Saturday, December 29, 2012

God's answer



Jawaban Tuhan itu ada tiga :YA. TIDAK. TUNGGU.

Setelah ku pikir-pikir ternyata benar aku sudah mengalami ketiga jawaban itu.

YA. Kalo yang ini mah banyak banget. haha. Waktu itu, kelas 9. Beberapa anak dipanggil suruh ngasihin beberapa persyaratan untuk diajuin ke pemerintah dan dapet beasiswa prestasi tingkat provinsi. Puji Tuhan, ternyata aku kepilih.

TIDAK.Waktu itu, aku disuruh ikut seleksi POPWILNAS, tim jateng. Tapi karna beberapa kesalahan akhirnya aku nggak jadi ikut. Aku yang memutuskan nggak ikut. Lagipula, aku yakin aku nggak keterima. Next, dari situ aku malah mendapat penguatan iman. Yang emang aku butuhin, karna sepulang dari sana, mama mendapat musibah kecil. It’s okay, God said no. But he added “I’ll give you the better one” :)

TUNGGU.Bertahun-tahun, di tiap malem, aku berdoa ke Tuhan. Minta jawaban soal Rio. Tuhan gak pernah ingkar :) Walau aku harus nunggu selama enam tahun untuk mendapatkan jawabannya, toh aku tetap mendapatkannya?. Dan sekarang aku mengerti apa yang harus aku lakuin.

Kamu nggak tahu apa yang akan terjadi nanti. Jalani saja. Hidupmu sudah ada alurnya sendiri. Cukup percaya bahwa Tuhan sudah persiapkan yang terbaik untukmu. Entah dalam ya, tidak, atau … tunggu.

Sunday, December 16, 2012

i'm going to be an idiot

kata orang yang namanya jodoh itu mau sengaja atau enggak bakal ketemu. berapa kalipun memutuskan untuk berpisah, akhirnya akan ketemu. Lalu gimana aku sama kamu?

