Sunday, December 16, 2012

cerpen : A little liar



Aku menatapinya. Badannya yang berkeringat bergerak lincah di dalam lapangan. Pandanganku berkeliaran mengikuti gerak-geriknya. Cruukk!! Ia berhasil menembakan tembakan three point dengan mulusnya. Aahhh .. dia memang keren banget kalo lagi main basket gini!—waktu nggak main aja udah keren, apalagi kalo pas main?? ajiibbb.
Theo. Cowok itu tidak terlalu tinggi. Tapi dengan senyumnya yang menawan dan wajahnya yang manis sudah cukup untuk membuatku kehabisan nafas. Dia itu perfect. Rasa-rasanya semua hal-hal baik nemplok di dia. Pintar, gaul, baik, cakep, kapten basket pula. Itulah yang membuatnya jadi cowok paling most wanted di sekolahku. Dan nggak seperti cowok-cowok lain, dia nggak menggunakan segala nilai plusnya itu buat menggaet cewek-cewek papan atas disana-sini. Nggak, Theo nggak seperti itu. Ketahui saja, hal tersebut sangat berkebalikan dengannya. Theo adalah seorang cowok gentle yang sangat-sangat cuek. Bahkan, dampak kecuekannya pun terkena pada Putri, sang primadona SMP Petra Bangsa yang dengan mudahnya membuang cowok semudah ia membuang upilnya. Dan mendapatkannya kembali semudah ia menggali upilnya lagi di dalam lubang hidungnya. Si genit itu sama sekali nggak diperhatikan sama Theo.
Aku pernah tidak sengaja melihatnya menangis-nangis pada Tria—sohibnya yang nggak kalah beken—saat menceritakan kencan pertamanya dengan Theo. Aku sempat kaget dan putus asa sih saat mendengar mereka berkencan. Tapi aku merasa sedikit lega saat tahu yang mengajak berkencan itu Putri, bukan Theo. Lebih lagi Theo menyetujui kencan tersebut karna Putri sudah memaksanya selama tiga bulan terakhir.
Asyiknya, kencan mereka gagal. Pertama, saat hari H, ternyata Theo lupa dengan kencan mereka. Dan ia hampir saja tidak datang kalau bukan Putri yang meneleponnya karena sudah menunggu di bioskop tempat mereka bertemu selama satu jam. Belum puas, kegagalan itu juga terjadi saat mereka nonton bareng. Waktu itu si Putri memilih film romantis, karna ia pikir itu akan membuat kencan mereka akan menjadi seromantis film yang mereka tonton. Eeh .. kau tau apa yang terjadi?. Bukannya adegan pegangan tangan atau hal-hal romantis lain seperti yang dipikirkan Putri yang terjadi, tapi malah Theo ketiduran di bioskop saking bosannya. Hahaahaa .. sukurin! Mati garing deh tu ..
Lalu, bagaimana dengan aku???. Ohh .. Please deh, aku hanya seorang Olanisna Sarah alias Olan. Cewek kuper nan cupu yang jadi pupuk bawang di sekolah elit ini. Oke, setidaknya aku bersyukur aku bukan cewek kuper nan cupu dengan kacamata tebal dan setumpukan buku-buku nonfiksi dalam genggamannya. Aku nggak separah itu kok—untungnya. Dan aku pun masih punya satu hal yang patut dibanggakan. Aku selalu berada di ranking satu pararel. Tapi menjadi siswi paling pintar di sekolah tidak membuatku dilirik oleh teman-temanku. Oke, mereka kadang melirikku, walau sekedar dalam konteks heran melihat cewek sekuper ini ada  di dunia atau saat mereka ingin aku mengerjakan tugas mereka.
Dan mendapatkan seorang Theo?? *sigh*. Bagaikan mindahin gunung dengan jari kelingking. Come one, dear .. Putri yang selalu jadi sorotan aja dibuang gitu aja sama si Theo. Apalagi aku yang .. oh Tuhan aku nggak kuat mengumbar segala hal yang ada didalam diriku—yang sebagian besar berkonotasi buruk, kacau, nggak mutu and cupu. Jadilah aku sekarang, setiap hari Selasa dan Kamis terdampar di balik pintu tribun GOR untuk mengamati pujaan hatiku berlatih basket. Yahh .. setidaknya ini sudah cukup menyenangkan untuk kaum sepertiku.
“Lan”
Aku terlonjak kaget dan spontan membanting pintu. Mukaku langsung merah padam saat menyadari hal yang kulakukan barusan.
“Siskaaa .. Elo bikin gue kaget tau nggak? Malu kan tadi gue ngebanting pintu tiba-tiba!”, omelku pada Siska yang mengagetkanku.
