Sunday, April 24, 2011

cerpen : 1 .. 2.. 3 .. 4 .. NO! (part 9)

“Oke, Chika sekarang kita buka perbannya ya? Sudah siap?”, tanya sang dokter. Hari ini adalah hari perbannya di lepas. Huuaa .. saat-saat mendebarkan.
“Siap dok”, jawab Chika mantab. Beberapa detik kemudian ia merasakan perban yang melilit kepalanya mulai melonggar. Dalam hati Chika berdoa semoga operasinya ini berhasil. Dan ia berharap saat ia membuka mata nanti orang pertama yang dilihatnya adalah Dira.
“Chika sekarang buka mata kamu pelan-pelan”, komando si Dokter. Chika membuka matanya perlahan. Ia mengerjap-ngerjap matanya beberapa kali.
“Dok? Kok disini gelap?”, ucap Chika gemetar. Semua orang di ruangan itu langsung panik. Ya, Tuhan jangan-jangan operasi Chika gagal?!.
“Chika?? Kamu serius??”, ucap bunda.
“nggak deng, Bun. Cuma bercanda. Hehehehe”, ujar Chika nyeleneh. Bunda langsung lega sekaligus sebal. Sempet-sempetnya ini anak habis operasi langsung ngerjain orang. Hadehh ..
Chika menoleh ke arah dua orang disamping Bunda. “Valen??. Ya, kan?. Ckckkc ternyata sekarang elo kayak gini ..”, ucap Chika riang saat mendapati cewek dengan rambut sepanjang bahu yang gayanya udah kayak artis jepang—apalagi wajahnya yang agak oriental itu. Mata Chika beralih ke cowok di sebelah Valen. Cowok itu tinggi, agak putih dan rambut belakangnya rada jabrik dan acak-acakan. Dira? Masak sih? Kok beda banget?, pikir Chika. “Shandy kan?”, ucapnya kemudian. Cowok itu mengangguk dan tersenyum manis. Tapi sekarang senyum itu sudah tidak bisa meluluhkan hati Chika karena hatinya yang dulu bocor dimana-mana karena Shandy, sekarang sudah tertambal dengan nama “DIRA”.
“by the way, Dira mana?”, tanya Chika bersemangat. Semua langsung diam saat mendengar pertanyaan Chika. Ekspresi mereka pun langsung berubah dengan extremnya. Chika mengerutkan dahinya. Perasaannya tidak enak. Pasti sesuatu terjadi pada Dira. Tapi apa?. Kenapa hanya ia yang tidak tahu apa-apa?. Kekhawatiran makin menjalari seluruh tubuhnya.
“kamu mau ketemu Dira?”, tanya Bunda.
“iya lah, bun”, ucap Chika dengan nada yang dibuat santai untuk menutupi kecemasannya.
“hmm .. tunggu kamu baikan ya?. Oke?. Ntar baru ke tempat Dira”
“tapi, bun ..”
“kamu harus istirahat dulu, Chik. Kan kamu baru saja dioperasi”, ucap sang dokter. Chika yang kalah suporter hanya bisa manyun.

Keadaan Chika sudah membaik setelah beberapa hari yang lalu tinggal di rumah sakit. Tapi yang tidak kian membaik adalah rasa kangen, heran dan cemasnya pada Dira. Kemana aja sih tu anak?. Waktu Chika selesai operasi dia nggak nongol, ditungguin beberapa hari di rumah sakit juga nggak njengukin.
“kita ke tempat Dira duluan ya?”, pinta Chika. Ekspresi Bunda, Shandy dan Valen pun langsung berubah dengan extrem seperti saat Chika menanyakan tentang Dira beberapa hari lalu.
“kamu yakin?”, tanya Valen ragu.
“ya .. iyalah. Kalo nggak kenapa aku minta??”, ujar Chika heran. Valen hanya tersenyum kecut.
Mobil pun melaju. Selama perjalanan Chika hanya tersenyum-senyum sendiri. Ia membayangkan nanti ia akan bertemu Dira. Orang yang ternyata selama ini ia sayangi dan menyayanginya. Ia membayangkan hari-hari barunya bersama Dira. Dia akan menghabiskan waktunya bersama cowok yang berhasil menerobos hatinya itu. Ia bisa menatap mata Dira sampai ia bisa tenggelam di dalamnya. Dan semua!. Ia bisa lakukan apapun asal ia bersama Dira.
“Kok kita kesini?” tanya Chika saat mobil menuju ke arah lain. Tak ada yang menjawab. Semua hanya diam. Chika makin heran, perasaan tidak enak itu kembali menggerogotinya. Kali ini disertai dengan detak jantung yang makin kencang. Beberapa saat kemudian mobil berhenti di sebuah kompleks pemakaman.
“kita mampir disini sebentar ya”, ucap Shandy. Ia tersenyum tapi tatapan matanya tetap menyimpan misteri. Chika hanya menurut dan turun dari mobil. Ia mengikuti langkah ketiga orang didepannya ini menerobos kompleks pemakaman tersebut. Mereka mendekati sebuah makam yang masih baru. Disana terpampang foto orang yang dikenal Chika. Pasti, karena ia ..
“Dira?”, ucap Chika gemetar. Dia nggak percaya. Nggak mungkin!. Nggak, ini pasti lelucon.
“ng-nggak .. ini nggak mungkin makam Dira. Ini bukan Dira temen kita kan??”, Chika memandang ketiga orang tersebut bergantian dengan tatapan nanar. Ia melihat ke arah nisan. Disana tertulis nama DIRA WIRATAMA. Matanya mulai panas. Setetes demi setetes air mata bergulir. Ia tak tahu harus bagaimana. Ia tak mampu berkata-kata. Ia merasa jiwanya ikut menghilang. Hatinya kosong. Hampa. Seiring dengan kepergian Dira.