cerpen : A little liar



Aku menatapinya. Badannya yang berkeringat bergerak lincah di dalam lapangan. Pandanganku berkeliaran mengikuti gerak-geriknya. Cruukk!! Ia berhasil menembakan tembakan three point dengan mulusnya. Aahhh .. dia memang keren banget kalo lagi main basket gini!—waktu nggak main aja udah keren, apalagi kalo pas main?? ajiibbb.
Theo. Cowok itu tidak terlalu tinggi. Tapi dengan senyumnya yang menawan dan wajahnya yang manis sudah cukup untuk membuatku kehabisan nafas. Dia itu perfect. Rasa-rasanya semua hal-hal baik nemplok di dia. Pintar, gaul, baik, cakep, kapten basket pula. Itulah yang membuatnya jadi cowok paling most wanted di sekolahku. Dan nggak seperti cowok-cowok lain, dia nggak menggunakan segala nilai plusnya itu buat menggaet cewek-cewek papan atas disana-sini. Nggak, Theo nggak seperti itu. Ketahui saja, hal tersebut sangat berkebalikan dengannya. Theo adalah seorang cowok gentle yang sangat-sangat cuek. Bahkan, dampak kecuekannya pun terkena pada Putri, sang primadona SMP Petra Bangsa yang dengan mudahnya membuang cowok semudah ia membuang upilnya. Dan mendapatkannya kembali semudah ia menggali upilnya lagi di dalam lubang hidungnya. Si genit itu sama sekali nggak diperhatikan sama Theo.
Aku pernah tidak sengaja melihatnya menangis-nangis pada Tria—sohibnya yang nggak kalah beken—saat menceritakan kencan pertamanya dengan Theo. Aku sempat kaget dan putus asa sih saat mendengar mereka berkencan. Tapi aku merasa sedikit lega saat tahu yang mengajak berkencan itu Putri, bukan Theo. Lebih lagi Theo menyetujui kencan tersebut karna Putri sudah memaksanya selama tiga bulan terakhir.
Asyiknya, kencan mereka gagal. Pertama, saat hari H, ternyata Theo lupa dengan kencan mereka. Dan ia hampir saja tidak datang kalau bukan Putri yang meneleponnya karena sudah menunggu di bioskop tempat mereka bertemu selama satu jam. Belum puas, kegagalan itu juga terjadi saat mereka nonton bareng. Waktu itu si Putri memilih film romantis, karna ia pikir itu akan membuat kencan mereka akan menjadi seromantis film yang mereka tonton. Eeh .. kau tau apa yang terjadi?. Bukannya adegan pegangan tangan atau hal-hal romantis lain seperti yang dipikirkan Putri yang terjadi, tapi malah Theo ketiduran di bioskop saking bosannya. Hahaahaa .. sukurin! Mati garing deh tu ..
Lalu, bagaimana dengan aku???. Ohh .. Please deh, aku hanya seorang Olanisna Sarah alias Olan. Cewek kuper nan cupu yang jadi pupuk bawang di sekolah elit ini. Oke, setidaknya aku bersyukur aku bukan cewek kuper nan cupu dengan kacamata tebal dan setumpukan buku-buku nonfiksi dalam genggamannya. Aku nggak separah itu kok—untungnya. Dan aku pun masih punya satu hal yang patut dibanggakan. Aku selalu berada di ranking satu pararel. Tapi menjadi siswi paling pintar di sekolah tidak membuatku dilirik oleh teman-temanku. Oke, mereka kadang melirikku, walau sekedar dalam konteks heran melihat cewek sekuper ini ada  di dunia atau saat mereka ingin aku mengerjakan tugas mereka.
Dan mendapatkan seorang Theo?? *sigh*. Bagaikan mindahin gunung dengan jari kelingking. Come one, dear .. Putri yang selalu jadi sorotan aja dibuang gitu aja sama si Theo. Apalagi aku yang .. oh Tuhan aku nggak kuat mengumbar segala hal yang ada didalam diriku—yang sebagian besar berkonotasi buruk, kacau, nggak mutu and cupu. Jadilah aku sekarang, setiap hari Selasa dan Kamis terdampar di balik pintu tribun GOR untuk mengamati pujaan hatiku berlatih basket. Yahh .. setidaknya ini sudah cukup menyenangkan untuk kaum sepertiku.
“Lan”
Aku terlonjak kaget dan spontan membanting pintu. Mukaku langsung merah padam saat menyadari hal yang kulakukan barusan.
“Siskaaa .. Elo bikin gue kaget tau nggak? Malu kan tadi gue ngebanting pintu tiba-tiba!”, omelku pada Siska yang mengagetkanku.
“Bodoo .. Salah siapa keasyikan ngintipin si Theo. Kagetan kan lu sekarang”, ucap sobatku itu santai. Aku hanya memutar bola mataku sebagai jawaban dan kembali mengintip latihan hari itu. Mataku kembali mencari-cari sosok emas itu. Keningku berkerut rapat saat Theo tidak ada disana.
“Permisi ..”. Badanku langsung membeku saat mendengar suara yang nge-bass banget itu. Aku segera membalikan badan dan melongo saat mendapati sosok didepanku. Aku bingung bercampur kaget dan senang. Sejak kapan Theo keluar dari GOR dan bisa nyasar kesini?.
“Sorry, gue mau lewat”, ujar Theo sambil menyembulkan sebuah senyum. Alamaakkk .. aku meleleh!.
Lamunanku langsung terbuyar saat Siska yang tak tahu diri tiba-tiba menarikku. “Silakan”, ucapnya datar—Sungguh tak berperasaan!, coba kalo itu aku. Theo pun segera melewati jalan yang telah kami bukakan dan menuruni tribun untuk menuju ke lapangan. Aku terus memandanginya dengan muka memuja. Tiba-tiba sebuah tangan jahil menonyor kepalaku.
“apa lagi sih??”, ucapku kesal.
“tampang elo nggak usah segitunya kali, Lan”
“sshhhh .. whatever. By the way, elo kok tadi datar banget sih jawab si Theo?. Sadis. Huu .. coba kalo itu gue!”, protesku.
“biarin. Daripada elo yang tadi cuma bisa pamer tampang bloon didepannya waktu dia bilang ‘gue mau lewat’. Mau apa?”, tantang Siska. Pipiku bersemu merah saat menyadari ketololanku tadi. Ya, Tuhan .. beneran aku nggak sadar!.
ýýý
Hari ini ekskul jurnalistik membuka penerimaan anggota baru untuk menggantikan senior yang sudah pensiun. Dan karna kecintaanku dan cita-citaku sebagai seorang jurnalis handal, tanpa ba-bi-bu aku segera menuju ke ruang jurnalistik di lantai tiga untuk mendaftarkan diri.
“Kak, permisi. Saya mau daftar ekskul jurnalis dimana ya?”, tanyaku pada Kak Filiph, mantan ketua jurnalistik yang terkenal ramah. Dia juga yang jadi fotografer di ekskul ini.
“Oh .. kamu tinggal masuk ntar minta ke sekretarisnya aja”
“Oh, makasih banyak kak”.
Aku segera membuka pintu ruangan dan memasukinya. Di dalam, aku mendapati seorang cowok yang sepertinya juga sedang mendaftarkan diri.
“Permisi kak”, ucapku pelan. Kedua orang tadi langsung menoleh ke arahku. And .. oh my God! aku langsung melongo saat mengetahui kalau cowok itu adalah Theo. Wow. Wait .. Theo ikut ekskul jurnalis?. Yang bener aja?.
“Ee .. k-kak, aku mau daftar ekskul jurnalis. Engg .. bisa minta formulirnya?”, jelasku gugup.
“oh, oke. Antri dibelakang dia dulu ya!”. Aku hanya mengangguk pelan dan sedikit ragu mengetahui ‘dia’ yang dimaksud adalah Theo. Aku berdiri dengan gugup dibalik punggung Theo. Ahihihi .. gue nggak nyangka bakal seberuntung ini.
Aku mengamati my prince charming itu mengisi formulir pendaftaran. Hal pertama yang ada dibenakku adalah : tulisan Theo kayak cakar ayam. Huaha. Tetapi mataku langsung menyorot sesuatu yang lain. Nomor HP Theo. 085640414567, batinku yang entah karna nomornya yang cantik atau karna memang IQ-ku yang tinggi aku langsung bisa menghapal nomor tersebut. ah .. entahlah, yang terpenting aku berhasil mendapatkan nomor HPnya. Hip hip horeee!!
“ini kak”, suara Theo membuyarkan lamunanku.
“Oh .. oke, tolong taruh di rak sana ya. Kamu sini isi formulirnya”, panggil sang kakak padaku. Aku segera maju dan mengisi formulir tersebut. Benakku terus mengingat nomor tadi. Nomor HP Theo. So, mau apa gue?. Sms dia ngajak kenalan??. Yang bener aja .. heesshhh ..
ýýý