“Bodoo .. Salah siapa keasyikan ngintipin si Theo. Kagetan kan lu sekarang”, ucap sobatku itu santai. Aku hanya memutar bola mataku sebagai jawaban dan kembali mengintip latihan hari itu. Mataku kembali mencari-cari sosok emas itu. Keningku berkerut rapat saat Theo tidak ada disana.
“Permisi ..”. Badanku langsung membeku saat mendengar suara yang nge-bass banget itu. Aku segera membalikan badan dan melongo saat mendapati sosok didepanku. Aku bingung bercampur kaget dan senang. Sejak kapan Theo keluar dari GOR dan bisa nyasar kesini?.
“Sorry, gue mau lewat”, ujar Theo sambil menyembulkan sebuah senyum. Alamaakkk .. aku meleleh!.
Lamunanku langsung terbuyar saat Siska yang tak tahu diri tiba-tiba menarikku. “Silakan”, ucapnya datar—Sungguh tak berperasaan!, coba kalo itu aku. Theo pun segera melewati jalan yang telah kami bukakan dan menuruni tribun untuk menuju ke lapangan. Aku terus memandanginya dengan muka memuja. Tiba-tiba sebuah tangan jahil menonyor kepalaku.
“apa lagi sih??”, ucapku kesal.
“tampang elo nggak usah segitunya kali, Lan”
“sshhhh .. whatever. By the way, elo kok tadi datar banget sih jawab si Theo?. Sadis. Huu .. coba kalo itu gue!”, protesku.
“biarin. Daripada elo yang tadi cuma bisa pamer tampang bloon didepannya waktu dia bilang ‘gue mau lewat’. Mau apa?”, tantang Siska. Pipiku bersemu merah saat menyadari ketololanku tadi. Ya, Tuhan .. beneran aku nggak sadar!.
ýýý
Hari ini ekskul jurnalistik membuka penerimaan anggota baru untuk menggantikan senior yang sudah pensiun. Dan karna kecintaanku dan cita-citaku sebagai seorang jurnalis handal, tanpa ba-bi-bu aku segera menuju ke ruang jurnalistik di lantai tiga untuk mendaftarkan diri.
“Kak, permisi. Saya mau daftar ekskul jurnalis dimana ya?”, tanyaku pada Kak Filiph, mantan ketua jurnalistik yang terkenal ramah. Dia juga yang jadi fotografer di ekskul ini.
“Oh .. kamu tinggal masuk ntar minta ke sekretarisnya aja”
“Oh, makasih banyak kak”.
Aku segera membuka pintu ruangan dan memasukinya. Di dalam, aku mendapati seorang cowok yang sepertinya juga sedang mendaftarkan diri.
“Permisi kak”, ucapku pelan. Kedua orang tadi langsung menoleh ke arahku. And .. oh my God! aku langsung melongo saat mengetahui kalau cowok itu adalah Theo. Wow. Wait .. Theo ikut ekskul jurnalis?. Yang bener aja?.
“Ee .. k-kak, aku mau daftar ekskul jurnalis. Engg .. bisa minta formulirnya?”, jelasku gugup.
“oh, oke. Antri dibelakang dia dulu ya!”. Aku hanya mengangguk pelan dan sedikit ragu mengetahui ‘dia’ yang dimaksud adalah Theo. Aku berdiri dengan gugup dibalik punggung Theo. Ahihihi .. gue nggak nyangka bakal seberuntung ini.
Aku mengamati my prince charming itu mengisi formulir pendaftaran. Hal pertama yang ada dibenakku adalah : tulisan Theo kayak cakar ayam. Huaha. Tetapi mataku langsung menyorot sesuatu yang lain. Nomor HP Theo. 085640414567, batinku yang entah karna nomornya yang cantik atau karna memang IQ-ku yang tinggi aku langsung bisa menghapal nomor tersebut. ah .. entahlah, yang terpenting aku berhasil mendapatkan nomor HPnya. Hip hip horeee!!
“ini kak”, suara Theo membuyarkan lamunanku.
“Oh .. oke, tolong taruh di rak sana ya. Kamu sini isi formulirnya”, panggil sang kakak padaku. Aku segera maju dan mengisi formulir tersebut. Benakku terus mengingat nomor tadi. Nomor HP Theo. So, mau apa gue?. Sms dia ngajak kenalan??. Yang bener aja .. heesshhh ..
ýýý
Aku memutar-mutar handphone bututku itu dengan gelisah. “Sms nggak ya?”, gumamku. Sungguh aku sangat bersyukur aku bisa mendapatkan nomor HP Theo. Seorang Theo!. Oke, nomornya emang nggak langka—bahkan hampir tiap anak punya—tapi buat kaum kuper sepertiku, ini adalah sesuatu yang waw.
