Friday, September 29, 2017

Climate Change: The Hidden Murderer?

Banyak orang menyakini bahwa isu perubahan iklim hanyalah sebuah lelucon fiksi yang dimainkan oleh para ilmuwan atau para aktifis lingkungan. Namun, apakah benar demikian? Bahwa setiap perubahan siklus yang ada memang terjadi secara natural tanpa sedikit pun efek campur tangan manusia di dalamnya? Dan apakah perubahan iklim hanyalah tentang lingkungan dan hanya lingkungan saja? Jika anda baru saja mengiyakan semua pertanyaan tersebut,  maka anda tengah membaca tulisan yang tepat.
Bila anda berpikir bahwa perubahan iklim merupakan sesuatu yang memang akan terjadi secara natural, mungkin anda cukup benar. Sebab, segala sesuatu yang ada di bumi ini akan terus mengalami perubahan, begitupun dengan iklim. Hanya, perubahan pola iklim yang menjadi lebih panjang atau lebih pendek itulah yang tentu saja tidak terjadi secara natural yang mana dipengaruhi oleh begitu banyak faktor, seperti: penyia-nyian sumber daya alam, pembalakan liar, dan sisa-sisa kegiatan manusia. Hal itulah yang kemudian menjadi sebuah masalah besar dan memberikan berbagai dampak negative dalam kehidupan manusia.
Terdapat begitu banyak aspek kehidupan manusia yang terpapar oleh dampak perubahan iklim. Satu yang paling terkena diantaranya adalah kesehatan. Indonesia, sebagai negara dengan letak geografis yang cukup strategis dalam hal ini, menjadi sasaran empuk bagi penyakit-penyakit yang dipengaruhi oleh iklim seperti Demam Berdarah Dengue (DBD).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) bukan merupakan barang baru di Indonesia, malahan penyakit ini cenderung meningkat tiap tahunnya. Bahkan hingga tahun 2016 lalu, DBD masih menyandang gelar sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang tersebar di 11 provinsi atau sebanyak 32% dari Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, tercatat terdapat 8.487 orang menderita DBD dan 108 orang meninggal karenanya, dimana kebanyakan berusia sekitar 5-14 tahun (43,44%) serta 15-44 tahun (33,25%). Bisa anda bayangkan, itu berarti setiap jamnya terdapat 1 orang yang menderita DBD di Indonesia! Tak heran, Indonesia berhasil menduduki peringkat kedua negara endemis DBD kedua di antara 30 negara wilayah endemis lainnya.
Kejadian tersebut disinyalir karena beberapa faktor, seperti: perluasan endemik akibat modifikasi lingkungan (urbanisasi) dan lingkungan yang tidak kondusif, namun sangat ideal sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes. Ketidak-kondusifan lingkungan ini sendiri dipicu oleh adanya curah hujan yang tinggi secara tiba-tiba dan tidak sesuai dengan pola natural yang seharusnya. Bagaimana bisa terjadi demikian?
Perubahan iklim adalah sosok di balik panggung perubahan ini. Perubahan iklim menyebabkan musim hujan menjadi pendek dan musim kemarau menjadi sangat panjang. Terjadinya kemarau panjang ini membuat lingkungan menjadi sangat kering. Sementara itu, musim hujan jadi memiliki intensitas yang sangat tinggi. Terpaparnya tanah yang kering oleh intensitas hujan yang tinggi itu kemudian menyebabkan kerusakan pada fisik tanah sehingga menimbulkan banyak kubangan-kubangan air atau tempat-tempat yang cocok bagi agen penyakit. Efeknya, terjadilah ledakan hama serta puncak penyakit DBD. Ditambah lagi dengan potensi kemarau panjang yang dapat menyebabkan banjir dan bencana alam lainnya.
Akan tetapi, benarkah perubahan iklim adalah otak dari semua ini? 100% bukan. Perubahan iklim hanyalah sebuah reaksi yang diberikan oleh alam dengan apa yang telah manusia lakukan terhadapnya. Sisa industri, debu, dan sisa-sisa kegiatan manusia lainnya menghasilkan emisi yang merupakan inti kondensasi. Hal inilah yang sesungguhnya mempercepat pembentukan awan dan menyebabkan curah hujan kian meningkat. Jadi, jelas betul bahwa manusia adalah dalang dari semua drama perubahan ini.

Lalu, akankah kamu terus berdiam diri dan merasa “cukup tahu” dengan semua hal tersebut? Tidakkah tanganmu juga ikut mengendalikan semua cerita sarat fakta ini? Bukankah kau jugalah sang dalang perubahan? Maka, marilah satukan tangan-tangan kuasa ini. Tidak lagi memilih sebuah perubahan mundur namun perubahan maju. Tidak perlu lagi melakukan hal-hal sia-sia yang merugi lalu menyalahkan alam. Sebab, alam tidak bersalah. Namun, kitalah yang perlu berubah, wahai sang pembunuh tersembunyi.

No comments:

Post a Comment