Aku memutar-mutar handphone bututku itu dengan gelisah. “Sms nggak ya?”, gumamku. Sungguh aku sangat bersyukur aku bisa mendapatkan nomor HP Theo. Seorang Theo!. Oke, nomornya emang nggak langka—bahkan hampir tiap anak punya—tapi buat kaum kuper sepertiku, ini adalah sesuatu yang waw.
Dengan kebingungan yang sangat aku akhirnya memutuskan untuk meminta pendapat Siska. Sobatku itu biasanya paling bisa aku andalkan. Dia baik, pintar, walau sedikit begajulan dan tomboy. Pergaulannya luas dan dia anak pemilik yayasan, itulah yang membuatnya masuk ke daftar anak-anak famous. Sebenarnya dia bisa dengan mudah bergabung dengan Putri dan Tria yang notabennya adalah murid populer di sekolahku, dan aku pun tak habis pikir kenapa ia malah memilih bergabung denganku yang berlabel murid buangan. Yang ia katakan hanya, “sorry, gue nggak mau gabung sama anak-anak manja kayak mereka yang ngabisin waktu buat cari masalah, ngecengin cowok taraf rendah yang mereka bilang cakep, dan nggosipin hal-hal cetek. Belum lagi kalo gue kudu liat mata mereka yang bengkak, penuh air mata dan hidung penuh ingus kentel karena nangisin cowok rendahan semaleman”. Auhhhh .. tajam saudara-saudara.
“halo, nyet. Napa telpon gue malem-malem?”, terdengar suara disebrang sana.
“Siska! Gue sms nggak ya enaknya?”
“Sms sapa? Sms apaan sih?”. Aku pun menjelaskan segala kegalauan hidupku—halah.
“So? Gimana nih? Sms nggak ya?”, tanyaku.
“mm.. terserah elo sih. Kali ini gue nggak bisa kasih advice”
“Yahh .. elo gitu”
“ya .. ya .. whatever. Eh, Lan. Udahan dulu ya! Gue mo maen bola. good luck ya sms Theo-nya!”
“hah? Malem-malem gini maen bola? bola sepak bola?”
“bukan bola bekel noh bareng adek gue!”, ucapnya kemudian menutup telepon sebelum aku sempat membalas ucapannya.
Aku memayunkan bibirku sambil menatapi HP yang berada dalam genggamanku. “sms nggak ya?”, ucapku menimang-nimang. “sms aja deh ..”, ucapku kemudian. Aku segera ke menu messaging dan memilih pilihan write new.
Hai theo J
Kalimat singkat itu segera kuketik dengan cepat dan segera mengisi nomor handphone Theo pada kotak to. Aku menggigit bibirku, bimbang. Beneran kirim nih?, tanyaku pada diri sendiri. Aku memejamkan mata sambil memencet tombol ok dengan perlahan. Duhh .. beneran kirim nih? Aaa .. cancel aja deh!. Aku segera membuka mata untuk memencet tombol cancel, namun sudah terlambat. “aduhhh!!”, erangku saat mendapati tulisan delivered yang tertera di layar HPku. Kujatuhkan tubuhku ke tempat tidurku yang empuk. “matih deh gue! Gimana ini?? Kalo dia tahu itu nomor HP gue gimana dong?”, pikirku. Aku meniup poniku yang menjuntai, tanda bahwa aku frustasi. “eh, tapi nggak mungkin deh dia tahu nomor HP cewek buangan kayak gue gini. Iya, kan? Haa .. santai aja kalo gitu!”, gumamku. Namun, baru berselang beberapa menit saja, pandanganku kembali melayang kepada HPku. Tak ada jawaban balasan dari Theo. Hatiku mulai tergerogoti rasa kecewa. “Kok nggak dibales ya? Yahh .. gue tau sih .. mana mungkin dibales. Dia kan orangnya cuek banget”, ujarku pada diri sendiri.
Aku pun segera bangkit dan menuju ke meja belajarku. Mengambil buku pelajaran biologi dan membuka bab kedua. Mungkin saja belajar bisa mengalihkan perhatianku. Selain itu, akhir-akhir ini aku harus lebih giat mempelajari pelajaran satu ini karena bulan depan aku akan mengikuti olimpiade biologi. Aku mulai menghapal hal-hal penting di halaman pertama. “kelenjar vesikula seminalis menghasilkan larutan .. emm.. larutan al .. aduh!! Larutan apa sih namanya duh .. lupa!”. Aku cemberut. Kedua tanganku menopang dagu. Aku frustasi, biasanya dengan IQ 170-ku aku bisa dengan mudah menghapalkan sesuatu. Tapi kenapa nama sebuah larutan saja aku lupa?. Aku melirik ke HPku yang tergeletak di tempat tidur. Ya, mungkin itu masalahnya. Huhh … Theo .. Theo .. kenapa kamu selalu nyedot perhatianku sih? Dddrrttt .. ddrrtttt ..  tiba-tiba HPku bergetar. Ada sms!. Secepat kilat aku langsung berdiri dan meraih handphoneku dengan bringas. “ahhhh ..”, ucapku kecewa saat yang tertera adalah nama Siska. Aku langsung terduduk lemas. Kutiup poniku lagi. “huhh .. rese deh”.
From : Siska
Gmana nyet? Udh beli nyali blm buat sms your beloved teo? Huh? Wkwk :p
Segera ku tekan tombol reply dan jariku mulai menyusuri keypad HP.
To : Siska
Huu .. rese lo! Gw kira td blsan smsnya si theo tauk! :o
Udh, tadinya sih mo gw cancel. Cuma gw telat mencet jadinya udh delivered dluan deh ..
Cuma smpe skrg g d bls2 sama dia nih >< #frustasi
ýýý
“eehhh ..”, ucapku lirih saat merasakan HPku bergetar. Aku mencoba membuka mata. Silau. Ternyata hari telah pagi. Aku melihat layar handphoneku dan melihat ada sebuah sms masuk. Palingan juga Siska yang ngomel gara-gara kemarin aku ketiduran waktu kita smsan sampe malem. Aku mengucek mataku, berharap bisa melihat lebih jelas dan rasa kantukku hilang. Dan benar, rasa kantukku hilang! Tapi itu bukan karna aku mengucek mataku melainkan karna apa yang tertera di layar HPku.
From : 085640414567
Sori, ni sp y ?
Theo!. Theo membalas smsku!!. Yeeeeaahhh!!!. “Aaaa .. horeee!! Nananana Theo bales sms gue, Theo bales sms gue!! Dia nanyain gue siapa !! hahhaha horreeee !! yihuuuu!!”, ucapku sambil melompat-lompat di atas tempat tidurku dengan sesekali berjoget. “Auuuhh!! Aduhhh!!”, erangku saat aku terpleset dan terjatuh dari tempat tidur. “A-aa .. aduh duh duh ..”, aku memekik  kesakitan saat aku mencoba berdiri. Aku terus mengusap-usap pantatku yang kesakitan. Aduh mak rasanya …
“yang penting Theo nge-bales smsku!”, ucapku girang dan melupakan sakit di pantatku tadi. Segera ku raih telepon genggam—yang untungnya tidak ikut jatuh bersamaku—untuk membalas sms Theo. Tapi aku segera menghentikan gerakan tanganku saat menyadari sesuatu. Aku harus bales gimana coba??. Aku mulai berpikir. Nggak mungkin kalo gue ngaku, jangan-jangan ntar dia langsung ngabur lagi. Apa nggak usah dibales?. Eh, tapi kan mubazir!. Aku terus berpikir, mencoba berkompromi dengan IQ 170 ini untuk mencari jalan keluar.
“ah! Gue ngaku-ngaku aja! Lebih aman dan dia juga pasti nggak akan tahu”, gumamku. Segera kuketikan jawabanku untuk Theo.
To : 085640414567
Ni Sandra, Theo kan?
Setelah beberapa detik pesan itu terkirim, HPku berdering lagi. Dan sudut-sudut bibirku membentuk sebuah senyum saat melihat nomor yang tertera di layar.
From : 085640414567
Oh .. Mbak Sandra toh. Ganti no lg lu?
Matih. Mukaku berangsur aneh saat melihat jawabannya. Sandra yang mana lagi ini??
To : 085640414567
Ha? Mksdnya? Sandra yg mn ya?
From : 085640414567
Lhoh, ini mbak Sandra sepupuku bkn? - -a
To : 085640414567
Eh? Bkn .. ini Sandra yang lain J
From : 085640414567
Oh. So, ini sp?
Waduh .. aku harus jawab apalagi nih?. Aku langsung tersenyum saat mendapatkan sebuah jawaban.
To : 085640414567
Km blm kenal ak sih :p hehe ak wkt itu liat km tanding waktu km ikt porprov di Solo. Ak suka sama maen mu :D keren!. O ya, slm kenal aj J
From : Theo
Oh .. hehe makasih lho. Ok, slm kenal juga J btw, emg km orang mn?
Aaa .. yes! Theo mau kenalan yes! :p huakakkaka
To : Theo
Ak sekota sama km kok :D
From : Theo
Kok bisa liat ak di Solo?
To : Theo
Sepupuku ad jg yg ank porprov tapi beda kota sm km. jd y ak nntn dia, trs liat km ..
Aku memandangi HPku sambil tersenyum-senyum sendiri. Asyikkkk!! Aku bisa smsan sama Theo. Aku barusan smsan sama Theo!.