Chika membuka matanya. Ia kini tengah berada di ruangan yang berbeda, bukan rumah sakit tempatnya di rawat. Ia merasakan aroma yang khas dari ruangan itu. Ia tahu, ini kamarnya. Ia menoleh ke sekelilingnya. Ruangan itu penuh dengan mawar putih. Ia turun perlahan dari tempat tidurnya. Ia berjalan mengelilingi kamarnya itu. Ia mendekati mawar-mawar putih tersebut. Disetiap mawar terdapat kartu-kartu ucapan. Chika membuka kartu ucapan yang berada di antara empat tangkai mawar.
Ketulusan kasih sayang buat orang yang membenciku =)
Dira.
DIRA. Nama itu mengingatkan Chika pada mimpi buruknya yang sempat ia lupakan beberapa menit yang lalu. Lagi-lagi ia harus menelan kenyataan pahit. Kenapa ia bisa bodoh sekali???. Kenapa ia harus menyadari perasaannya pada Dira pada saat terakhir??. Kenapa Dira harus pergi secepat itu??. Dan kenapa ia tidak bisa melihat Dira untuk terakhir dan pertama kalinya?.
Chika mengusap air matanya dan beranjak ke mawar-mawar lain, ia membuka kartu-kartu tersebut satu persatu.
Bintang yang paling terang adalah tanda kasih Tuhan untukmu.
Dia akan selalu ada saat kamu butuh dia. Dan itu Aku.
Dira.
Pikiran Chika kembali melayang saat Chika sedang berada di rumah sakit bersama Dira. Saat Dira memintanya untuk menjadi bintang paling terang di hatinya. Dan itulah yang sekarang terjadi.
Gue tau elo benci gue. Tapi sebenci apa pun itu.
Gue selalu ada di samping elo. Gue sayang sama elo.
Dira.
Hati Chika makin tersayat saat membaca memo itu. Itu adalah kata yang di bisikan Dira saat ia memasang formasi “pura-pura tidur”.

Melupakanmu sama susahnya dengan kamu mencintaiku
Dira.

Terimakasih sudah membenciku
Karena semakin kamu membenciku aku semakin mengingatmu.
Dira.

Gue lepasin elo sama Shandy. Karna gue tau elo bahagia sama dia.
ELO BAHAGIA, udah cuma itu yang gue mau.
Dira.
Ini pasti waktu masalah Shandy dulu, batin Chika sambil tersenyum kecut.
Pandangan Chika tertarik pada 4 tangkai mawar putih yang aneh. Ia mendekati mawar tersebut dan mengamatinya beberapa saat. Keempat mawar itu seluruhnya seperti terkena bercak darah. Di atas mawar tersebut tergeletak sebuah kartu ucapan dan sepucuk surat. Keduanya juga terkena bercak darah. Chika menjadi heran. Ia membuka kartu ucapan itu.
Aku ada di diri kamu. Jaga aku ya ..
AKU SAYANG KAMU.
Dira.
Chika mengerutkan keningnya. Apa sih maksudnya “aku ada di diri kamu”?. Chika kemudian membuka isi surat. Matanya menyapu kata demi kata yang tertulis dalam surat itu. Air matanya langsung meledak saat ia selesai membaca surat itu. Hatinya hancur!!. Satu kenyataan pahit lagi yang harus diterimanya. Ya, Tuhan kenapa ini harus terjadi secara bersamaan?. Ini berat!.
“Dira .. maafin Chika!”, jeritnya sambil menangis tersedu-sedu.