Dengan kebingungan yang sangat aku akhirnya memutuskan untuk meminta pendapat Siska. Sobatku itu biasanya paling bisa aku andalkan. Dia baik, pintar, walau sedikit begajulan dan tomboy. Pergaulannya luas dan dia anak pemilik yayasan, itulah yang membuatnya masuk ke daftar anak-anak famous. Sebenarnya dia bisa dengan mudah bergabung dengan Putri dan Tria yang notabennya adalah murid populer di sekolahku, dan aku pun tak habis pikir kenapa ia malah memilih bergabung denganku yang berlabel murid buangan. Yang ia katakan hanya, “sorry, gue nggak mau gabung sama anak-anak manja kayak mereka yang ngabisin waktu buat cari masalah, ngecengin cowok taraf rendah yang mereka bilang cakep, dan nggosipin hal-hal cetek. Belum lagi kalo gue kudu liat mata mereka yang bengkak, penuh air mata dan hidung penuh ingus kentel karena nangisin cowok rendahan semaleman”. Auhhhh .. tajam saudara-saudara.
“halo, nyet. Napa telpon gue malem-malem?”, terdengar suara disebrang sana.
“Siska! Gue sms nggak ya enaknya?”
“Sms sapa? Sms apaan sih?”. Aku pun menjelaskan segala kegalauan hidupku—halah.
“So? Gimana nih? Sms nggak ya?”, tanyaku.
“mm.. terserah elo sih. Kali ini gue nggak bisa kasih advice”
“Yahh .. elo gitu”
“ya .. ya .. whatever. Eh, Lan. Udahan dulu ya! Gue mo maen bola. good luck ya sms Theo-nya!”
“hah? Malem-malem gini maen bola? bola sepak bola?”
“bukan bola bekel noh bareng adek gue!”, ucapnya kemudian menutup telepon sebelum aku sempat membalas ucapannya.
Aku memayunkan bibirku sambil menatapi HP yang berada dalam genggamanku. “sms nggak ya?”, ucapku menimang-nimang. “sms aja deh ..”, ucapku kemudian. Aku segera ke menu messaging dan memilih pilihan write new.
Hai theo J
Kalimat singkat itu segera kuketik dengan cepat dan segera mengisi nomor handphone Theo pada kotak to. Aku menggigit bibirku, bimbang. Beneran kirim nih?, tanyaku pada diri sendiri. Aku memejamkan mata sambil memencet tombol ok dengan perlahan. Duhh .. beneran kirim nih? Aaa .. cancel aja deh!. Aku segera membuka mata untuk memencet tombol cancel, namun sudah terlambat. “aduhhh!!”, erangku saat mendapati tulisan delivered yang tertera di layar HPku. Kujatuhkan tubuhku ke tempat tidurku yang empuk. “matih deh gue! Gimana ini?? Kalo dia tahu itu nomor HP gue gimana dong?”, pikirku. Aku meniup poniku yang menjuntai, tanda bahwa aku frustasi. “eh, tapi nggak mungkin deh dia tahu nomor HP cewek buangan kayak gue gini. Iya, kan? Haa .. santai aja kalo gitu!”, gumamku. Namun, baru berselang beberapa menit saja, pandanganku kembali melayang kepada HPku. Tak ada jawaban balasan dari Theo. Hatiku mulai tergerogoti rasa kecewa. “Kok nggak dibales ya? Yahh .. gue tau sih .. mana mungkin dibales. Dia kan orangnya cuek banget”, ujarku pada diri sendiri.
Aku pun segera bangkit dan menuju ke meja belajarku. Mengambil buku pelajaran biologi dan membuka bab kedua. Mungkin saja belajar bisa mengalihkan perhatianku. Selain itu, akhir-akhir ini aku harus lebih giat mempelajari pelajaran satu ini karena bulan depan aku akan mengikuti olimpiade biologi. Aku mulai menghapal hal-hal penting di halaman pertama. “kelenjar vesikula seminalis menghasilkan larutan .. emm.. larutan al .. aduh!! Larutan apa sih namanya duh .. lupa!”. Aku cemberut. Kedua tanganku menopang dagu. Aku frustasi, biasanya dengan IQ 170-ku aku bisa dengan mudah menghapalkan sesuatu. Tapi kenapa nama sebuah larutan saja aku lupa?. Aku melirik ke HPku yang tergeletak di tempat tidur. Ya, mungkin itu masalahnya. Huhh … Theo .. Theo .. kenapa kamu selalu nyedot perhatianku sih? Dddrrttt .. ddrrtttt ..  tiba-tiba HPku bergetar. Ada sms!. Secepat kilat aku langsung berdiri dan meraih handphoneku dengan bringas. “ahhhh ..”, ucapku kecewa saat yang tertera adalah nama Siska. Aku langsung terduduk lemas. Kutiup poniku lagi. “huhh .. rese deh”.