*) to be continued.

Wednesday, November 28, 2012

please don't be an idiot anymore.

hell-o idiot (read it : me)
i just messed up. so, this is what i always do.
look at the left side of my fb and feeling butterflies in my tummy when i catch that you are online.
point at that place and klik it. open the chat with you but i do nothing. i don't typing anything at all. just look at the screen. that empty chat!. with a very very straight face. after a moment, i minimized the chat, and still do nothing. i just hope that damn thing. hoping that you will send me a message. a very little message. just "hy" kyaaa! it's more than anything dude. woa, it is impossible. okay, i know. who the hell cares ? .__. yaa i just keep looking at my screen untill you're offline. that is. idiot? I've said that!! -_-

Saturday, November 24, 2012

if only

if only you know it was me. if only you know i got down on my knees and pray for you. if only you know i was standing behind you just to make a non-sense convos with you. if only you know i was standing behind you, looked like an idiot, wanted to say some words but i couldn't. if only you know you changed my day with that 'hi' right on my ears. if only you know that was me who met you first. if only you realized we always met, whatever it be. if only you know you are my first love. if only you know my feeling without i'm saying it. if only you can understand something inside my heart through my eyes. if only .. if only .. if ony you can look back at me. if only you were mine. if only you and me. if only.

Tuesday, November 20, 2012

This is my (new) team

beda dari ceritanya kakakku yang kaget banget sama tim basket di sekolah barunya. i was just the lucky one. Masuk di smanssa, smanssa mulai punya pelatih. Pelatih yang nggenah tentu.

Rasanya main di tim ini tu campur aduk. kayak ditarik-tarik ke desperate tapi aku ga semenyerah itu. tournament pertama kita itu di Lab Cup. Kita optimis, apalagi kakak. Istilahnya ketambahan partner ada aku. Tapi hasilnya ternyata nggak seperti yang terencana. Kita runner up, lagi. ini pertama kalinya aku runner up. Dan rasanya ... aneh. Aneh dalam definisiku sendiri. tapi di LAb cup ini, maksudku, di tim smanssa ini aku dapetin cerita-cerita yang ga pernah aku dapet selama hampir 7 tahun aku ikut basket. Smanssa itu bukan tim, ini sbuah keluarga. Smanssa itu nggak peduli skor, yang penting permainan. Smanssa itu nggak peduli menang kalah, yang penting berkembang. Kalo menang ya itu sepenuhnya dari Tuhan, kalo kalah, Tuhan sudah menyiapkan kemenangan yang lebih baik. Smanssa itu kasih tentang sesama, nggak butuh ngebantai. memikirkan perasaan lawan kalo kalah kebantai. Smanssa cuma butuh permainan yang fair. PERMAINAN. bukankah itu inti dari basket? bermain basket.

Semenjak di tim ini aku hampir selalu mendapatkan perlakuan yang sama kayak yang di dapet kakak. dibilang salah pilih sekolah lah, eman-eman, dan berbagai konteks seperti itu. Kuping udah biasa di underestimate sama orang-orang yang kenal kami. Udah biasa denger mereka ngomong "kalo aja kalian masuk tim ini, pasti nggak begini kan?" atau "Wah calon juara. yah .. paling nggak juara 2". sebelum masuk smanssa aku udah siap terima itu. terima lawan temen2 di tim lama. oke, mungkin istilahnya bukan 'terima' tapi belajar membiasakan diri. semua itu angin lalu, bro.

Setelah Lab Cup kita kehilangan para senior kelas 3, juga kak Joe, pelatih lama. Aku-merasa-sendiri. Rasanya waktu itu pengen berenti basket. Tinggalin basket. Tapi nyatanya Tuhan kasih pelatih-pelatih baru. Tuhan menjawab bahwa aku nggak pernah sendirian.

