang jaga?. Gantian dong! Aku kan capek. Kalian pasti curang ya?”, protesnya dengan mulut manyun.
“Udah jaga aja. Cepet!”, seru Dira sambil mendorong tubuh mungil itu.
“Iya! Iya!”, seru Chika sangat-sangat terpaksa.
“Tutup mata ya Chika!”, ujar Valen mewanti-wanti.
“Iya, ini Chika juga udah tutup mata!”, ia makin sewot. “1 ..”, Chika mulai menghitung. Ah .. lihat-lihat dikit nggak apa deh. Hehe, pikir Chika sambil membuka matanya sedikit—cuma sedikit—dan celingukan. “Oh, pada ngumpet di situ ternyata. Awas nanti kalian!. Hehehe”, gumam Chika sementara teman-temannya sibuk berlarian mencari tempat sembunyi. “2 ..”, hitungnya lagi sembari mengalihkan pandangan ke arah jalan. Ia mendapati Dira disana. “3..”. Dira terlihat seperti mengambil sesuatu di tengah jalanan yang sepi itu. Chika mengamatinya beberapa saat. Yee … ternyata dia lagi ngambil lolipopnya yang jatuh. Ckck, dasar Mr.Lolipop!. “4..”, serunya seraya melempar pandangan ke arah lain. Chika melihat mobil jip hitam besar dengan plat nomor B 497 A yang berjalan dengan kecepatan tinggi. Diamati lebih lama, gerakan mobil itu ternyata tidak terkendali. Dahinya berkerut saat mobil tersebut melesat dengan cepat mendekati taman. Lebih tepatnya ke arah Dira tadi. Ya, Tuhan!!. “Dira awas!!”, Chika berteriak sambil berlari sekencang-kencangnya ke arah anak laki-laki tersebut. “Minggir, Dir!!”, serunya mendorong tubuh mungil Dira menjauh dari jalan melihat mobil tadi bisa melindas tubuhnya dalam sekejap.
Tiiiin!!! Bbbbbbrrrraaagggggggggg!!!!!!!





*) to be continued. ini post update an. jadi mungkin rada ga nyambung sama post yang belum aku update. thanks :)