From : Siska
Gmana nyet? Udh beli nyali blm buat sms your beloved teo? Huh? Wkwk :p
Segera ku tekan tombol reply dan jariku mulai menyusuri keypad HP.
To : Siska
Huu .. rese lo! Gw kira td blsan smsnya si theo tauk! :o
Udh, tadinya sih mo gw cancel. Cuma gw telat mencet jadinya udh delivered dluan deh ..
Cuma smpe skrg g d bls2 sama dia nih >< #frustasi
ýýý
“eehhh ..”, ucapku lirih saat merasakan HPku bergetar. Aku mencoba membuka mata. Silau. Ternyata hari telah pagi. Aku melihat layar handphoneku dan melihat ada sebuah sms masuk. Palingan juga Siska yang ngomel gara-gara kemarin aku ketiduran waktu kita smsan sampe malem. Aku mengucek mataku, berharap bisa melihat lebih jelas dan rasa kantukku hilang. Dan benar, rasa kantukku hilang! Tapi itu bukan karna aku mengucek mataku melainkan karna apa yang tertera di layar HPku.
From : 085640414567
Sori, ni sp y ?
Theo!. Theo membalas smsku!!. Yeeeeaahhh!!!. “Aaaa .. horeee!! Nananana Theo bales sms gue, Theo bales sms gue!! Dia nanyain gue siapa !! hahhaha horreeee !! yihuuuu!!”, ucapku sambil melompat-lompat di atas tempat tidurku dengan sesekali berjoget. “Auuuhh!! Aduhhh!!”, erangku saat aku terpleset dan terjatuh dari tempat tidur. “A-aa .. aduh duh duh ..”, aku memekik  kesakitan saat aku mencoba berdiri. Aku terus mengusap-usap pantatku yang kesakitan. Aduh mak rasanya …
“yang penting Theo nge-bales smsku!”, ucapku girang dan melupakan sakit di pantatku tadi. Segera ku raih telepon genggam—yang untungnya tidak ikut jatuh bersamaku—untuk membalas sms Theo. Tapi aku segera menghentikan gerakan tanganku saat menyadari sesuatu. Aku harus bales gimana coba??. Aku mulai berpikir. Nggak mungkin kalo gue ngaku, jangan-jangan ntar dia langsung ngabur lagi. Apa nggak usah dibales?. Eh, tapi kan mubazir!. Aku terus berpikir, mencoba berkompromi dengan IQ 170 ini untuk mencari jalan keluar.
“ah! Gue ngaku-ngaku aja! Lebih aman dan dia juga pasti nggak akan tahu”, gumamku. Segera kuketikan jawabanku untuk Theo.
To : 085640414567
Ni Sandra, Theo kan?
Setelah beberapa detik pesan itu terkirim, HPku berdering lagi. Dan sudut-sudut bibirku membentuk sebuah senyum saat melihat nomor yang tertera di layar.
From : 085640414567
Oh .. Mbak Sandra toh. Ganti no lg lu?
Matih. Mukaku berangsur aneh saat melihat jawabannya. Sandra yang mana lagi ini??
To : 085640414567
Ha? Mksdnya? Sandra yg mn ya?
From : 085640414567
Lhoh, ini mbak Sandra sepupuku bkn? - -a
To : 085640414567
Eh? Bkn .. ini Sandra yang lain J
From : 085640414567
Oh. So, ini sp?
Waduh .. aku harus jawab apalagi nih?. Aku langsung tersenyum saat mendapatkan sebuah jawaban.
To : 085640414567
Km blm kenal ak sih :p hehe ak wkt itu liat km tanding waktu km ikt porprov di Solo. Ak suka sama maen mu :D keren!. O ya, slm kenal aj J
From : Theo
Oh .. hehe makasih lho. Ok, slm kenal juga J btw, emg km orang mn?
Aaa .. yes! Theo mau kenalan yes! :p huakakkaka
To : Theo
Ak sekota sama km kok :D
From : Theo
Kok bisa liat ak di Solo?
To : Theo
Sepupuku ad jg yg ank porprov tapi beda kota sm km. jd y ak nntn dia, trs liat km ..
Aku memandangi HPku sambil tersenyum-senyum sendiri. Asyikkkk!! Aku bisa smsan sama Theo. Aku barusan smsan sama Theo!.




*) to be continued.

No comments:

Post a Comment