Dengan keadaan sekarang, aku yang jadi kapten. bullshit lah. basket itu permainan tim, semua kapten. well, tapi aku tetep ngerasa aku kayak belum bisa membawa tim ini. dari dulu aku benci posisi seperti ini. sungguh. makanya aku berusaha nggak peduli. balik, kelas 3 udah ilang otomatis hrs cari pemain baru. sekarang banyak sih yang ikut. tapi bener-bener newbie. masih nanya rebound itu apa, zone itu apa.

Aku kalo mikir ini rasanya pengen desperate aja. Tapi aku selalu mikir, kalo aku berenti gimana temen-temen?. Mereka percaya aku, harusnya aku percaya sama aku sendiri. Mereka percaya sama aku, masak aku nggak percaya sama mereka?.

Bisakah? Iya. Nggak yakin. disisi lain aku mantab ngomong iya. tapi berapa detik aku selalu mikir, nggak yakin.
Salah pilih? Nggak. (Ya..) Mungkin. Nggak-mungkin. salah pilih sekolah?. aku harus buka mataku untuk lihat apa yang aku dapat sekarang ini.
Salah siapa? AKU. Nah .. kalo ini pasti aku.

Shortly, aku percaya Tuhan menempatkan aku di smanssa untuk memulai sesuatu. dan aku sebagai alatnya. Because I believe, if God brings me to it, He will brings me through it.

Saturday, October 20, 2012

Red



Loving him is like driving a new Maserati down a dead end street
Faster than the wind
Passionate as sin, ended so suddenly
Loving him is like trying to change your mind
Once you’re already flying through the free fall
Like the colors in autumn
So bright just before they lose it all

Losing him was blue like I’d never known
Missing him was dark grey all alone
Forgetting him was like trying to know somebody you've never met
But loving him was red
Loving him was red


Touching him is like realizing all you ever wanted was right there in front of you
Memorizing him was as easy as knowing all the words to your old favorite song
Fighting with him was like trying to solve a crossword and realizing there’s no right answer
Regretting him was like wishing you never found out love could be that strong

Losing him was blue like I’d never known
Missing him was dark grey all alone
Forgetting him was like trying to know somebody you've never met
But loving him was red
Oh red burning red

Remembering him comes in flashbacks and echoes
Tell myself it’s time now, gotta let go
But moving on from him is impossible
When I still see it all in my head
Burning red! Darling it was red!

Oh, losing him was blue like I’d never known
Missing him was dark grey all alone
Forgetting him was like trying to know somebody you've never met
Cause loving him was red yeah yeah red
We're burning red

And that's why he's spinning round in my head
Comes back to me burning red
Yeah yeah
 

Cause love was like driving a new Maserati down a dead end street

Wednesday, July 25, 2012

Wououo

Ini gue lagi mapel geo. N fuckin bored -____- alhasil pinjem tab bagus buat nulis eh malah twitter gw d bajak. Sialan kampret -.- Hari ini gw rencana pengen nyoba ikut ekskul judas. Kangen asli sama dance u,u tapi entahlah entar :p liat nanti. Eniwei, kemaren good day bgt buat gue. Bisa dapetin fotonya. And that time i was a crazy minded. Hah whatev! Terus abis itu liat katalog dr sekolah dia. Wkwk asik nemu alamat rumahnya. Eh tapi waktu d katalog dia mukanya nggak bgt -_- terus siangnya gue latian debating. Kebayangnya sih it would be nightmare. Tp gatau kenapa hari itu gw kefas okta jadi rada on fire jadinya waktu simulasi kita better than the previous time. Especially, mam bilang kalo hr itu dia suka liat u know perform ku muahaha oke, it seems a little benefit dan kemajuan. Aw. Pokoknya kemaren ak seneng bgt dan bisa tidur nyenyak #ualay. Okedeh .. Abis ini pelajaran akuntansi. Hah wha the hell is going on in this world? Whatever is that. I hate social ! Okedeh .. Tab mo diambil. See ya :* regards, Gie

Emm

Queano Richy Dario *love bolong*

Saturday, July 21, 2012

the point is

funny is .. when you getting jealous with what someone else has then in the fact you two actually getting jealous with each other. and this what happen now in my life. okay, i guess .. she just have a bit jealous with what i have. remind that : a BIT. but i .. oh damn. pretty dumb -_- i dont know what i feel now. i just know, this is awkward.

aku merasa dia sangat beruntung. u know dia cantik, banyak fans, dikenal. kesan pertama yang waw buat seorang cewek. in another way, hell-oohhh i'm here. cuma numpang lewat. now, i am a geek. nobody looks at me and .. okay Gie, shut ur mouth now. i must know that i'm not that terrible.

in the same time, ternyata dia bilang kalo "jadi Galuh tu enak". what the hell are you saying??! what a silly :s apa enaknya jadi gue .____. "multitalent trs temennya disana sini". what the .. you know girl, jadi kayak gitu bisa dibuat ._. tapi kayak lo, itu belum tentu.

well, ini nih pointnya
manusia sering lupa buat bersyukur.
and it is including me, now. dan gue ngerasa awkward banget karena ini baru pertama kalinya gue 'menghayati' rasa iri ke orang kayak gini. selama ini, sebisa mungkin ak menampik pikiran2 negative yang kayak begini. kayak idup nggak ruwet aja sebelumnya. tapi gatau kenapa aku sekarang jadi begini. feel like .. there is no me inside my self.

entahlah. forget this all, Gie. sebelum aku bener2 kehilangan kesadaran buat ngenalin nilai lebih di diriku sendiri yang masih bisa bikin aku bersyukur. semua bisa didapat :) cuma butuh usaha and work intellegent.