To: Chika,
Hei Chika. Kalo km udh bs baca surat ini berarti ak udh g ad dong? Hehe. Gimana seneng g bs ngliat lg? ak jg sneng kok km isa liat .. berarti pngorbanan Q gak sia2 :D gak sia-sia ak mati buat km. ok, ak emang mati konyol. Ak bunuh diri. Ortu q bsk cerai. Mungkin kalo ak mati ini bs nyadarin mereka. Semoga ..
btw, ak yg ndonorin mata buat km lho. Haha. ak nitip mata ak di km y  jaga tuh mata baek2. Anggep itu sbg pengganti ak buat njagain km. seneng kan skrg bs liat lg?. ak kan udh janji ke km bkal nglakuin ap pun buat kamu walaupun kamu bnci aku. Trmasuk nyawaku sendiri. Yang penting km bahagia, ak jg bahagia. AKU SAYANG KAMU, CHIKA. Dan aku minta aku akn slalu jd BINTANG PALING TERANG di hati kamu. Setelah ini ak mohon km jgn terpuruk y .. km hrs tetep nglanjutin hidup km. ak gak mau pengorbanan Q sia2 lho :D hahaha. Mmm .. ak Cuma bs bilang sorry n thx buat semua. Sorry ak udh bikin kamu buta. Sorry udah mbikin kamu kenal sama orang kyk ak. Dan thx, kamu ijin.in ak sempat masuk dlm hidup kamu selama ini. dan thx juga udah benci aku. Karena semakin kamu benci smakin ak syg sama kamu. Ini adalah mawar terakhirku untuk kamu. Walaupun putih ketulusannya udah kena noda darahku tapi itu sbg simbol ketulusan pengorbananku buat kamu. Chika Sophia, orang yang kucintai 
Dira.

Beberapa tahun kemudian ..
CHIKA.
Aku memandang langit malam itu. Malam ini cerah. Bintang bertebaran menghiasi langit malam. Kalimat itu terulang lagi ..
Katanya tiap orang yang kita sayang kalo meninggal nantinya bakal jadi bintang ..
Hahahah. Aku tersenyum mengingat kalimat itu.
Dan bintang yang paling terang adalah tanda kasih Tuhan untukmu
Tahun ini adalah tahun ke-empat Dira meninggal. Dia emang nggak disini. Tapi disini, di hatiku. Aku menatap cermin di hadapanku. Aku menatap mataku sendiri. Mata Dira. Aku bisa melihat Dira disana. Mata hitam yang bisa membuatku tenggelam saat menatapnya. Dia tetap berada dalam diriku. Bahkan menjadi satu denganku. Dan tiap kali aku melihat mataku, aku semakin mengingat dan menyayanginya. Ya .. sampai sekarang, perasaanku tetap bertahan. Aku memang belum sempat mengatakannya pada Dira. Tapi aku yakin, dia pasti udah tau kok. Dan aku yakin juga, Dira merasakan hal yang sama.
1 pelajaran dari aku:
jangan pernah sia-siakan ketulusan kasih sayang orang-orang yang menyayangimu. Karena kalo kamu lakuin itu kamu akan nyesel di akhirnya nanti. Bersyukurlah punya orang-orang yang masih peduli denganmu. Yakinlah, ketulusan mereka gak ada bandingnya. Ingat dengan kisah cinta burung kecil dan mawar putih?. Burung kecil mengorbankan nyawa demi memenuhi keinginan mawar putih. Tragis, dan itu pula yang aku rasakan. Dan rasa ini sakit, kawan. :’)
“Chik, udah di jemput Shandy tuh!”, teriak Bunda.
“oke, bun”, aku segera menuruni tangga.
“Hai, sayang!!”, sapa Shandy.
Eitsss! Jangan kaget!. Ini dia pelajaran kedua dari aku:
Jangan terpuruk terlalu lama dalam sebuah kesedihan. Kamu boleh kok mengenang seseorang dan kenangan yang begitu berharga buat kamu. Karna itulah fungsi kenangan : untuk dikenang. Tapi inget, kenangan itu abstrak dan ADANYA DI BELAKANG. So, LIFE MUST GO ON!.
Dan inilah kehidupanku selanjutnya. Aku bersama Shandy. Dira?? Tetep di hati dong .. :D hahahaa.

No comments:

Post a Comment