 

Wednesday, July 18, 2012

high school kerrrhh

this is my new world, uh-huh .. putih abu-abu kaka. this is really really new for me. u know, sejak kecil aku sekolah di sekolah swasta dan skrg for the first time ak masuk ke sekolah negri. transisi banget nggak sih rasanya?. dan asli, negri sama swasta itu beda banget. oke, gue hiperbol. tapi emg i guess ini tu beda banget -__-
mulai dari jadwalnya yang pake kode nama guru, and in the first time made me say @#E@!#DSA and just melongo, kantin yg lg di pugar, istirahat kedua yg lebih lama (ayeee~), boleh bawa hp u,u wuhuu lovely, damn twins shoes and shocks with a big logo (-.- let me go now), dan kebiasaan lainnya yg bener-bener beda banget sama yg namanya sekolah swasta.

guess what? SMA ini i feel like a geek. errr~
aku ngrasa aku beneran jadi anak cupu di sekolah. u know, the nerd one. okay, i'm NERD. NERD guys!. mungkin aku cuma belum adaptasi sama anak-anaknya kali ya. tapi entahlah .. aku cuma ngerasa, ya itu tadi. cupu. nggak tau apa-apa. cuma orang yang numpang lewat. nggak keitung. nggak kenal orang dan dikenal. dan selalu suwung kalo istirahat and have no spot -_- come on, it's a little bit like nightmare (?). okay, lo alay bgt luh ..
yeah .. bbrapa orang emang kadang nyapa aku. dan aku seneng bgt :) yaa mereka friendly. tapi, aku asli ngerasa cupu banget errrrhh!. rasanya bingung sendiri gimana nggabungnya sama mereka ._. entahlah. aku cuma sedikit bingung sama transisi ini. kamu taulah rasanya. kebanting. banget. sama waktu aku smp. i mean waktu ak sekolah di sekolah lama. yah .. the point is just about adaptasi u,u

beside that, aaaa kamu tau rasanya kesiksa banget pengen ikut ekskul kayak SMP dulu tapi nggak bisa T.T huaaa. it seems hard to manage the time. u know, pelajaran basket debating itu udah cukup 9u3urfuenwfq83u13849018-!@#$!@ tapi aku juga pengen lanjutin dance *sigh* demi apa .. God, help me!. apalagi temen-temenku tu WOW. they are all totally smart. dumb~ass. saingannya lebih berat. banget. dan pemikiran mereka tu wow! nggak terduga -__- mungkin gue yg alay tapi emang itu yang gue liat. haessshh ...

Sunday, July 8, 2012

hehe

barusan gue nge game. iseng nyanyi lagunya glen fredly. cinta putih kalo ga salah judulnya. hehehe waktu nyanyi. i feel a bit sissy girl. yes i am exactly ..

tiba aja kangen sama kamu muehehe. kamu apa kabar? it almost 6 years, is'nt it? don't u realize?. nope .. lebih tepatnya. still u remember me?. u know kan .. kita sudah berbeda. oke sejak awal kita emang udah beda. tapi pasti sekarang lebih beda lagi hehehe

aku udah SMA lho sekarang :) dulu kan aku masih SD waktu ketemu hehehe time flies too fast ya. kamu pasti tambah cakep. asli deh. heheh kamu doain aku ya biar ga jomblo terus wkwk. kalo bisa nemuin orang yang kayak kamu .. sebenernya sih mau nya kamu. :p tapi aku masih cukup waras buat mikir-mikir yang masuk akal kok :p muahaha.

terakhir aku udah ada kemajuan nih sama orang. tapi waktu dia sama orang laen. aku tetep biasa aja. aku nggak ngerti deh harus gimana lagi. buat ngrasain yang orang2 rasain. hei, bukannya permainanmu udah slesai?? kok aku masih gini-gini aja sih ...

aku suka merasa bersalah sama mereka mereka tauk. gara-gara kamu aku ga bisa liat mereka. kamu pasti ngerti lah posisiku. aku nggak mau jadi cewek yang sejahat itu ke orang. duh ... gimana coba?
aku mau lepas .......

hah :D oke deh. SMA tu dunia baru. inget aja, soal permintaanmu biar nggak nglupain kamu tu goblok banget. ya jelas ga mungkin lah wkwk. cuma ni ya .. mau nggak mau ak harus mulai ninggalin. soalnya aku masih punya kehidupanku sendiri. ini dunia baruku, dan 'itu' dunia barumu. aku udah bukan anak kecil lagi ... nyantai aja. aku nggak usah kamu jagain. hahaa aku bahkan skrg udah mulai kayak kamu buat bantuin temen2ku nyelesain mslh2 mereka yang lebih mendalam. terutama keluarga :) kayak yang kamu lakuin ke aku muahhaa oke emang nggak seperfect kerjaanmu sih. tapi kan namanya aku juga lagi usaha :D


good nite, honey .. take care .. miss u badly :*

Saturday, June 16, 2012

Ryan Tears part 5


“oke, hari ini kita latihan passing. Seperti biasa kalian latihan passing ditempat dulu saja. Nanti baru passing ke temannya. Silahkan cari pasangan dan ambil bola”, jelas Pak Markus. Seperti biasa, Kay langsung bergabung dengan Tisha.
“siapa duluan?”, tanya Tisha yang sudah kembali setelah mengambil bola di keranjang. Kay hanya nyengir kuda untuk menjawabnya. Tisha langsung melengos melihat respon tersebut.
“kenapa harus gue duluan terus sih?”, gerutunya.
“kan elo tau, Tish gue itu bego banget soal ini. hehe”. Yup, nggak bisa dipungkiri kalo temen Kay yang satu ini adalah pakarnya voli dan Kay adalah sampahnya voli.
“nih giliran lo!”, ucap Tisha sambil melempar bola ke arah Kay. Kay segera menerimanya dengan sigap—secara .. kapten basket gitu.
“cepet banget lo udah dapet lima puluh? Ini kan satu menit belum ada?!!”, seru Kay histeris.
“udah deh bawel cepet kerjain tuh tugas lo”. Kay hanya manyun dan menatap bola yang dipegangnya kini. Ia menghela nafas kemudian bersiap untuk melemparkan benda bulat itu ke atas. Namun Kay segera mengurungkan niatnya.
“elo ngapa berdiri di depan gue?!”, seru Kay naik pitam saat tiba-tiba Ryan berdiri di depannya dengan bersedekap tangan.
“nggak, gue cuma mau liat elo aja”, ucap Ryan dengan lembut. Alis Kay saling bertaut. Kenapa Ryan bisa ngomong selembut itu?. buat liat gue?? Maksudnya ...
“gue mau liat, emang elo mampu??”, ucap Ryan sambil mengangkat kedua alisnya dengan tampang pongah. Mulut Kay langsung menganga lebar. Apa maksud omongannya tadi??. Emang-elo-mampu? Mampu?? MAMPU?. Dia kira gue selemah itu apa?!. Sumpah, kurang ajar banget ni cowok!!!.
“elo!!”, ucap Kay sambil mengacungkan telunjuknya di depan muka Ryan. Ryan malah menampilkan sebuah senyum licik dan pergi dari tempat itu. arrggghhh!! dasar elo seta ..
Kay secepat kilat menghapus air matanya. Ahh .. apaan sih nih? Buat apa gue nangisin cowok songong kayak dia?!!
ê
“Duh, tempat minum gue kemana sih?”, ucap Kay sambil terus mengaduk-aduk isi tasnya.
o.. iya! Gue lupa!”, seru Kay kaget seraya menghentikan langkahnya.
“apaan?”, seru Angel, teman satu timnya.
“tempat minum gue ketinggalan di GOR !”, ucapnya sambil berlari.
“Kita jalan duluan ya!” teriak Angel dari kejauhan. Kay hanya mengangkat ibu jarinya keatas, tanda setuju.
Sekembalinya ia ke GOR, keadaan sudah hening. Beginilah suasana di GOR setelah selesai latihan basket. Ia menapakan kaki di depan pintu ruangan tersebut dan segera membukanya. Ia menengok ke seluruh penjuru ruangan, tak ada siapa-siapa. “Nah, itu dia!” seru Kay girang saat melihat tempat minum hijau bercorak bintang kesayangannya. Ternyata benda itu teronggok diujung kursi pemain dekat pintu masuk. Kay segera mengambil tempat minum itu kemudian melangkah ke luar GOR.
Baru saja Kay menggerakan kakinya beberapa langkah keluar dari GOR, tiba-tiba hidungnya terasa sakit. Panas dan perih!. Ia dapat merasakan ada cairan yang keluar dari hidungnya perlahan-lahan. Ia memegang hidungnya untuk memastikan apa yang sedang terjadi. “Shit, darah!”, Kay terhenyak. Ia langsung duduk di tangga didekatnya—satu-satunya tempat yang paling mudah dijangkaunya. Ia mencoba untuk tenang. Tak tahu kenapa, dari kecil Kay selalu panik kalau mimisan. Kay menundukan kepalanya, berharap kesakitan dan kepanikannya hilang. Ia dapat melihat semakin lama darahnya menetes makin deras.
ê
“coba kalo sepupu gue nggak cerewet kayak Mitha. Hoh! dasar deh tu anak lebay, cuma novel begituan aja yang ketinggalan pake ngamuk-ngamuk. Suruh ambil ke sekolah segala lagi. Harusnya kan gue menikmati masa-masa liburan yang indah”, gerutu Ryan. Hari ini ia berniat—sebenarnya kalau nggak dipaksa Mitha dia juga nggak bakal minat—untuk mengambil buku kakak sepupunya yang ketinggalan di GOR waktu pelajaran olahraga kemarin.
Kemarin Mitha ngamuk-ngamuk ke Ryan karna novel kesayangannya yang dipinjam Ryan —katanya sih buat bikin tugas, tapi Mitha nggak yakin juga. Sejak kapan tu anak rajin banget?— malah ditinggal gitu aja di Gedung Olahraga.
“itu novel romantiiiissss banget, Ryan”, ucap Mitha dengan wajah yang berbunga-bunga dan nada sok dramatis. Ryan mengangkat alisnya heran melihat sepupunya yang menjadi korban roman picisan itu.
“jadi, loe harus balikin novel itu jangan sampe ilang!!. loe harus ambil di sekolah besok!”, jelas Mitha menggebu-gebu.
“eeh .. nggak bisa dong!. Tommorow is Saturday, do you remember that??. Itu artinya gue libur!”, sergah Ryan membela diri.
heh bule kacangan, gue nggak mau tau!. Salah elo dong ninggalin tu novel di GOR. Pokoknya harus ambil besok atau loe harus ganti tu novel pake uang jajan lu selama sebulan!”, ujar Mitha yang kemudian pergi.
“sepi banget?. Bukannya hari ini ada latihan basket ya katanya?”, ujar Ryan saat ia mulai dekat dengan GOR. Langkahnya terhenti melihat sesosok gadis yang terduduk di tangga. “Kay? Napa lagi tu monyet?”, batinnya. Ia pun melangkah perlahan mendekatinya. Semakin dekat ke arahnya, Ryan melihat bercak darah berceceran di sekitar Kay. Dahinya berkerut panik. Ia berhenti dihadapan Kay. Mengamatinya beberapa saat untuk mengetahui apa yang terjadi pada gadis ini.
dari kecil dia selalu panik kalo mimisan..
Kalimat itu seketika terbesit dalam ingatan Ryan. Ia merogoh sakunya. Menyodorkan sebuah sapu tangan warna biru langit kesayangannya pada Kay. Kay langsung menyambar sapu tangan itu dan membersihkan darah yang mengalir tanpa menatap pemilik sapu tangan itu. Ryan bisa mendengar perlahan-lahan nafas Kay menjadi stabil. Jangan takut Kay, selama ada aku kamu aman, ucap hati kecil Ryan.
“makas ..”, Kay membelalakan matanya saat melihat Ryan. Amarah Kay langsung meledak melihat setan jadi-jadian di depannya ini—ingat saja, walaupun Ryan baru saja menolongnya tapi itu nggak akan menghapuskan kata ‘emang elo mampu’-nya si Rian kemarin. Nggak akan!.
Tetapi, saat mata mereka bersetatap, seketika amarah itu berubah menjadi rindu yang teramat dalam. Kay tenggelam dalam mata itu. Ia dapat melihat keteduhan disana. Tatapan yang sama. Tatapan masa lalu yang selalu menghangatkan relung hatinya itu kini berada dihadapannya. Ia seperti kembali. Masa lalu yang telah dipendamnya dalam-dalam seketika menyelimuti benaknya. Jakarta .. 5 tahun lalu .. tawanya yang khas .. sosok itu ..
“apa liatin gue? Tampang elo tu bloon!”, ucap Ryan ketus seraya melangkah meninggalkan Kay. Kay hanya diam. Kalo ini dirinya yang asli ia pasti dia udah menjak-menjak sambil mulut maju mundur mengomeli si Ryan. Tapi kali ini Kay membungkam. Ada sesuatu yang berdesir di dalam hatinya. Ia seperti tidak rela Ryan meninggalkannya. Ada yang mendorongnya untuk mencegah Ryan beranjak.
Ryan membalikkan badan dan menatap tangan Kay. Kay segera melepas genggamannya. Ia tertegun, ia tidak tahu kenapa ia bisa melakukan hal itu. Itu seperti refleks!.
Keadaan menjadi hening. Kay menggigit bibirnya. Ia tak mengerti akan perasaannya saat ini. sosok dihadapannya ini .. ia seperti datang untuk menghancurkan pondasi hatinya. Membuka masa lalu kelamnya. Dan menghujamnya lebih sakit lagi. Kenangan itu seperti kembali dalam wujud nyata. Berusaha membelitnya lebih kuat. Berusaha melenyapkan kekuatan Kay untuk membuka lembaran hidup yang baru dan lepas dari belenggu masa lalu itu.
ê
Ryan membalikkan badan saat merasakan tangannya tertahan. Ia menatapi jemari Kayla yang tengah menahan tangannya. Entah kenapa, jantungnya sempat berdegup lebih cepat. Tiba-tiba, Kay melepas genggaman tangannya secepat kilat. Dan secepat itu pula, terbesit sedikit perasaan kecewa di hati Ryan.
Gadis yang terduduk dihadapannya itu kini hanya terdiam. Kepalanya tertunduk cukup lama. Ryan tak tahu apa yang tengah terjadi pada Kay, ia pun memutuskan untuk tetap diam. Tapi melihat Kay yang terus terdiam membuatnya merasa khawatir. Ia pun berjongkok untuk menyejajarkan tubuhnya didepan Kay yang masih menunduk lemas. “Kay..”, gumam Ryan pelan. Ryan kaget sendiri menyadari dirinya menggumamkan nama itu. Kay mengangkat kepala. Kay menatap lurus ke arah matanya. Sekilas Ryan dapat melihat kilatan putus asa di mata Kay. Dan sedetik kemudian setetes air mata bergulir. Hati Ryan serasa terhujam saat melihat tetes air mata Kay. Seketika tangannya bergerak dan mengusap air mata Kay.
Dengan cepat Kay segera berkilah. Badannya sedikit gemetar. Entah, Ryan tak tahu apa. Kayla seperti ketakutan.
“jangan pegang gue!”, ucap Kay ketus. Kemudian berdiri dan segera meninggalkan Ryan. Ryan hanya memejamkan mata saat Kay melangkah pergi. Oh damn! What’s happened with me?, umpat Ryan dalam hati.
ê
Kay mengguling-gulingkan badannya diatas kasur, menandakan hati dan pikirannya yang nggak keruan. Otaknya kini bak sebuah gedung opera yang tengah memainkan permainan teatrikal yang terjadi tadi siang. Antara ia dan Ryan. Ryan, siapa sih dia?. Kay sama sekali nggak ngerti gimana jalan pikiran cowok itu. Cowok aneh. Kadang ia begitu ketus, nggak berperasaan, tapi ia bisa dengan mudah berubah menjadi Ryan yang lain. Yang perhatian, lembut, dan kadang overprotective. Fine, gue nggak peduli dia punya kepribadian ganda atau gimana, batin Kay. Tapi ada satu hal yang tak bisa Kay enyahkan dalam pikirannya tentang Ryan. Tatapan matanya. Hal itu. Tatapan yang membangkitkan semua kenangan lampau yang telah ia kubur dalam-dalam. Bahkan ia tak hanya membangkitkan masa lalu sialan itu, tapi Ryan pula yang secara perlahan membuat benteng pertahanan Kay yang telah ia bangun diatas kenangan itu menjadi retak. Sedikit demi sedikit.
Kay memejamkan matanya dan melipat bibir. Ryan .. ryan .. ryan .. . Kenapa ia bisa begitu mudahnya menangis hanya dengan sepasang manik mata itu?. Kay merasakan sudut-sudut hatinya tertusuk saat ia mengingat cara Ryan menatapnya. Dan seketika itu pula masa lalu itu berputar kembali.
“asal kamu bisa senyum itu udah bikin aku enggak capek kok ..”, ujarnya sambil tersenyum ke arahku. Sudut-sudut bibirku membentuk sebuah senyuman manis. Aku memandanginya yang mengayuh sepeda sambil memboncengkanku. Dia memang begitu mengerti aku. Ia mau lakukan apa saja untukku sekalipun aku tak memintanya.
Kay menggigit bibirnya. Ia tak sanggup dan tak mau untuk mengingat kejadian berikutnya. Ia dapat merasakan matanya yang memanas. Kay bukanlah gadis yang lemah, hanya saja inilah kelemahannya. Dan hanya hal inilah yang dapat membuatnya menangis.
Ia turun dari tempat tidurnya menuju ke lemari bajunya. Ia segera membuka laci tersembunyi yang ada di lemari itu dan mengambil sebuah kotak usang miliknya. Kotak yang sama dengan yang dimiliki oleh seseorang yang kini entah dimana. Kay menghela nafas penyesalannya untuk kesekian kali. Maafkan aku ..


Older part :
Ryan Tears part 4